Roommate ✅

By erinsarchive

303K 36.3K 3.8K

Rumah milik seorang pensiunan militer dijadikan rumah tinggal. Berisi 12 manusia yang selalu silih berganti... More

Penghuni Rumah Biru
Chapter 1: Attention
Chapter 2: Sunday
Chapter 3: Why You Dont Know, While Other Knew?
Chapter 4: If They Had Instagram
Chapter 5: Stupid Decision
Chapter 6: I Like Me Better
Chapter 7: Perfect VS Girls Front
Chapter 8: Fool For You
Chapter 9 - Everything
Chapter 10 : If They Had Instagram (2)
Chapter 11: Complicated
Chapter 13: I Miss You
Chapter 14: If They Had Instagram (3)
Chapter 15: Behind The Instagram (1)
Chapter 16: Behind The Instagram (2)
Chapter 17 : Change
Chapter 18: Bittersweet
Chapter 19: Damn, I Love You
Chapter 20: Wasn't Expecting That
Chapter 21: The Truth
Chapter 22: The Date
Chapter 23: Begin
Chapter 24: The Party
Chapter 25: Girls Night Out
Chapter 26: Stranger Things
Chapter 27: Problem
Chapter 28: in a Group Chat
Chapter 29: Turn Back Time
Chapter 30 : Somebody Special
Chapter 31 - If They Had Instagram (4)
Chapter 32 : If They Had Instagram (5)
chapter 33: Not Today
chapter 34: in a group chat (2)
Chapter 35: Keluarga Bahagia Min
Chapter 36: Let Me
Chapter 37 : I Cant Fall in Love Without You
Chapter 38: Serendipity
Chapter 39: The Truth Untold
Chapter 40: Inferior Complex
Chapter 41: Sweet Day
Chapter 42 - More Than Stars
Chapter 43 : Andante
Chapter 44: Broken Heart
Chapter 45 : Can't You See Me?
Chapter 46 : Stuck with you
Chapter 47 : Falling
Chapter 48: At My Worst
Chapter 49: Like Water
Chapter 50: if they had instagram (6)

Chapter 12: I Wish

5.7K 844 102
By erinsarchive

Hoseok masih menyelesaikan koreonya, saat pintu terbuka. Jimin masuk dengan senyum sementara Hoseok segera melihat jam dinding.

"Hampir jam 12 Jimin, kamu dari mana?"

"Kantor dan rumah sakit. Lihat calon istri" jawabnya lalu terbahak saat melihat ekspresi Hoseok. "Ngomong-ngomong, maukah Hyung ku kenalkan dengan asistenku? Namanya Lisa."

"Hmm?"

"Aku bukannya mau bergosip, tapi aku baru mendapat cerita dari Seungwan noona, jadi Hyung pasti paham maksudku. Yoongi hyung, sebulan yang lalu saat Seungwan noona meminta tolong hyung untuk menjadi pacar bohongannya, terlihat depresi sekali. Lalu sekarang, kalau terjadi lagi.. aku tidak tahu apa yang akan terjadi."

Hoseok hanya menghela napas. "Aku tidak tahu ingin meminta tolong pada siapa."

"Aku tahu. Makanya, aku menawarkan bantuan. Anggap saja blind date. Kalau hyung masih tidak bisa move on dari Eunbi, tidak apa-apa. Nanti kita bahas dengan Lisa bersama-sama. Dia pasti mau membantu, anak itu senang dengan hal-hal seperti ini. Dia suka mengerjai orang."

Hoseok tertawa. "Bagaimana kalau Lisa itu menyukaiku?"

"Ya bagus. Dia memang butuh punya pacar. Setiap hari kerjaannya mengangguku."

Hoseok tertawa "Baiklah. Terima kasih Jimin. Ah, sepertinya aku harus minta maaf pada Yoongi hyung."

"Hei, hyung. Bagaimana kalau kita kerjai Yoongi hyung sedikit?"

"Lalu dia tidak memasak untuk kita lagi?"

"Dia akan berterima kasih pada kita, dia itu tsundere, jadi butuh untuk dipancing sedikit. Apalagi Seungwan Noona itu pemalu."

"Baiklah. Apa rencanamu?"

***

Setiap pagi, pukul setengah 7, merupakan jadwal Yoongi untuk mandi. Namun kali ini jadwal itu mendadak rusak, terutama karena Hoseok dan Jimin ada di kamarnya tepat sebelum dia berangkat ke kamar mandi.

