Roommate ✅

Por erinsarchive

303K 36.3K 3.8K

Rumah milik seorang pensiunan militer dijadikan rumah tinggal. Berisi 12 manusia yang selalu silih berganti... Más

Penghuni Rumah Biru
Chapter 1: Attention
Chapter 2: Sunday
Chapter 3: Why You Dont Know, While Other Knew?
Chapter 4: If They Had Instagram
Chapter 5: Stupid Decision
Chapter 6: I Like Me Better
Chapter 7: Perfect VS Girls Front
Chapter 8: Fool For You
Chapter 9 - Everything
Chapter 10 : If They Had Instagram (2)
Chapter 11: Complicated
Chapter 12: I Wish
Chapter 13: I Miss You
Chapter 14: If They Had Instagram (3)
Chapter 15: Behind The Instagram (1)
Chapter 16: Behind The Instagram (2)
Chapter 17 : Change
Chapter 18: Bittersweet
Chapter 19: Damn, I Love You
Chapter 20: Wasn't Expecting That
Chapter 21: The Truth
Chapter 22: The Date
Chapter 23: Begin
Chapter 24: The Party
Chapter 25: Girls Night Out
Chapter 26: Stranger Things
Chapter 27: Problem
Chapter 28: in a Group Chat
Chapter 29: Turn Back Time
Chapter 30 : Somebody Special
Chapter 31 - If They Had Instagram (4)
Chapter 32 : If They Had Instagram (5)
chapter 33: Not Today
chapter 34: in a group chat (2)
Chapter 36: Let Me
Chapter 37 : I Cant Fall in Love Without You
Chapter 38: Serendipity
Chapter 39: The Truth Untold
Chapter 40: Inferior Complex
Chapter 41: Sweet Day
Chapter 42 - More Than Stars
Chapter 43 : Andante
Chapter 44: Broken Heart
Chapter 45 : Can't You See Me?
Chapter 46 : Stuck with you
Chapter 47 : Falling
Chapter 48: At My Worst
Chapter 49: Like Water
Chapter 50: if they had instagram (6)

Chapter 35: Keluarga Bahagia Min

5.9K 655 43
Por erinsarchive

Jungkook memilih untuk bertahan sedikit lama di rumah walaupun telponnya sudah berdering kurang lebih 3 kali. Dia yakin sekali di seberang sana baik Jisoo maupun Namjoon pasti sedang marah-marah. Masalahnya, dia sekarang masih mengawasi Yerim, yang terlihat antusias melihat Mark dan berlagak sebagai pemilik rumah biru. Memberi tahu kamar tempat Mark akan tidur, dan memperkenalkannya pada Taehyung yang kebetulan sedang duduk di ruang makan.

Taehyung sendiri memang sedang tidak bekerja. Dia fokus menulis. Deadline lebih penting. Begitu pikirnya.

"Kamu pasti capek, istirahat dulu saja Mark." Ujar Yerim sambil tersenyum di depan pintu kamar Mark.

Mark mengangguk, dan membiarkan Yerim menutup pintu kamar Mark yang dulunya adalah kamar Yoongi. Setelah menutup pintu dia melihat Jungkook yang menatap nanar pintu kamar Mark.

"Oppa nggak balik kerja?"

"Kerja." Jawab Jungkook singkat.

Yerim sendiri hanya mengangguk sambil berjalan menuruni tangga Diikuti Jungkook kemudian. Berpapasan dengan Taehyung yang berjalan ke lantai atas.

"Jadi di rumah ini ada 2 laki-laki dan satu perempuan." Gumam Jungkook. Yerim tidak mendengar gumaman Jungkook karena dia mempercepat langkahnya untuk turun ke dapur.

Sepertinya tadi pagi ada sisa makanan. Pikir Yerim. Dia berniat menyajikan sedikit sup untuk Mark.

Klik.
Pintu depan terbuka.
Jungkook yang berdiri di bawah tangga melihat siapa yang masuk, dan menghela napas saat melihat Seungwan pulang.

"Loh Kookie, kok nggak kerja?"

"Kerja." Jawab Jungkook singkat. Sudah dua orang bertanya seperti itu padanya. Nampaknya memang dia harus kembali bekerja. "Yerim," seru Jungkook, melonggok ke arah dapur "aku balik ke kantor dulu ya. Ini Seungwan noona sudah balik."

