Love and Ambition

By dpjcyj

160K 13.6K 1.7K

[Ongoing] Tidak ada yang lebih diinginkan Naruto didunia ini kecuali menjadi Perdana Menteri yang lebih hebat... More

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
[S2]C1 : When I Was Your Man
[S2]C2 : Because of You
[S2]C3 : Jar of Hearts
[S2]C4 : Sorry
[S2]C5 : Dive
Promote (Again part 2)
[S2]C6 : Decode
[S2]C7 : Not A Bad Thing
[S2]C8 : Stay
[S2]C9 : The Man Who Can't Be Moved
[S2]C10 : Stay With Me
[S2]C11 : Not Gonna Wait
[S2]C12 : Locked Away
[S2]C13 : Beautiful in White
[S2]C14 : Lose You to Love Me
[S2]C15 : Rolling in The Deep

Chapter 2

8K 550 15
By dpjcyj

Naruto milik Masashi Kishimoto
.
Love and Ambition
.
Rate: T+ (18+)
.
Genre : Romance, Hurt

.
Happy Reading

...

“Jadi apa kau akan menceritakan bagaimana akhirnya pria itu bisa menemanimu?” Neji melontarkan pertanyaan sambil menatap lurus kearah jalanan dan mengendalikan kemudi.

“Seperti yang dikatakannya tadi, kami hanya kenalan, sekedar basa-basi. Dia juga berniat untuk pulang dan menawarkan diri untuk menemaniku, hanya itu.” Sahut Hinata acuh.

Tidak ada yang ‘hanya itu’ jika menyangkut adik perempuannya ini. Neji mengutuk masa pubertas adiknya itu. Bagaimana mungkin gadis kecil yang dulu selalu mengikutinya itu sekarang dapat menarik perhatian para pria bajingan Tokyo?

Neji harus mengakui Hinata tumbuh semakin cantik, semakin mirip seperti ibu mereka, dan itu menjadi ketakutan terbesar Neji.

“Dia yang mengajakmu berkenalan?” tanya Neji lagi.

“Ya.”

“Siapa namanya?”

“Namikaze Naruto.”

Namikaze? Sepertinya Neji pernah mendengar nama itu?

“Apa dia mengatakan dimana dia kuliah atau pekerjaannya atau semacamnya?”

Hinata tergiur untuk berbohong pada Neji, namun itu tidak akan ada gunanya, interogasi ini akan berlanjut sampai dirumah mereka.

“Dia bilang dia bekerja di kesekertariatan kabinet.”

Neji sontak menginjak rem dan menatap ngeri kearah Hinata. Beruntung jalanan sedang sepi dan tidak ada mobil dibelakang mereka.

“Astaga! Neji-nii ! ada apa?” Hinata hampir saja menubruk dasbor seandainya ia tidak mengenakan seatbelt-nya.

Neji langsung menormalkan wajahnya. Ia kembali menginjak gas dan melajukan mobil. “Maaf, aku sedikit melamun tadi.”

“Berhati-hatilah nii-san.” Hinata menarik nafas untuk menenangkan jantungnya yang masih bedebar cepat karena terlalu kaget.

Neji tidak mengatakan apapun lagi sampai mereka tiba dirumah. Hinata sedikit mencemaskan perubahaan raut Neji yang sedikit menengang. Apa Hinata mengucapkan sesuatu yang salah?

Hinata melepaskan seatbelt-nya ketika mobil memasuki garasi. Hinata hampir membuka pintu mobil ketika suara Neji menahannya.

“Masuklah dan jangan lupa kunci pintu. Aku akan kerumah sakit, aku punya jadwal shift malam ini.”

Neji sudah bekerja di The University of Tokyo Hospital selama 4 tahun terakhir sebagai dokter dibagian UGD. Neji dan Hinata hanya tinggal berdua dirumah mereka, kedua orangtua mereka sudah meninggal bertahun-tahun lalu.

Hinata mengangguk pada Neji dan keluar dari mobil. Setelah melihat Hinata masuk kerumah, barulah Neji melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
.
.

“Kenapa kau tampak gusar sekali hari ini?” Tenten menyerahkan segelas kopi hangat pada Neji yang sedang duduk dikursi tunggu.

Malam ini Tenten sudah melihat Neji membentak dokter residen lebih dari lima kali. Padahal biasanya Neji hanya menegur tidak lebih dari tiga kali, itupun tidak dengan nada sekasar malam ini.

“Sepertinya ayahku mulai mengirim mata-mata untuk Hinata.” Sahut Neji. Neji menerima gelas itu dan meminumnya sementara Tenten ikut duduk disebelahnya.

“Ayahmu? Bukannya ayahmu sudah meninggal?” Kening Tenten berkerut mendengar kata-kata tidak masuk akal Neji.

“Bukan ayahku yang itu, ayahku yang satu lagi.”

Tenten mengangguk mengerti dan mulutnya membentuk huruf ‘o’. Tenten memang sudah mengetahui cerita tentang keluarga Neji. Neji sendiri yang menceritakan padanya. Mereka sudah menjadi sepasang kekasih selama lima tahun terakhir.