"Cepat. Aku harus mandi. Mau ke Rumah sakit."

"Aku takut, Jimin." Begitu kata Hoseok dengan mukanya yang memang ketakutan. Sementara Jimin hanya menepuk-nepuk pundak Hoseok.

"Tidak apa-apa Hyung. Ada aku." Ucap Jimin.

Hoseok menelan ludahnya, "Hyung. Aku ingin bicara."

"Jung Hoseok. Percepat dan jangan ulang-ulang perkataanmu. Aku mau mandi."

Hoseok melirik Jimin, dan Jimin akhirnya begah juga. "Hoseok hyung ingin mengatakan cinta pada Seungwan Noona." Begitulah kata-kata yang diucapkan Jimin, dan membuat Yoongi membelalakkan matanya.

"I--itu kalau H--hyung tidak segera mengatakan cinta." Hoseok berujar dengan terbata. Sesungguhnya dia takut pada Yoongi. "H--hyung suka Seungwan k--kan?"

"Aduh, pokoknya Hoseok hyung memberi Yoongi hyung waktu satu minggu. Kalau tidak, Hoseok hyung akan mengatakan cinta pada Seungwan noona. Itu saja." Lalu Jimin membuka pintu kamar Yoongi, dan menarik Hoseok keluar dari kamar Yoongi.

Sepeninggal Hoseok dan Jimin, kini tinggallah Yoongi yang masih shock. Perlahan dia membersihkan telinganya. Berharap salah dengar. Hoseok ingin mengatakan cinta pada Seungwan. Pastilah pernyataan cinta itu akan diterima. Lalu kenapa dia memberi kesempatan untuk Yoongi menyatakan cinta? Bukankah peluang untuknya tidak ada?

Yoongi masih berdiri di tempatnya hingga suara derap kaki terdengar. Itu derap kaki Yerim. Yoongi hapal. Yoongi membuka pintu kamarnya, dan yang terdengar jeritan Yerim.

Yerim menjerit kaget, karena pintu Yoongi yang terbuka tiba-tiba. Sementara Jungkook dengan sigap membuka pintu kamarnya. Dia keluar tanpa busana namun dengan celana bahan miliknya.

"Ada apa Yerim?" Tanya Jungkook dan Yerim hanya membeku. Matanya terfokus pada kotak-kotak ysng menempel. Indeed a muscle bunny. Muka aja bayi kelinci badan bulldozer. Duh pengen cuci baju. "Yerim?" Tanya Jungkook lagi,

"Ah ya?" Ucap Yerim gelagapan.

"Kamu tidak apa-apa?"

Jimin, Namjoon dan Taehyung mengintip kamarnya. Melihat kenapa Yerim berteriak, sementara terdengar derap kaki dan terlihat Jennie yang berlari ke atas, melihat yang terjadi. Karena 3 perempuan lain sedang mandi di bawah.

Malu karena berteriak karena kaget, Yerim berpikir cepat. "Ada kecoa." Hanya itu yang dia pikirkan, membuat Jennie yang baru menginjakkan kaki ke lantai atas segera menurunkan kaki lagi ke bawah. Pintu kamar Namjoon dan Taehyung segera tertutup, begitupula dengan Jimin. Sementara Yoongi,  swag, dan masuk ke kamar mandi.

"Di mana?" Tanya Jungkook, dan Yerim tidak bisa melepaskan pandangannya dari Jungkook. Sejak kapan dia seperhatian ini? Apa selalu seperti ini? Apa ini efek ilusi papan penggilesan baju?

"Sepertinya sudah pergi. Kamu pakai baju sana. Memangnya badanmu enak dilihat." Seru Yerim tanpa sadar dan masuk ke kamar mandi nomor 2. Karena kamar mandi itu yang terbuka.

***

Jennie sedang sarapan di bawah saat dia melihat Namjoon menuju meja makan. Melakukan PDA seperti mencium dahi, lalu duduk di sebelah Jennie. Taehyung yang sudah di bawah semenjak 5 menit yang lalu, segera melirik Sooyoung yang sedang memakan rotinya, ingin melakukan yang sama, tapi tampaknya si perempuan terlalu cuek.

KIM TAEHYUNG JUGA INGIN PDA. PLEASE PEKA PARK SOOYOUNG! Serunya dalam hati. Kenapa dia tidak pernah romantis? Taehyung selalu ragu perempuan ini suka padanya.

