Alrine (End)

By Thelunatica

111K 8.1K 328

[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3 - Sierra
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8 - Flashback
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12 - Sierra
Chapter 13
Chapter 14 - Flashback
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17 - Sierra
Chapter 18
Chapter 19 - Sierra
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Sierra
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44 -END-
Extra Part
Sequel is Out!
Buku ketiga!
Segera Terbit

Chapter 40

1.8K 157 5
By Thelunatica

Ada yang kangen sama cerita ini? Wkwk

Sorry banyak typo, kebiasaan soalnya.

Happy reading, jangan lupa tinggal jejak!

***

Jakarta, Indonesia

Alrian berjalan dengan Alreni di depannya, tetapi bukan hanya Alreni, disamping adik kembarnya terdapat Alvero Kent yang menjadi pacar Alreni hampir 3 tahun lamanya. Awal kedekatan Alreni dan Alvero karena rumah mereka yang bertetangga sejak mereka masih 7 tahun, Alvero sering mengunjungi rumah ketiga kembar itu, lama-kelamaan timbul-lah rasa suka di hati keduanya, walaupun sekedar cinta monyet, pada akhirnya mereka berpacaran -tentunya saat mereka sudah menginjak usia remaja-. Namun Alvero dan keluarganya harus pindah ke luar negeri karena pekerjaan kedua orangtuanya, sehingga mereka berdua menjalin hubungan jarak jauh. Dan kini Alvero sudah dewasa sehingga memutuskan untuk berkuliah di Jakarta bersama Alreni, pacarnya.

"Berasa jadi supir kalian gue, ngekorin lu berdua." ketus Alrian kesal.

"Makanya, cari pacar! Tahan banget lo 18 tahun menjomblo!" sahut Alvero membalas. Sedangkan Alreni terkekeh pelan. Begitulah Alreni, kalem adem kalau ada pacar disebelahnya. Jaim lah.

Alrian mendelik kesal, ia membuang mukanya ke arah sebuah lapangan basket yang terletak didalam kampus mereka kini. Melihat beberapa wajah yang ia kenal, yaitu teman-teman basketnya semasa SMA.

Alrian berlari kecil menuju lapangan tersebut namun terhenti oleh panggilan Alreni.

"Mau kemana, Kak?" tanya Alreni dengan sedikit berteriak karena Alrian yang sudah menjauh.

"Lapangan bentar. Pacaran aja dulu kalian!" balas Alrian ikut berteriak.

Alreni geleng-geleng kepala, kakak kembarnya itu memang tak bisa lepas dari basket. Waktu SMA dulu pun dia sering terlambat masuk kelas karena bermain basket terlebih dahulu.

"Kemana, nih?" tanya Alvero disampingnya.

"Kantin, yuk. Aku lupa sarapan." Alreni menyengir, pipi tembamnya dicubit oleh Alvero.

"Kamu ini. Pantesan kurus kering, suara cempreng, sarapan aja sering lupa."

"Nggak papa, yang penting laku." Alreni memeletkan lidahnya sedangkan Alvero merangkulnya lalu berjalan menuju kantin yang berada tak jauh dari lapangan basket itu.

_÷_

"Eh guys!" panggil Alrian pada laki-laki yang sedang berkumpul dibawah ring basket.

"Ian? Kuliah sini juga lo?" tanya laki-laki yang bernama Kevin, salah satu sahabat Lionel.

"Yoi, sama Alreni disini." jawab Alrian.

"Oh gitu."

"Btw, cuma lo sama Revan disini? Fendy dimana?"

Revan dan Kevin saling tatap bergantian.

"Fendy lagi sama Leo, mereka nyari Alrine di Jerman."

Alrian tergelak. Terbesit rasa bersalah di hatinya, Lionel benar-benar serius untuk mendapat maaf dari adik kembar yang satunya itu. Hingga keberadaan Alrine sekarang yang jauh -dari alamat ia bilang dulu bahwa Alrine berada di Denmark- dapat di ketahui lelaki itu.

_÷_

Berlin, Germany

Lionel POV

Segelas cappucino yang tadinya hangat, kini telah mendingin. Kakiku terasa mati rasa akibat pegal.

Ini karena laki-laki rempong di sampingku yang tak henti-hentinya membeli pakaian-pakaian hingga makanan-makanan yang dijual didalam mal ini, Kaufhaus des Westens. Salah satu mal terbesar dibenua eropa yang terdapat di kota Berlin.

"Sabar ya, bos. 2 lagi. Buat dua sempak kecebong di indo." Fendy menyengir. Aku menatapnya datar.

Setelah beberapa menit hampir setengah jam. Lelaki setengah emak-emak ini membawa beberapa baju berjumlah 4 pasang. Aku penasaran, bagaimana ia akan membawa pulang kantong-kantong belanjaan ini nanti.

Aku mengikutinya hingga kasir, supaya tidak lama. Laki-laki ini harus dijaga, matanya akan secepat kecepatan cahaya kalau melihat perempuan-perempuan cantik, contohnya bule yang sedang menjaga kasir ini.