"Iya." Sahut Yerim tanpa mengalihkan pandangan dari mangkok sup yang dia pegang.

Jungkook menghampiri Seungwan yang terlihat bingung saat melihat raut wajah sang pria, "Kamu kenapa? Tanya Seungwan sebelum Jungkook sempat membuka mulut. 

"Mark sudah datang." Jungkook menjawab, "Nanti jangan lupa lapor padaku ya Noona, apa yang terjadi saat mereka bersama."

Seungwan terkekeh, "Jangan cemburu begitu."

Jungkook menghela napas "Noona harus lihat bagaimana senangnya Yerim saat Mark datang."

Seungwan hanya tersenyum lalu menepuk bahu Jungkook "iya deh, nanti aku laporkan. Sudah sana kembali kerja. Hati-hati di jalan."

Jungkook mengangguk lalu berjalan menuju tempat sepatunya berada. Seungwan mengawasi Jungkook yang memakai sepatunya, dan melambaikan tangannya saat Jungkook melambaikan tangan dan membuka pintu rumah. Sepeninggal Jungkook, Seungwan berjalan menuju dapur, dan melihat Yerim berjalan keluar dapur dengan membawa nampan berisi mangkok. 

"Aku berikan ke Mark dulu ya Eonni." Yerim melanjutkan langkahnya menaiki tangga atas. 

"Yerim--"

"Ya Eonni?" Gumam Yerim

"Jangan terlalu dekat sama Mark, nanti JK cemburu."

Yerim tertawa, "Iya Eonni, beres."

*** 

Eunbi mengetuk tangannya di meja. Membuat nada seperti orang berjalan dari pelan, menjadi panik, seperti orang mengeretukkan gigi atau istilahnya bahkan seperti kuda sedang berlari. Dia ingat pembicaraannya dengan Sojung tadi. Singkat, karena memang Sojung harus segera meminta tanda tangan.

"aku ingin mengundurkan diri" 

Sojung mengerutkan dahi, "Kenapa? Bos besar bikin kamu kesal lagi?" 

"K--kurang lebih." Eunbi memilih untuk tidak membuka kartu. Setelah dipikir-pikir kini dia malah lebih sering berbicara dengan anak rumah biru, dibandingkan dengan teman-temannya di kampus dulu maupun di kantor. Sepertinya masalahnya dengan Hoseok membuatnya semakin dekat dengan housematenya. 

"Kalau kamu mengundurkan diri, kamu mau kerja di mana?" 

Pertanyaan itu lagi. Setiap dia bilang kepada siapapun masalah itu, dia akan selalu mendapatkan pertanyaan itu. 

"Lebih baik kamu cari perkerjaan lain dulu saja, sebelum kamu mengundurkan diri."  Begitu ujar Sojung sebelum akhirnya meninggalkan Eunbi untuk masuk ke dalam ruangan.

Kembali lagi ke waktu sekarang, Eunbi beranjak dari kursinya. Berangsur melangkah menuju ruangan sang bos. Mengetuk pintu, dan menunggu respon dari dalam. 

"Iya, masuk." Eunbi bisa melihat sang bos mendongak dari kursinya. Belum berpindah dari sofa besar yang tadi pagi. Nampaknya selesai makan siang, dia kembali duduk di tempat yang sama menyelesaikan berkas di meja. "Ada apa Eunbi? Maaf, maksudku sekertaris Hwang?" 

Eunbi berjalan mendekat dan meletakkan amplop putih, dengan tulisan RESIGN di halaman depan amplopnya, di atas meja. Eunbi tidak memperhatikan raut wajah sang bos, tapi dia bisa mendengar suara dingin dari mulut sang bos, saat sang bos berkata "Duduk" 

Eunbi tentu saja duduk, dengan wajah menunduk. 

"Kamu tahu kenapa aku di sini? Menyelesaikan dokumen yang biasanya kamu kerjakan?" Ucap sang bos memulai pembicaraan. Eunbi tidak menjawab, karena mana dia tahu? Lagipula dokumen itu memang seharusnya dikerjakan olehnya, bukan oleh Eunbi. 

"Aku melakukan ini, karena aku ingin kamu punya hari kosong. Mendengarmu menolak acara makan malam bersama karena kamu mengerjakan laporan ini, membuatku merasa bersalah." 