"Ini milikmu." Jennie memberikan roti yang sudah diolesi selai coklat kepada Namjoon, sementara yang diberi roti tersenyum manis.

"Terima kasih."

"Sooyoung dan Taehyung, apa kalian mau berangkat bersamaku?" Tanya Namjoon lalu mengigit rotinya.

Sooyoung menggeleng, "Kami berangkat bersama Yoongi oppa dan Jimin oppa. Jimin oppa mau bawa mobil hari ini."

Jennie menyerngit. "Dalam rangka apa?"

"Sekalian jemput calon istri katanya. Baru nanti berangkat lagi ke kantor, naik bus."

"So sweetnya." Jennie membeo."Ah, tapi Namjoonku juga tidak kalah sweet. Dia selalu menjemputku jika aku habis pemotretan." Lalu Jennie terkekeh. Setelahnya dia bersender di lengan Namjoon.

KENAPA PARK SOOYOUNG TIDAK BISA SEPERTI ITU? seru Taehyung lagi. Kenapa dia tidak membanggakannya yang menjemputnya di kantor tiap malam? Menunggunya di depan kantor? Dan Kenapa park sooyoung hanya mau pda sebatas bergandeng tangan dan rangkulan? Park Sooyoung belajarlah dari Jennie, teman sekamarmu.

Namun tidak mungkin dia bilang begitu pada Sooyoung. Sooyoung sendiri tidak pernah membanding-bandingkan dia dengan trio pemilik mobil aka Namjoon, Hoseok dan Jimin. Dia menerima Taehyung apa adanya, lalu bukankah Taehyung seharusnya juga sama?

Suara derap kaki terdengar, dan muncul Jungkook yang berjalan menuju ruang makan. Ia menggambil gelas di meja, sebelum akhirnya menuang air.

"Kookie, kamu tidak sarapan?" Tanya Jennie dan Jungkook hanya menggeleng.

"Nanti saja di kantor. Aku sudah terlambat."

"Hari ini dia ditugaskan di divisi lain, ada divisi gabungan." Namjoon berkata dan yang lain mengangguk. "Semangat Jungkook."

"Ya ya. Aku berangkat dulu."

Sepeninggal Jungkook yang baru menutup pintu depan, Jennie tiba-tiba tertawa, dan memancing rasa penasaran Sooyoung.

"Kamu kenapa?"

"Tadi Yerim kan berteriak di atas--"

"Oh kecoa." Taehyung menambahkan dan Jennie tertawa.

"Iya, itu. Aku baru sadar bahwa badannya Jungkook bagus. Dia sudah setahun di sini, dan aku baru tahu itu. Mukanya seperti anak-anak tapi badannya wow. Aku bisa melihat roti di perutnya. 6 potong."

Sooyoung tertawa mendengar perkataan Jennie. "Menurutmu kenapa kita memanggilnya Muscle Bunny? Menurutmu kenapa kita selalu menyuruhnya potong rumput bersama Taehyung? Ah, Jennie itu sebabnya kamu harus bangun lebih pagi."

"Memang kenapa?"

"Kalau dia habis potong rumput, hal yang dia lakukan membuka bajunya. Dan kita jadi bisa melihat rotinya itu."

Oke. Ini pengetahuan baru bagi Namjoon dan Taehyung. Jadi para wanita di rumah ini, punya niat picik. Taehyung tanpa sadar memegang perutnya. Apalah dayanya hanya punya bakpao?

"Begitu? Minggu ini bangunkan aku lebih pagi ya. Aku juga mau lihat." Lalu Jennie tertawa.

"Iya. Akan ku bangunkan."

Namjoon dan Taehyung berjanji akan menjauhkan Jungkook dari memotong rumput.

***

"Kamu kan tidak perlu repot-repot." Begitu ujar Seulgi saat sudah di dalam mobil.

"Ini tidak repot. Aku juga sudah absen." Ujar Jimin sambil tersenyum. "Ah iya Noona, aku tadi mengerjai Yoongi hyung."

Seulgi mengerutkan dahi. "Ha? Mengerjai bagaimana?"

"Ku suruh dia mengungkapkan perasaannya, sebelum Hoseok hyung mengutarakan cinta."

"Hoseok--" Dan Jimin memotong pembicaraan dengan membicarakan semua yang terjadi tadi malam.

