THE SECRET OF BILLIONAIRE'S G...

By niken_arum

1.6M 123K 6.2K

SUDAH TERBIT Ketika kau mengandaikan dirimu menjadi Alpha yang menemukan Lunanya. Dan ketika Lunamu tak sesua... More

Caleb William
Amelia
Alpha and Luna
Big No!
Counting Down
New York, New York
Love Bird
Stolen Kiss
Punishment
Stand by Me
The Accident
A Name to be Remember
One Plea
The Moment
Slander
The time
The War
Farewell
Behind the Smile
Love in Silence
Another Silence
Stay
Some other Thing
About the Size
Meet Up
Find Out
The Line
Different Thing
Crossfire
Moves
Rain for Rana
Catching
The Duchess
The Faith
Scream
Pink Pig
Panic
The Palace
Caught in Confusion
The Queen
Lost in Love
The Treasure
Another Treasure

About Love

27.2K 2.6K 97
By niken_arum

"Amelia.."

Amelia menatap Caleb. Suara berat pria di depannya itu membuatnya mencari kekuatan pada Caleb secepat dia bisa.

Caleb tersenyum menenangkan.

"Aku akan berada di lobi, okay?" Caleb menatap Amelia yang terlihat gelisah. Memberi ruang pada Amelia dan Kakeknya agar berbicara harus segera Caleb lakukan.

"Saya permisi, Sir."

Pria itu mengangguk dan Caleb melepaskan genggaman tangan Amelia dan melangkah meninggalkannya.

Amelia masih menatap punggung Caleb hingga pria itu menghilang dari pandangannya. Amelia menoleh dan menatap pria tua yang adalah Kakeknya dengan perasaan canggung luar biasa.

"Duduklah, Amelia."

Tangan pria itu terulur mempersilahkan Amelia duduk. Amelia mengangguk canggung lalu duduk tepat di depan pria itu.

"Kau sudah makan?"

Amelia yang menunduk, mendongak dan mengangguk.

"Sudah."

"Kau mirip sekali dengan Ibumu." Pria tua itu menelisik.

Amelia menunduk.

"Maukah menemani pria tua ini berjalan-jalan ke sana?" Pria tua itu menunjuk ke arah garis pantai yang terlihat sepi.

"Tentu, silahkan."

Mereka berdua beranjak. Beriringan menuruni undakan batu yang cukup curam. Langkah Cakradhar membuat Amelia sedikit khawatir dan reflek memegang lengan pria itu. Membantunya turun hingga kakinya menyentuh pasir pantai.

Mereka sudah meninggalkan sandal dan sepatu mereka di atas dan sekarang mereka berjalan sambil menikmati sensasi hangat di telapak kaki mereka.

Amelia...entah mengapa enggan melepaskan lengan Kakeknya. Kekhawatiran akan Kakeknya terjatuh menyelimuti hatinya tanpa dia minta.

Mereka berjalan menyusuri garis pantai. Tanpa berbicara hingga Cakradhar berhenti dan menghadap ke hamparan pantai.

Amelia melepaskan lengan Cakradhar dan ikut menikmati pemandangan di depannya.

"Ibumu sangat keras kepala. Apakah kau juga?" Ada sedikit tawa terdengar dari suara Cakradhar.

"Sedikit." Amelia ikut tertawa.

"Kakek. Bisakah aku meminta kau memanggilku dengan sebutan itu?"

Amelia terdiam. Tak menjawab dan menghela napasnya pelan.

"Kesalahan kami...sangat banyak padamu, Amelia. Juga pada Ibu dan Ayahmu."

"Aku sudah memaafkannya."

"Pria bernama Caleb itu mengajarimu banyak hal, benar?"

Amelia mengangguk.

"Caleb mengajariku pentingnya memaafkan agar hati kita tak menjadi busuk."

Cakradhar mengangguk.

"Aku menyetujui pernikahan Ibumu dengan Aldirch. Karenanya mereka tetap bisa menikah."

Amelia menoleh. Ini jelas fakta baru yang di dengarnya.