Eunbi memutar matanya, kenapa baru merasa bersalah sekarang?  

"Lalu sekarang kamu mengundurkan diri? Merasa bersalah karena aku mengerjakan tugasmu?" 

Ucapan sang bos membuat Eunbi menegakkan kepalanya. Mengerjakan tugasnya? yang benar saja? Di mana-mana memeriksa laporan sebelum ditanda tangani itu memang tugas seorang bos. Sejak kapan sekertaris memeriksa laporan sebelum ditanda tangani? Eunbi kembali menunduk, dan matanya terfokus pada sampah plastik di sisi lain meja. Mengingat tadi pagi, kenapa juga dia mau membelikan si bos ini roti dan kopi? Kenapa dia tidak suruh OB saja? Kalau dipikir-pikir memang sang bos ini selalu diktator. 

"Aku tidak menerima pengunduran dirimu. Sekarang kembali ke tempatmu."

Eunbi hanya berdiri dan kemudian melangkah sebanyak dua kali sebelum dihentikan. 

"Sekertaris Hwang--" 

Eunbi kembali menghela napas sebelum akhirnya dia memutar badannya. Menatap sang bos dengan posisi sempurna, walaupun raut wajahnya nampak malas. 

"Apa yang membuatmu ingin mengundurkan diri?" 

"Anda." Ucap Eunbi tanpa tendeng aling-aling. 

Eunbi bisa melihat raut wajah sang bos. Sudut matanya jatuh, menandakan dia sedih. Seperti anak anjing saat tidak di beri makanan oleh majikannya. "Apa kamu mau bekerja di kantor Byul Noona?" Suara sang bos terdengar parau "Aku bisa memindahkanmu ke sana kalau kamu mau." 

"Saya tidak mau berurusan dengan keluarga anda." Begitu ucap Eunbi dan membuat sang bos mengangguk. 

"Apa ini ada hubungannya dengan perjodohan itu? Kita bisa batalkan." 

"Bukan masalah perjodohan." Akhirnya Eunbi menaikkan suaranya. Ia menghirup udara di sekitarnya sebelum akhirnya kembali berbicara, "Dari awal, anda selalu bersikap seperti diktator. Semaunya sendiri, menyuruh saya ini itu seakan-akan saya pembantu anda. Di kontrak tertulis pekerjaan saya tidak termasuk saya memeriksa laporan yang akan anda tanda tangani, ataupun membelikan anda sarapan, atau menemani anda makan. Disaat anda keluar negeri, anda akan menyuruh saya mengatur semuanya, dan anda tinggal terima jadi. Saat saya punya cuti, anda tidak pernah peduli tentang itu. Anda akan segera menelpon saya meminta laporan yang bukan tanggung jawab saya, membuat saya tidak bisa cuti dengan tenang. Anda selalu semaunya sendiri, dan saya sudah lelah." 

Sang Bos terdiam mendengarkan rant dari Eunbi, sementara Eunbi sendiri hanya diam di tempatnya. Merasa bersalah setelah melampiaskan amarahnya, terutama karena wajah sang bos terlihat kaget? Sakit hati? sedih? Eunbi pernah melihat raut wajah itu. Ini seperti saat dia bilang pada Hoseok, bahwa dia tidak bisa menerima perasaan Hoseok. Berkata bahwa dia tidak menyalahkan Hoseok karena menyukainya, tetapi meminta maaf karena tidak bisa membalas. 

"Saya hanya butuh istirahat." Ucap Eunbi tiba-tiba. Mengambil surat pengunduran dirinya yang berada di atas meja. "Saya akan mengajukan cuti 10 hari. Permisi." Eunbi menunduk, memberi salam terakhir sebelum meninggalkan ruangan.

*** 

Yoongi mengerutkan dahinya saat melihat handphonenya. 

Magnae ddal 

Oppa, aku mau ngobrol
Di rumah atau di cafe?

Eunbi mengajaknya bicara? Ada apa?

Yoongi

Kamu kenapa?

Magnae ddal    

Oh, finally di bales. 
Aku capek.
Ini aku di jalan. 

Yoongi  

Nggak kerja kamu?

Magnae ddal 

Cuti.
Kelahi sama bos

Yoongi

Kenapa?

Magnae ddal 

Enak ngobrol langsung.
Oppa sibuk? 

Yoongi

Ngobrol di rumah saja. 