"Kalau begitu sih, kamu aku dukung."

"Coba Noona dekati dokter satu itu, ajak omong."

"Sudaah." Dan kini giliran Seulgi yang bercerita mengenai apa yang terjadi di ruangan Yoongi kemarin.

Jimin mengangguk mengerti. "Tinggal si laki-laki yang ambil kesempatan ini kan?"

"Tapi bagaimana kalau dia merasa sia-sia? Maksudku bagaimana kalau dia berpikir bahwa toh apapun yang terjadi yang diterima tetap Hoseok?"

Jimin tersenyum jahil. "Itu sebabnya kita harus membuat mereka merasa bahwa satu sama lain itu penting."

***

Seulgi kembali lagi ke rumah sakit, saat malam hari. Dia mendapat jadwal malam seperti kemarin. Jimin sempat berkata dipesan singkat bahwa dia tidak bisa mengantarkannya hari ini, karena harus mengatur Blind Date Hoseok dan Lisa. Tidak masalah baginya, yang penting sekarang adalah menyadarkan seseorang yang duduk di ruang tunggu dengan masih menggunakan baju hijau habis operasi miliknya.

"Dr. Min."

"Oh, Suster Kang."

"Kuman." Ucapnya sambil menunjuk baju Yoongi dan Ruangan. "Silahkan mandi."

Yoongi tersenyum "Baiklah." Lalu Yoongi beranjak bangun.

"Kalau mau bicara dengan saya, bawakan saya teh." Ujar Seulgi lalu tersenyum, meninggalkan Yoongi.

Ada hampir 43 menit menunggu, ya Seulgi menghitung waktunya, berpikir apakah Yoongi tidak mau berbicara dengannya. Namun di menit berikutnya si dokter datang membawa gelas.

"Aku tidak tahu kamu suka teh yang mana." Dan Seulgi hanya tersenyum saat melihat teh yang dibawakan Yoongi.

"Ada yang mau dibicarakan?"

"Jadi begini--" Yoongi menceritakan mengenai apa yang terjadi pagi ini. Seulgi hampir tertawa kalau tidak ingat bahwa ini adalah settingan, tetapi Yoongi terlihat sangat depresi. Untungnya si dokter bisa membagi pemikiran. Maksudnya saat operasi dia masih bisa fokus, tetapi saat diluar ruang operasi dia kembali galau. "Begitu." kata Yoongi mengakhiri semua yang membuat hatinya galau pagi ini.

"Kan itu artinya Hoseok memberi kesempatan. Dia memberi oppa kesempatan untuk mengungkapkan perasaan. Siapa tahu oppa yang diterima?"

"Mana mungkin."

Seulgi menaikkan pundaknya, terlihat tidak peduli. "Kalau oppa tidak gerak cepat, dan Seungwan memilih Hoseok, jangan marah atau galau. Karena sebelumnya oppa sudah di beri kesempatan dan oppa tidak menerimanya." Dan Seulgi bisa melihat Yoongi terlihat shock. Maafkan aku Yoongi oppa, ini demi kebaikanmu. "Jadi oppa lebih baik mencoba dan gagal, daripada tidak mencoba dan tetap gagal."

Seulgi mendengar Yoongi menghela napas. Kasihannya dokter yang satu ini tapi kalau tidak seperti ini dia tidak akan maju. Seulgi juga mau satu penghuni rumah biru punya pasangan. Terutama teman sekamarnya.

***

Hoseok sudah menceritakan semuanya pada Lisa, dan ada Jimin juga disana. Lisa mengangguk mengerti. "Baiklah.. saya juga sedang single. Saya terima penawarannya, tapi kalau saya butuh anda, anda juga harus menolong saya."

"Tentu saja." Hoseok menyanggupi dengan senyum.

"Kalau begitu, bagaimana kalau anda menolong saya duluan? Sabtu minggu depan, saya harus datang kenikahan teman saya. Anda menemani saya ke sana."

"Deal."

"Senang deh melihat kalian bisa bekerja sama"

***

Jungkook menimbang-nimbang undangan yang baru saja diberi Eunbi padanya. Undangannya minggu depan. Harus bawa pacar. Kenapa harus bawa pacar? Supaya tidak sedih? Bikin pekerjaan orang ribet saja. Sebenarnya, dia ingin sekali mengajak Yerim, tetapi dia sedang dalam misi. Jadi dia tidak boleh melakukan itu. Sebulan yang lalu, saat Chanyeol masih ada di rumah, Chanyeol memberi saran untuk melakukan tarik ulur. Selama ini yang Jungkook lakukan adalah tarik, maka sekarang yang dia harus lakukan adalah ulur. 