"Tapi...Nenekmu, selamanya tidak pernah menyetujui pernikahan mereka. Bahkan hingga mereka meninggal, nenenk mu tak pernah memberikan restunya."

Lalu hening ditingkahi ombak pantai yang menyentuh ujung jari mereka.

"Hingga Nenekmu meninggal dan dia menyuruhku mencarimu dan aku tak bisa melakukan banyak hal karena kehilangan jejakmu."

Amelia menghela napas. Sosok seperti apa Neneknya itu? Bahkan Amelia tak mengenal rupanya karena Ibunya tak pernah menunjukkan satu foto pun. Apakah Ibunya marah karena Neneknya tak memberi restu?

" Ibumu adalah perempuan berjiwa bebas yang terkungkung dalam ketatnya tradisi, Amelia. Dia satu-satunya pewaris yang aku punya hingga Nenekmu menjaganya dengan sangat berlebihan. Berniat menikahkannya dengan pria bangsawan lain yang pasti akan menjaga kelangsungan tahta kerajaan."

Amelia kembali menghela napas pelan. Dia bahkan tidak mengerti bagaimana mekanisme dan silsilah kerajaan Jembrana di bawah naungan Kakeknya itu.

"Dan sejarah itu terulang lagi sekarang. Lihatlah pada siapa kau jatuh cinta." Cakradhar tertawa pelan.

"Apakah Kakek tidak menyetujui pilihanku?"

" Apa aku tidak menyetujui pilihan Ibumu?"

Amelia tersenyum dan menggeleng.

"Bahkan ketika Aldirch Winter tak bisa memberikan Ibumu kehidupan yang layak...apakah aku menolak kehadirannya?"

Amelia sangat mengingat...satu masa saat Ibunya begitu bangga dengan Kakeknya. Dan sekarang Amelia tahu alasannya.

"Kakek bersyukur menemukanmu Amelia. Aku sudah tua dan...".

"Kakek masih gagah dan akan berusia panjang. Itu doaku." Amelia memotong ucapan Kakeknya.

"Kau pandai memuji. Kau pandai memaafkan."

"Kehidupan berat mengajarkan aku banyak bersyukur. Dan memaafkan."

"Kau memaafkan Kakekmu ini Amelia?"

Cakradhar menatap Amelia lembut.

"Aku cukup pandai melakukan itu."

Mereka tertawa pelan.

"Kakek mengundangmu untuk makan malam dan berkenalan dengan seluruh keluarga. Kau mau?"

Amelia menatap Kakeknya.

"Aku...harus bertanya pada Caleb dulu."

Cakradhar tertawa keras sambil menepuk tangan Amelia.

"Baiklah. Mintalah ijin padanya."

Amelia tertawa pelan. Entahlah...rasanya Amelia sudah terbiasa apa- apa bilang terlebih dulu pada Caleb dan bahkan Caleb terkadang merasa heran dengan sikap Amelia itu.

Seorang pria menghampiri mereka berdua dan membisikkan sesuatu pada Cakradhar. Amelia membuang pandangannya ke lautan. Tak ingin mengusik pembicaraan serius Kakeknya dengan pria itu.

"Amelia...sepertinya Kakek tidak bisa berbincang lama denganmu. Ada yang harus Kakek urus dan sifatnya mendesak. Kau tidak apa-apa?"

Amelia menoleh dan mengangguk.

"Kakek akan menelponmu nanti malam. Juga Caleb. Agar kalian bisa berkunjung secepatnya"

Amelia kembali mengangguk dan Cakradhar berbalik.

"Kakek..."

Cakradhar berhenti.

"Apa Kakek tidak ingin memelukku?"

Cakradhar membeku. Lalu berbalik lagi dan memeluk Amelia erat.

"Kau anak yang baik. Kakek akan sangat menyanyangimu. Kakek minta maaf..."

Cakradhar berujar dengan sangat berat dan melepaskan pelukannya pada Amelia.

Amelia merasa ada banyak beban berat yang tengah dipikul oleh Kakeknya itu. Lebih dari sekedar pertemuannya dengan Amelia.