Masih ada jadwal pemeriksaan pasien. 

Magnae ddal 

OK.
Di kamarnya Seungwan Eonni saja ya

Yoongi 

ok

Yoongi berjalan melewati tempat suster, dan melihat Seulgi sibuk merekap sesuatu di komputernya. 

"Perawat Kang." Panggil Yoongi. 

Seulgi yang dipanggil menoleh, melihat sang dokter yang terlihat ragu-ragu. "Ada apa Dokter Min?" 

"Kalau kamu tidak sibuk, setelah jadwal pemeriksaan pasien, tolong ke ruanganku." 

Seulgi mengangguk, dan kembali melihat komputer untuk merangkap laporan pemeriksaan pasien. 

*** 

Hoseok lupa kalau malam ini harusnya mereka makan di restoran dekat kantornya Lisa dan nampaknya Lisa juga lupa karena tadi dia mengajak Hoseok untuk makan di luar.

Hoseok

Lisa
Aku lupa kalau hari ini kita harusnya makan di restoran baru dekat kantormu
Dan aku lupa bilang kalau aku mengajak anak-anak rumah biru untuk makan bersama kita.
Apa tidak apa-apa?

Lisa tidak segera menjawab. Hoseok kemudian membuat grup chat baru

GALBI JIM
🍖🍗

Hoseok

Jangan lupa nanti kita makan di restoran dekat kantor Jimin
Jam 8 sudah kumpul ya.
Nanti ku share loc

Bi

Maaf oppa sepertinya aku tidak bisa
Aku ada sesi dengan Yoongi oppa

Hoseok

Sesi?
Kamu mau periksa jantung?

Bi

Hahaha
Bukan begitu
Aku perlu mengobrol saja

Hoseok mengerjabkan mata saat membaca chat dari Eunbi. Dulu posisi mengobrol itu diisi olehnya, tetapi nampaknya sekarang posisi itu diisi Yoongi. Bukan berarti Hoseok sedih, ya Hoseok ikut senang..... dia senang kan? Eunbi sudah tidak mengandalkannya lagi. Dia kini mulai bergantung ke Yoongi. Walaupun Hoseok tidak  tahu sejak kapan Eunbi mulai bercerita pada Yoongi. Ya, tetapi itu lebih baik daripada dirinya di manfaatkan lagi.

Pesan masuk ke handphonenya. Layar chat bertambah, dan pesan dari jungkook masuk.

JK

Ok, Hoseok Hyung

Yerm

Oppa sepertinya aku tidak bisa

JK

What?

Yerm

Mark butuh membeli perlengkapan kamar mandi dan teman-temannya
Jadi aku tadi menawarkan diri mengantar.
Aku lupa kalau kita ada janji makan
Aku masih di luar.

Syoo

Oppa maaf
Aku lupa juga kalau kita ada janji makan
Terus kemarin Taehyung janji mau jemput
Jadi aku nggak enak 😔
Oppa sekalian ngedate aja sama Lisa.
Jadi berdua gituu.

Hoseok

Ok ok.

JK berarti jg nggak jadi?

Tidak ada balasan dari Jungkook, dan Hoseok hanya menghela napas pendek.

Hoseok

JK, karena kamu nggak bales.
Jadi aku anggap kamu batal ya.
Aku keluar berdua doang sama Lisa

Dan Hoseok menutup grup chat tersebut sebelum beralih ke private chatnya dengan Lisa

Hoseok

Lisa,
Anak-anak rumah biru tidak jadi ikut
Kita berdua sajaa.
Nanti ku jemput

Lisa

Aduh maaf oppa baru bales
Barusan ada rapat 🙏🙏
Tapi ok kalau begitu
Sampai ketemu nanti malam

***
Y

oongi baru selesai memeriksa pasien terakhirnya saat pintunya terketuk. Dia bisa melihat siluet siapa yang mengetuk pintu ruangannya dari jendela. Dengan satu kata terucap dari bibir Yoongi, "masuk" dan pintu terbuka.

"Dokter" itu Seulgi. Di tangannya membawa gelas plastik putih yang sudah diduga Yoongi berisi kopi. Gelas itu diserahkan ke Yoongi, dan yang menerima hanya tersenyum tanpa mengucap kata-kata. "Ada apa tadi mencari saya?"

"Duduk dulu."