"Waktu untuk ulur, kalau bisa 3 bulan. Biar dia merasakan bahwa kehilangan kamu adalah hal yang paling tidak dia inginkan."

"Tapi Hyung, dia bahkan tidak suka aku."

"Makanya, dari tarik ulur ini akan terlihat apakah dia suka kamu, atau tidak. Saat kebenaran terungkap, maka kamu harus rela apapun hasilnya. Cinta tidak harus memiliki. Lagipula jodoh kan tidak ke mana."

Berdasarkan itu, Jungkook berusaha mengulur semuanya. Dari yang biasanya mengantar Yerim sekolah, dari yang biasanya menggoda Yerim, semua tidak dia lakukan. Dia kangen, tapi mau bagaimana lagi? Menunggu dua bulan lagi tidak masalah untuknya, asalkan hasilnya happy ending. Kalau Sad Ending, lebih baik dia meninggalkan rumah biru saja. Agar cepat move on. 

"Kookie oppa."

Hanya ada dua orang di rumah ini yang memanggilnya oppa. 1 Eunbi dan satu lagi Yerim, tetapi suara ini bukan Eunbi. Telinganya mungkin sedang berdengung. Jungkook menoleh, dan melihat Yerim menghampirinya. Dia sepertinya baru keluar dari kamarnya. Apakah ini fatamorgana?

"A--ada apa Yerim?"

"Maukah, oppa membantuku?"

Seumur-umur Yerim tidak pernah memanggilnya Oppa, lalu ada apa dengannya sekarang? Memanggilnya oppa? Pasti ada maunya. 

"Membantu apa?" 

"Anak murid di sekolahku--" Nah, benarkan. Ada maunya. "--Ingin melihat pak polisi lagi." Yerim kemudian berjeda. "Jadi aku ingin membuat sesi tanya jawab. Maukah besok datang ke sekolahku, dan mengisi satu jam mata pelajaran?" 

Jungkook bergumam. Besok dia ada penyidikan, dan itu akan memakan waktu lama. Dia menatap Yerim lama, hingga raut wajah Yerim berubah.

*** 

Yerim merasa dirinya bodoh, kenapa dia harus berkata Kookie oppa?  Ke mana Yerim yang biasanya? Ke mana Yerim yang memanggil si muscle bunny dengan YA! Harusnya dia bilang saja langsung yang sebenarnya, bahwa sekolahnya ingin membuat perkenalan segala jenis pekerjaan, dan anak-anak muridnya ingin mengundang Jungkook untuk menjadi pembicara. Karena dulu setiap pagi Yerim selalu diantar oleh Jungkook, dan suatu pagi Jungkook berangkat dengan menggunakan seragam polisinya, sehingga anak muridnya secara personal menyebut Jungkook sebagai pembicara pertama untuk pekerjaan polisi. 

"Teman Saem yang tinggi itu tampan." Begitu ucap salah satu anak muridnya saat Jungkook pergi setelah mengantarnya.

"Suatu saat nanti aku mau menjadi pak Polisi sepertinya. Dia keren."

dan banyak lagi yang lain. 

Raut muka Jungkook terlihat berpikir.  Yerim tahu pasti si polisi tidak mau. Semenjak punya pacar Jungkook berubah. Ya apa sih yang Yerim harapkan? Ya masa orang sudah punya pacar disuruh masih perhatian ke orang lain?

Jungkook menepuk sofa di sebelahnya, dalam rangka menyuruh Yerim duduk. Yerim tanpa babibu langsung duduk di sebelah Jungkook setelah beberapa langkah.

"Maaf ya Yerim." Tuh kan, pasti dia tidak mau. "Kalau besok aku tidak bisa, bagaimana kalau Lusa? Mungkin aku bisa."

Yerim yang awalnya memiliki raut wajah kecewa, dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi bahagia. "Benar oppa?" Dan bodohnya Yerim kenapa harus memanggil oppa?

"Tapi ada syaratnya. Bantu aku juga."

Yerim menyerngit "apa?"

"Temani aku datang ke sini." Dan Yerim mengerutkan dahi saat melihat   sesuatu yang dipegang Jungkook. Undangan. Undangan pernikahan.