Amelia masih terpaku menatap kepergian Cakradhar yang menaiki undakan berbatu di bantu oleh pria tadi. Terlihat Kakeknya berbincang dengan Caleb beberapa saat sebelum menghilang dari pandangan.

Amelia menoleh lagi. Menatap hamparan air di hadapannya. Hingga Caleb meraih tangannya. Menggenggamnya erat dan membawanya berdiri tegak menatap kejauhan. Mereka berdiam diri hingga Amelia memeluk pinggang Caleb erat.

------------------------------------------------

Dan benar saja, Kakeknya rajin menelpon Amelia dan menanyakan kabar. Dan hadiah-hadiah semakin sering berdatangan. Seakan seorang Cakradhar berusaha menebus waktu yang terlewat olehnya karena tak bisa merawat dan memberikan apa yang seharusnya Amelia dapatkan.

"Ini sudah hampir dua minggu dan Kakek belum sekalipun mengundangku. Apakah dia tidak benar -benar menginginkanku?"

Caleb menghela napas pelan dan melepas kacamatanya. Pandangannya beralih pada Amelia yang duduk di sampingnya dengan gelisah.

"Tenanglah. Kau tahu bukan, Kakekmu tentu sangat sibuk."

Amelia terdiam. Memang...bahkan Amelia melihat tayangan televisi lokal di mana sang Kakek meresmikan sebuah galeri seni baru-baru ini. Dan perjalanan dari Denpasar ke Jembrana bukankah tidak sebentar? Kakeknya bahkan harus mondar-mandir ke sana kemari.

"Kakekmu masih menelpon bukan?" Caleb menyentak lamunan Amelia. Amelia mengangguk.

"Dia menelpon...tapi...aku merasa tidak enak. Seperti...Kakekku sedang memikul beban berat yang berusaha dia sembunyikan dariku."

Caleb meraih tangan Amelia. Menatapnya lembut dan berusaha tidak bersikap mencurigakan. Sejatinya dia tahu ap yang tengah terjadi. Pergolakan di antara anggota keluarga bangsawan Jembrana...

"Aku akan cari tahu, okay?"

Amelia mengangguk.

"Apa kau mau melakukan sesuatu yang menarik?"

"Apa?" Amelia menjawab dengan tak berminat. Wajahnya cemberut.

"Seperti...menciumku?" Caleb mendekatkan wajahnya pada Amelia dan Amelia memundurkan wajahnya dengan mimik yang kesal.

"Aku bahkan tidak berminat menciummu, Caleb." Amelia beringsut.

"Benarkah?" Caleb menggoda sambil terus merangsek maju.

"Tidak mau." Amelia menggeleng.

"Benarkah? Caleb bergeser menjauh. Amelia menatap Caleb heran.

"Baiklah. Aku tidak akan menciummu." Caleb kembali meraih kacamata dan memakainya.

Amelia beringsut.

"Bukan seperti itu..."

Caleb tetap diam. Menekuri laptopnya tanpa menoleh lagi pada Amelia.

"Marah?"

Caleb tetap terdiam.

"Caleb."

Tidak ada jawaban.

Amelia menghela napas kesal dan menyelusupkan tangannya ke lengan Caleb dan menyandarkan kepalanya ke bahu Caleb. Ikut menekuri angka - angka yang bahkan Amelia tak mengerti.

Lama-lama Amelia mulai mengantuk dan terlelap di bahu Caleb.

Caleb yang hendak beranjak urung berdiri karena Amelia justru terkulai. Caleb membenahi laptop dengan tangan kirinya dan meletakkannya di nakas di samping sofa.

"Amelia..."

Napas halus Amelia menyambut. Caleb tertawa pelan dan membawa Amelia rebah. Sofa cukup lebar untuk di tiduri berdua dan Caleb merebahkan Amelia dan membenarkan letak bantal sofa. Caleb melangkah menuju kamarnya dan turun dengan sebuah selimut tebal. Dia merebahkan tubuhnya dan memeluk Amelia dalam selimut.

Bunyi pesan masuk membuat Caleb urung memejamkan mata. Dia berbalik dan meraih ponselnya yang dia letakkan di meja. Mata Caleb memicing dan membaca pesan masuk itu. Dari orang yang di sewanya untuk menyelidiki sesuatu. Caleb mengetikkan pesan balasan dan meletakkan ponselnya setelahnya. Kembali dia memeluk Amelia dan menaikkan selimut.