Fendy tiba-tiba menoleh ke belakang ke arahku. "Mereka nitip, bayarin juga. Kalau nggak lo sombong, nggak punya hati, pelit, hati bat--" Aku langsung mengeluarkan kartu kreditku dan memberikannya kepada wanita di kasir itu sebelum kalimat laknat dari laki-laki didepanku selesai. Kutekan beberapa kode keamanan yang diminta, setelah semuanya selesai. Aku menarik Fendy keluar dari toko tersebut.

"Eh, jangan tarik-tarik, mas. Baju-bajunya mahal kalau jatuh bisa dipenggal sama papa, gue." omel Fendy padaku.

"Kita pulang aja! Nggak tenaga gue, nggak duit gue, semua lo peras." balasku kesal. Sedangkan dia hanya menyengir bodoh seperti biasanya.

Tiba-tiba Fendy memegang perutnya, alisnya pun juga ikut berkerut. Penasaran, aku pun bertanya.

"Lo kenapa?"

"Laper," Ia mengeluarkan senyuman terjijiknya yang membuatku geli.

Aku mengangguk lalu menuju ke salah satu restoran cepat saji dekat kami berdiri. Sebenarnya aku sudah ingin kembali ke hotel karena lelah. Tapi, aku sedikit-- garis bawahi sedikit-- kasihan akan sahabat ogeb ku ini. Dan... aku juga lapar.

_÷_

Setelah beberapa menit aku mengantri, akhirnya tiba giliranku. Menu-menu makanan yang beragam membuatku bingung, akhirnya aku memilih yang menjadi favorit di restoran ini.

Sedangkan Fendy, kubelikan yang paling murah. Haha. Bercanda.

Setelah menyelesaikan pembayaran, aku membawa makanan dan minuman yang kubeli lalu meletakannya ke atas meja kami.

Tanpa basa-basi, aku segera memakan makanan yang kupesan dengan lahap. Kutengok Fendy yang sedang melamun belum menyentuh makanannya sama sekali.

"Heh!" Aku menyadarkannya, "makan, ngelamunin apa sih?"

Fendy tersadar, tiba-tiba raut wajahnya berubah tegang. Aneh.

"Eh e-nggak enggak." jawab Fendy gagap. Dia pun mulai memakan makanannya. Aku juga melanjutkan aktivitas makanku yang tertunda.

"Le, kalau lo ketemu sama Alrine, gimana perasaan lo?" Fendy bertanya tiba-tiba.

Tanpa menoleh padanya aku menjawab, "Seneng, lah. Usaha gue selama setahun berbuah hasil, dan gue bisa minta maaf sama dia langsung dan ungkapin perasaan gue sama dia."

Fendy tidak merespon jawabanku.

"Coba lo tengok ke belakang."

Aku berhenti mengunyah ayam didalam mulutku. Aku mendongak menatapnya. Ia menunjuk dengan dagunya sesuatu di belakangku. Aku pun berbalik badan.

Jantungku seolah-olah berhenti. Paru-paruku pun ikut tak bekerja. Rasa terkejut, senang, dan... rasa cemburu kurasakan bersamaan. Benarkah dia itu? Yang selama ini aku cari. Dia tak berubah banyak, pipinya yang sebelumnya tirus dan pucat kini menjadi seperti pertama kali kami bertemu. Tembam dan berseri. Rambutnya yang ia urai, kini hampir sepinggang mirip saudari kembarnya namun berubah warna coklat gelap. Ia terlihat lebih dewasa.

Ya, kalian tidak salah lagi.

Dia Alrine, gadis itu sedang duduk dengan jarak dua meja dibelakangku. Dia duduk menyamping sambil mengotak-atik iphone-nya sehingga tidak langsung melihatku.

Aku berdiri dari kursi yang kududuki hendak menghampirinya.

Namun baru saja aku melangkah, aku melihat dia dihampiri oleh seorang lelaki yang kukenali, dia dokter Bryant. Aku mengenalnya sebagai psikolog Alrine, setelah dijelaskan oleh Ben.

Dokter itu tertawa setelah ketahuan mengacak rambut Alrine. Sedangkan Alrine terlihat kesal lalu tersenyum. Aku suka ekspresinya yang seperti itu, tapi untuk saat ini, tidak.

Bukan aku menjadi pelaku tersebut.

Ia terlihat lebih bahagia dengan lelaki itu dibandingkan denganku.

Aku tersenyum pahit.

Apa masih ada peluang untukku dapat memilikinya?

Continue Reading

You'll Also Like

33.6K 4.2K 36
Cek informasi tentang pembelian buku di Instagram penerbit @viruspuitis.id [BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] "Intinya cerita tenta...
1M 63.5K 64
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...
113K 7.7K 14
β€’ β€’ β€’ β€’ π’πžπ¨π«πšπ§π  𝐚𝐧𝐚𝐀 π₯𝐚𝐀𝐒 π₯𝐚𝐀𝐒 π›πžπ«π§πšπ¦πš π€π«π€πšπ§πš π€π«π―π’πšπ§π¨ 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐒π₯𝐒𝐀𝐒 𝐬𝐒𝐟𝐚𝐭 𝐩𝐨π₯𝐨𝐬, π›πžπ«οΏ½...
200K 5.7K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. πŸ“Œ "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...