"Oppa kan sudah punya pacar." Kenapa oppa lagi sih Kim Yerim.

"Siapa bilang?"

Yerim tidak mungkin bercerita dia melihat Jungkook mencium dahi perempuan kan? "Itu, di halte. Siapa ya yang cerita kemarin. Cium dahi?" Ucap Yerim dengan ekspresi yang menurutnya sudah benar.

"Itu adik perempuanku. Somi. Apa aku tidak boleh mencium dahi adikku?"

Oh. Adik. "Hmm. Tanggal berapa acaranya?"

"Sabtu minggu depan."

"Baiklah. Yang penting oppa datang ke sekolahku lusa. Anak-anak sudah kangen bertemu denganmu."

***

Sebenarnya dari tadi Jennie dan Sooyoung mengintip dari kamar mereka. Awalnya Jennie baru mau keluar ambil air saat mendengar.

"Kookie oppa."

Sooyoung di detik itu segera beranjak dari kasurnya, menatap Jennie yang berteriak histeris tanpa suara. Yerim memanggil Jungkook dengan oppa itu langka. Mereka kemudian mendengar satu persatu pembahasan mereka,

"Maaf ya Yerim."

"Eh liat itu lihat itu Yerim, kecewa sekali."

"Jungkook sih." Jennie berdecak, tetapi kembali mengintip

"Kalau besok aku tidak bisa, bagaimana kalau Lusa? Mungkin aku bisa."

Sooyoung terkekeh "Lihat itu Yerim senyumnya, sepertinya Yerim sudah mulai suka"

"Diamlah, Sooyoung."

"Benar oppa?"

"Tapi ada syaratnya. Bantu aku juga."

"Bantu apa?" Tanya Jennie seraya melihat Sooyoung.

"Diamlah, Jennie." Sooyoung balas dendam, dan tertawa saat ekspresi Jennie berubah cemberut.

"apa?"

"Temani aku datang ke sini."

"Apaan itu?" Tanya Jennie dan berusaha memincingkan mata. Melihat apa yang dipegang Jungkook.

"Oppa kan sudah punya pacar."

"Masa?" Sooyoung dan Jennie menatap satu sama lain.

"Siapa bilang?"

"Iya benar, siapa bilang?" Tanya sooyoung yang merasa bahwa radar gosipnya akhir-akhir ini melemah.

"Itu, di halte. Siapa ya yang cerita kemarin. Cium dahi?"

"Jungkook cium dahi?" Jennie memekik dengan suara yang bisa merusak gendang telinga Sooyoung namun tidak terdengar orang luar. "Duh, dek. Aku juga mau."

"Heh, kamu lho tiap pagi dicium sama Namjoon."

"Ye biarin. Iri aja."

"Mending perhatiin Yerim tuh. Mukanya sok iya banget."

"Lupa dia kalau Jungkook itu polisi. Ya kali dia nggak sadar, Yerim acting."

"Itu adik perempuanku. Somi. Apa aku tidak boleh mencium dahi adikku?"

"Iya ya, tipikal Jungkook mau PDA itu nggak mungkin."

"Eh lihat itu senyumnya Yerim, seneng banget dia denger itu bukan pacarnya Jungkook. Kayaknya bener dia suka sama Jungkook"

"Hmm. Tanggal berapa acaranya?"

"Minggu depan."

"Baiklah. Yang penting oppa datang ke sekolahku lusa. Anak-anak sudah kangen bertemu denganmu."

Jennie mencibir. "Alah paling dia yang kangen."

"Kapok tuh si Yerim. Pas Jungkook berubah aja baru demen."

"Udah lah Syoong. Nggak apa-apa. Yang penting merekanya seneng."

"Kamu nggak jadi ambil minum?"

"Ntar aja. Tuh perkutut dua saling senyum-senyum. Nggak berani ganggu aku."

***

Eunbi masih belum punya orang untuk diajak pergi ke acara Eunha. Dia tadi sempat bertanya pada Jungkook, dan Jungkook bilang dia mengajak Yerim. Bagaimana caranya Jungkook mengajak Yerim, dia juga tidak tahu. Dia turut senang, tapi dia ingat bahwa dia juga harus mengajak seseorang. Orang-orang yang sedang berada di meja makan ini, bukan pilihan yang bagus. Yoongi dan Hoseok. Yoongi, kalau diajak, sudah jelas akan menolak. Lalu Hoseok? dia tidak mungkin memanfaatkan Hoseok untuk ini. Euh. Dia butuh seseorang untuk digandeng.