Seulgi duduk di kursi pasien dan menunggu Yoongi membuka mulutnya, untuk berkata-kata.

"Kamu dan Jimin--"

Dahi Seulgi mengerut, kenapa Yoongi tiba-tiba membicarakan masalah dia dan Jimin?

"--sudah baikan?"

Mata kecil Seulgi membesar, bingung. "Kami tidak marahan."

"Oh, kupikir. Karena tadi pagi kamu berangkat sendiri tidak bersama Jimin."

Mulut Seulgi membulat "ooh, itu sih memang akunya saja yang nggak mau berangkat dengannya. Aku masuk jam 10."

Yoongi mengangguk, mengerti. "Aku pikir kalian marahan karena perempuan itu."

Seulgi yang mendengar perkataan Yoongi hanya tersenyum "ya, nggak marahan juga sih. Aku hanya menyuruhnya menyelesaikan hubungannya dengan perempuan itu. Tadi Jimin mengirimi kabar kalau hubungan mereka sudah selesai, dan perempuan itu ternyata sudah punya pacar."

Yoongi mengangguk lagi, "well, kalau begitu aku turut senang."

Seulgi tertawa, dan hal itu membuat Yoongi mengerutkan kening "kenapa kamu?" Tanya Yoongi.

"Nggak, cuman ngerasa lucu aja soalnya Yoongi oppa tuh kayak figure bapak. Peduli sama hubunganku sama Jimin." Jelas Seulgi. "Hubungan oppa sama Seungwan gimana?"

"Ya gitu. Mau gimana lagi?"

"Nggak mau ke jenjang lebih serius?" Tanya Seulgi dan Yoongi memilih untuk tidak menjawab dan meminum  kopinya. Seulgi kemudian menyandarkan badannya ke kursi. "Oppa masih khawatir ya? Maksudku tentang Seungwan sudah suka sama oppa atau belum?"

"Kita baby steps. Pelan-pelan tapi aku harap jadi pasti."

Seulgi mengangguk, "aku akan menjadi mata-mata Yoongi oppa. Tenang saja."

Yoongi tertawa mendengar jawaban Seulgi. "Sure, tapi Seulgi aku mau bertanya ada apa dengan Eunbi?"

***

Jennie melihat handphonenya melihat isi chattingnya dengan kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya. Nampaknya kedatangan Namjoon tidak akan berjalan mulus hari ini.

Jennie

Joonie
Maaf
Sepertinya hari ini kamu tidak bisa ke rumahku.

***

Yoongi membuka pintu rumah dan melihat Eunbi dan Jungkook di sofa ruang tengah. Dia mengecheck arlojinya (rolex dong) yang menunjukkan pukul setengah 6 sore. Jam setengah 6 dan Jungkook sudah ada di sofa.

"Dia pulang lebih cepat hari ini." Seungwan menjawab sambil menghampiri Yoongi yang kesulitan membuka sepatu plus memegang tasnya. Seungwan memberi kode untuk memegang tas milik Yoongi, dan Yoongi hanya memberikan tasnya kepada Seungwan. Tidak sadar kalau sebenarnya hal yang mereka lakukan ini sebenarnya seperti pasangan suami istri dimana sang istri menyambut sang suami.

"Kenapa?" Tanya Yoongi setelah selesai memasukan sepatunya ke rak sepatu, dan mengambil tasnya dari Seungwan.

"Ada hubungannya dengan Yerim,"

Hanya mendengar penjelasan singkat seperti itu, Yoongi sudah paham apa yang terjadi. "Cemburu? Mark sudah datang?"

Seungwan mengangguk,

"Sesi yang mana dulu yang harus aku dengar," gerutu Yoongi sementara Seungwan  tertawa kecil.

Yoongi mendekatkan diri ke sofa dan melihat dua manusia yang menghela napas secara bersamaan. Lucunya mereka berdua juga punya ekspresi yang sama sehingga mau tidak mau Yoongi tersenyum.

"Kalian berdua patah hati?" Teguran itu membuat dua manusia suram ini sadar dan bersamaan memanggil Yoongi

"HYUNG"

"OPPA"

"Untungnya kalian tidak memanggilku Appa," goda Yoongi dan Eunbi memutar matanya. Dia selalu kesal dengan candaan ini.