-------------------------------------------

"Dia itu bukan siapa-siapa, Kak. Darahnya bukan darah murni keturunan kita."

"Jaga ucapanmu Ranti. Bagaimanapun dia cucuku. Lagipula...bukankah kau lebih baik mengurus urusanmu sendiri? Aturlah anakmu itu agar tidak membuat kegaduhan yang bisa mencoreng nama baik kita."

"Dewa itu tidak bersalah. Dia hanya di fitnah oleh temannya."

"Ranti...mabuk-mabukan dan berjudi di rumah pelacuran kau bilang di fitnah? Kuharap kau belum lupa bahwa dia memperkosa seorang perempuan dua bulan lalu."

"Wanita itu pelacur...bukankah itu pekerjaannya?"

"Ranti...aku sudah kehabisan akal mengurus anakmu itu."

"Karena kau sudah menemukan gadis itu." Wanita bernama Ranti itu terlihat sangat kesal dan bersuara nyaring. Menyahuti setiap ucapan Cakradhar.

Cakradhar menghela napas lelah. Di balik pintu Gusti Agung terlihat khawatir. Khawatir penyakit darah tinggi Tuannya akan kambuh. Dia sangat mengerti inti pembicaraan Cakradhar dengan adik perempuannya itu. Masalah mereka tak jauh dari Anak Agung Dewaya. Anak dari Ida Ayu Miranti. Anak laki-laki satu-satunya dari pernikahannya yang kandas dengan seorang bangsawan dari Buleleng.

Dewaya atau biasa di panggil Dewa oleh Ibunya sangat brutal. Kemanjaannya pada sang Ibu menjadikannya seorang pria yang tidak menghargai hidup. Kemudahan yang diperolehnya dari Ibu dan Ayahnya menjadikan dia seorang yang suka berfoya-foya. Ketampanan khas pria Bali menjadikannya penipu para gadis. Dia juga suka berjudi mabuk tak kenal waktu dan tempat.

Cakradhar sudah terlalu lelah menutupi kelakuan keponakannya itu dan mulai hilang kesabarannya. Terakhir kali, Cakradhar mendapat laporan bahwa Dewa tertangkap tangan berjudi dan menggunakan obat - obatan terlarang di sebuah rumah bordil di Surabaya.

"Ini sudah dua minggu lebih, Kak. Aku mohon kau membebaskan Dewa dari penjara."

Cakradhar menggeleng.

"Aku tidak bisa Ranti." Cakradhar beranjak dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam griya.

Wanita berpakaian elegan bernama Ranti itu menghentakkan kakinya. Matanya berkilat marah dan dia menghempaskan tubuhnya di kursi dengan tangan bertaut kencang.

"Kau pikir aku mau menerima gadis itu di keluarga kita Kak? Kita lihat apa yang akan di lakukan seluruh anggota keluarga saat mengetahui hal ini."

Miranti menautkan tangannya hingga buku jarinya memutih. Menahan amarah menggelegak dan ketakutan yang menyeruak....

---------------------------------------------

Apa obat batuk tradisional yang manjur ya?

Aku lagi batuk....Aaaaaaaaaaa.....

👑🐺
MRS BANG

Continue Reading

You'll Also Like

14.3K 1.7K 9
Sooji yang merupakan seorang psikiater berpredikat bad girl dengan tingkat kewarasan dan sikap diatas wanita normal harus menangani seorang pasien pr...
6K 268 9
cerita fiksi, aowkwowkwk, maap typo, ga nyambung, gaje
65.3K 9.9K 48
(Mature Romance 18+) Yurui Sendai menjalani dua kehidupan yang berbeda; siang menjadi mahasiswi seni, dan malam menjadi putri yakuza dari Sendai grou...
3.5K 949 52
Jo, seorang jenius cacat yang introvert mengetahui bahwa lembah indah tempat teman-teman barunya bersekolah akan digusur untuk dijadikan hotel oleh p...