"Dr. Min." Seungwan memanggil Yoongi yang juga ada di meja makan. 

"Iya?" Yoongi menoleh, membuat Eunbi memperhatikan kedua yang berseberangan ini bergantian. 

"Apa sabtu minggu depan dokter sibuk?"

Yoongi menggeleng sambil mengigit rotinya. "Tidak, kenapa?"

"Mau kah dokter membantuku?"

"Membantu apa?"

"Orang tuaku akan datang dari kanada minggu depan, mau kah dokter menemaniku menjemputnya?"

Yoongi mengangguk, "Oke tidak masalah. Jimin, aku pinjam mobilmu?"

"Oke. " Jimin tersenyum, sementara Yoongi melihat Seungwan lagi

"Ada yang bisa ku bantu lagi?"

dan Seungwan menggeleng.

***

Jimin dan Hoseok saling tatap saat kejadian barusan. Perkembangan berarti, walaupun Yoongi tidak bereaksi berlebihan, tapi dia tahu kalau dalam hati pasti Yoongi berteriak kesenangan.

"Kenapa tidak mengajak Hoseok oppa? Hoseok oppa kan punya mobil." Eunbi bertanya, dan Seungwan tersenyum kikuk.

"Hoseok sudah punya pacar, Eunbi. Aku tidak mungkin meminta tolong padanya."

***

Yoongi yang dalam hati sedang melakukan teriakan histeris sambil mengunyah roti, langsung berhenti mengunyah.

"Sudah punya pacar?" Yoongi membeo. Bukankah kemarin dia bilang--Yoongi segera melihat ke arah Jimin dan Hoseok, sebelum kedua tersangka berdiri dari tempat duduknya. "Ku rasa kita belum selesai berbicara? Jung ssi, Park ssi?"

"Aku terlambat." Dan dua orang itu keluar rumah bersamaan. Ya pada dasarnya memang kedua orang tersebut sudah menggunakan pakaian lengkap untuk berangkat kerja.

"Siapa pacarnya?" Tanya Eunbi dengan raut muka bertaut. "Dari mana Eonni tahu?"

"Hoseok yang memberitahuku."

"Jadi karena Hoseok tidak bisa makanya kamu mengajakku?" Yoongi kemudian berdiri dari tempat duduknya. Meminum air di gelasnya, sebelum akhirnya keluar dari ruang makan, tiga langkah dari meja makan, Yoongi membalikkan badan. "Tidak apa-apa. Aku rela kok, yang penting aku berguna untukmu." Yoongi tersenyum, lalu kembali membalikkan badan. Menuju pintu keluar, untuk berangkat ke kantor.

"Eonni," Eunbi melihat Seungwan yang melihat Yoongi dengan perasaan bersalah.

"Salahku memang, nanti aku akan meminta maaf padanya saat dia pulang dari rumah sakit."

"Yoongi oppa pasti suka sekali dengan Seungwan Eonni, sampai seperti itu."

"Sama seperti Hoseok yang menyukaimu."

Eunbi terdiam, bagaimana Seungwan tahu? "Apa dia sering menceritakannya padamu Eonni?"

"Sebulan ini dia selalu menceritakan tentangmu." Seungwan tersenyum, "Tetapi lihat sekarang dia sudah punya pacar, jadi kamu tidak perlu khawatir lagi."

***

Continue Reading

You'll Also Like

91.4K 9.9K 118
In the beginning, their relationship is just a rumor. I can't understand you anymore - Kang Seulgi It's hard for me - Park Jimin Should I give up...
5.6K 749 23
"Kau tau ada pepatah yang bilang kalau cinta itu datang karena terbiasa? Tunggu aja. Kau pasti bisa mencintaiku." "Bagaimana rasanya? Ada orang yang...
59.8K 7.9K 107
Menjadi kekasih seorang Idol merupakan mimpi dari banyak wanita. Bahkan sebagian dari mereka merasa tak perlu menjadi kekasih cukup dapat melihat mer...
230K 15.4K 28
[FINISHED] Kalo rindu punya sendu, sore punya senja, malam punya bulan. Lantas, dirimu punyaku kan? - Menangkis Rindu by Crazy Rich Ciumbrella.