Sudah hampir sebulan rasanya candaan ini didengar oleh Eunbi. Keluarga Bahagia Min, begitu candaan itu dimulai oleh Jimin. Saat sedang menonton Netfix di ruang tengah, dan  Eunbi mengomentari kelakuan Yerim yang menyebalkan.

"Eunbi, kamu mirip ya sama Yoongi Hyung. Cocok jadi anak terakhir dari Keluarga Min."

"Ha?" Eunbi menyahut tidak paham.

"Iya, kamu kalau ngomong nggak dipikir dulu. Asal nyablak aja persis sama Yoongi Hyung. Caramu ngomong, berpikir, witty persis."

Sooyoung menepuk tangannya sambil tertawa, "jadi aku anak pertama, kookie anak ke dua dan eunbi magnae ddal? Hahaha sip."

"Keluarga bahagia Min." Timpal Hoseok dan semua tertawa kecuali Eunbi.

Di sisi lain, Seungwan sendiri hanya terkekeh mendengar percakapan ketiga manusia yang berkumpul di ruang televisi. Seungwan kemudian memposisikan dirinya untuk duduk sofa di ruang televisi. Menyimak apa yang terjadi. Persis seperti ibu yang memperhatikan percakapan anak-anak dan ayahnya.

"Eunbi mau cerita apa?" Todong Yoongi tanpa tendeng aling-aling. Yoongi memang tidak suka basa basi. Dia memang selalu to the point kepada siapapun, well kecuali sang pacar. Kalau sama sang pacar, dia sih sudah kayak anak kecil umur 5 tahun. Ada saja yang memalukan.

Yoongi menunggu jawaban Eunbi yang tidak merespon. Matanya menatap nanar lantai keramik ruang televisi. Seperti ragu-ragu mau bercerita pada Yoongi.

Ya wajar kalau dia ragu-ragu. Eunbi tidak tahu apa yang membuatnya berpikir untuk mengirimi Yoongi pesan tadi siang. Sebenarnya dia ingin mengirimi Hoseok pesan tersebut. Tapi saat melihat kepada siapa pesan itu terkirim, Eunbi hanya menghela napasnya. Ternyata alam bawah sadarnya masih tahu diri. Tahu diri untuk tidak mengirimi Hoseok pesan. Tahu diri bahwa dia punya sedikit harga diri agar tidak menganggu Hoseok lagi, terutama karena sang pria sudah punya pacar.

"Atau kita mau ngobrol di kamar Seungwan dan Seulgi?" Ucapan Yoongi menyadarkan pikiran panjang Eunbi. Dia panik, haruskah dia mengelak dan tidak bercerita? Atau dia harus bercerita? Sebenarnya apa yang mau dia ceritakan? dia bingung, dan dia tambah panik.

Jungkook yang tadinya sedang memikirkan Yerim yang kencan dengan Mark, kini memperhatikan Eunbi. Sebagai calon anak buah Namjoon dalam bidang profiler. Ciri-ciri yang ditunjukkan Eunbi ini menunjukkan bahwa dia panik. Deru napasnya tidak teratur, dan bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Jungkook kemudian meletakkan tangannya di pundak kiri Eunbi. Mengambil perhatian Eunbi "Jangan panik. Kita kan keluarga bahagia Min. Tidak ada rahasia di antara keluarga" ucap Jungkook, sambil menatap mata Eunbi kemudian mengedipkan matanya. Nada suara Jungkook menandakan dia sedang menggoda Eunbi dan Eunbi tersenyum menahan tawanya karena kedipan mata Jungkook.

Bukannya baru saja Eunbi berkata dia tidak suka candaan keluarga Bahagia Min itu? Namun kenapa saat Jungkook mengatakan bahwa mereka adalah keluarga bahagia Min dia menjadi senang? Apa dia senang karena kini dia seperti diterima? Apa sebenarnya dalam hatinya yang terdalam dia suka dengan bercandaan itu? Eunbi selama ini hanya dekat dengan Hoseok seorang, dia jarang membuka diri ke orang lain. Well, nampaknya dengan masalahnya dengan Hoseok ini membuat dirinya menjadi lebih terbuka dengan yang lain. Dia jadi bisa melihat orang lain, lebih terbuka pada teman sekamarnya maupun teman se rumahhnya.

Eunbi baru mau membuka mulutnya untuk bercerita saat dia melihat Seungwan yang duduk di sofa berbeda dengan Jungkook dan dirinya.

"Oh, aku bukan keluarga Min ya." Seungwan mengatakan dengan ragu-ragu, dan berdiri dari tempatnya.

"Eonni kan pacarnya Yoongi oppa, tentu saja Eonni keluarga bahagia Min. Eonni sini." Panggil Eunbi, sebelum akhirnya menceritakan semua yang mengganjal di hatinya

***

Pukul setengah 8, dan mobil Hoseok sudah terparkir di depan kantor Lisa. Tidak perlu beberapa lama, Hoseok bisa melihat Lisa keluar dari kantornya dan berjalan cepat menuju mobil Hoseok.

"Oppa menunggu lama?" Tanya Lisa sambil masuk ke dalam mobil.

"Nggak, kalau nungguin kamu aja sih nggak lama."

"Apaan deh gombal."

"Ready to go?"

"Yes."

***

Sooyoung melihat arlojinya. Sudah pukul setengah 9 malam. Taehyung kemarin berjanji akan menjemputnya. Namun nyatanya? Dia di telpon tidak di angkat dan di sms pun tidak di balas. 

"Manajer Park," Sooyoung menoleh, asisten wakil direktur bank tempatnya bekerja memanggilnya. "Kenapa belum pulang?" 

Sooyoung tersenyum tipis. "Masih menunggu jemputan, Asisten Woo." 

Orang yang dipanggil Asisten Woo itu mengangguk, "Mau saya antar?" Tanya orang tersebut, sementara Sooyoung menggeleng. 

"Sebentar lagi orangnya datang." 

"Kalau begitu saya tunggu sa--" 

"Park Sooyoung!" 

Sooyoung menoleh ke arah suara, dan melihat Jimin yang melambai dari dalam mobil. "Oppa!" Seru Sooyoung. "Kalau begitu saya duluan ya, Asisten Woo." 

Sooyoung tidak menyia-nyiakan waktunya, dan segera berlari menuju ke arah mobil Jimin. Iya, setelah menunggu kurang lebih 45 menit, Sooyoung memutuskan untuk menghubungi Jimin yang untungnya masih ada di kantornya, kalau tidak mungkin dia akan pulang bersama asisten Woo. Ya, bukannya dia tidak mau pulang dengan asisten Woo, tapi dia memikirkan bagaimana perasaan Taehyung kalau tahu dia pulang dengan pria lain. Wow. Sooyoung bahkan masih bisa memikirkan Taehyung disaat dia marah karena tidak jadi di jemput. 

"Taehyung nampaknya ketiduran." Jimin membuka mulutnya saat Sooyoung sudah memasang sabuk pengaman. "Aku bertanya di grup chat, dan Seungwan noona menjawab bahwa dia tidak keluar kamar sejak siang tadi." 

"Hm." 

"Itu tadi Woo Dohwan kan? Orang yang disukai seulgi?" 

Sooyoung yang tadinya kesal pada Taehyung, akhirnya tertawa karena pertanyaan Jimin. "Masih ingat oppa? Itu obrolan kita jaman kapan ya?" 

"Berbulan-bulan yang lalu, tapi aku masih ingat. Dia bahkan tidak menganggap Taeyong ganteng, tapi orang itu--"

Sooyoung tertawa, "Oppa sebentar lagi menikah, jangan cemburu-cemburu gitu dong."

"Cemburu itu wajar kali. Tanda cinta" 

"Pret

***

Seguir leyendo

También te gustarán

33.7K 2.1K 50
sebuah kisah seorang pilot (hendra) dan psikiater (kalea) yang bertemu di bandara karena bertabrakan saat hendra terburu buru akhirnya dompetnya jatu...
59.8K 7.9K 107
Menjadi kekasih seorang Idol merupakan mimpi dari banyak wanita. Bahkan sebagian dari mereka merasa tak perlu menjadi kekasih cukup dapat melihat mer...
5.6K 749 23
"Kau tau ada pepatah yang bilang kalau cinta itu datang karena terbiasa? Tunggu aja. Kau pasti bisa mencintaiku." "Bagaimana rasanya? Ada orang yang...
231K 21K 58
Hidup adalah pilihan tanpa bisa memilih apa yang telah dipilihkan Tuhan untuk kita. Bertemu dengannya adalah takdirku, dan mencintainya adalah nasibk...