“Memangnya apa yang sudah dilakukan ayahmu yang satu ini?” tanya Tenten.

Neji menceritakan kejadian yang dialaminya saat menjemput Hinata tadi. Neji juga mengatakan ia pernah mendengar nama Namikaze Naruto dari temannya diparlemen. Dia merupakan sekertaris kabinet dan orang terdekat dengan perdana menteri, bahkan beberapa kabar mengatakan ia merupakan kandidat kuat untuk pencalonan perdana menteri yang selanjutnya.

“Kenapa kau begitu yakin orang itu mata-mata ayahmu? Bisa saja kan mereka memang hanya tidak sengaja berkenalan?”

“Mustahil semata-mata kebetulan bawahan ayahku yang paling ambisius mengendus-endus di sekitar Hinata.” Neji meneguk habis kopinya berharap bisa menghilangkan kekesalannya karena mengingat wajah arogan pria itu ketika bicara dengannya.

“Tapi kenapa ayahmu perlu mengirim mata-mata pada Hinata? Kau bilang hanya kau anak haramnya?”

Neji mengernyit, “Memang cuma aku. Meskipun jelas Hinata anak Ootsutsuki Hamura, pria tua itu menunjukkan minat tiba-tiba pada Hinata. Ia mendatangiku ketika kelulusan Hinata dan menanyakan apa yang selanjutnya akan kurencanakan pada Hinata. Aku langsung pergi begitu saja.”

Tenten mengangkat sebelah alis. “Mungkin ayahmu itu tahu sesuatu yang tidak kau ketahui?”

“Hinata bukan anaknya,” geram Neji. “Ayah dan ibuku tidak pernah lagi bertemu sejak ibuku menikah dengan Ootsutsuki Hamura. Keluarga besar Hyuuga mengawasi interaksi mereka berdua dengan ketat agar tidak terjadi lagi kejadian yang mempermalukan nama baik keluarga bangsawan Hyuuga.”

Hyuuga Hikari, ibu Neji dan Hinata juga berasal dari keluarga Hyuuga namun dalam tingkatan yang lebih rendah dari Hyuuga Hiashi. Hiashi dan Hikari bertemu disalah satu pertemuan besar keluarga Hyuuga. Saat itu Hiashi sudah menikah namun setelah tiga tahun pernikahannya dia belum dikarunia seorang anak. Sementara Hikari berumur 19 tahun, baru diperkenalkan dilingkungan keluarga Hyuuga.

Entah bagaimana awalnya mereka bisa bersama hingga akhirnya Hikari hamil Neji. Para tetua Hyuuga marah besar. Mereka dianggap telah mempermalukan para bangsawan Hyuuga.

Pada akhirnya Hikari dinikahkan dengan Ootsutsuki Hamura yang masih berkerabat jauh dengan keluarga Hyuuga. Hikari tidak lagi dianggap sebagai bagian dari keluarga Hyuuga. Sementara Hiashi hanya mendapatkan teguran keras karena dia merupakan penerus ketua klan Hyuuga. Setelah itu mereka tidak pernah bertemu lagi.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan terhadap pria bernama Namikaze Naruto ini?” tanya Tenten.

“Melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan dengan Hyuuga Hiashi, menjauhkannya dari Hinata.”

“Apa yang akan kau katakan pada Hinata? Dia tidak tau hubunganmu dengan Hyuuga Hiashi kan?”

“Dia tidak tau, dan aku tidak akan mengatakan apa-apa. Aku tidak ingin membangkitkan pertanyaan-pertanyaan mengenai silsilah di pikirannya tanpa alasan yang jelas. Hinata adalah anak sah ibuku dan Ootsutsuki Hamura, tidak ada yang bisa menyiratkan hal yang berbeda tentang itu.”
.
.

Ponsel Hinata berdering ketika ia baru beberapa detik duduk dihalte untuk menunggu bus yang akan mengantarnya pulang kerumahnya. Kening Hinata berkerut ketika menemukan nomor tidak dikenal dilayar panggilannya. Hinata menunggu beberapa saat, namun panggilan itu terus berlanjut hingga akhirnya ia memutuskan untuk menerima panggilan asing itu.

Hinata belum sempat mengatakan apapun tapi suara disuara disebarang sana sudah mendahuluinya. “Kenapa lama sekali?”

Kening Hinata berkerut semakin dalam, “Siapa ini?” tanya Hinata.

Orang yang akan memberikan referensi masa depan untukmu. Jadi kenapa kau terlihat bepikir begitu keras menerima teleponku?

Hinata mengejapkan mata beberapa kali, tidak menyangka akan mendapatkan telepon dari Naruto setelah seminggu berlalu dipertemuan terakhir mereka. “Naruto? Aku tidak tau kau yang menelepon- tunggu, kenapa kau bilang aku terlihat berpikir keras?” Hinata menyadari ada yang aneh dari kata-kata Naruto tadi.

Lihat kedepanmu.

Hinata mendongak menatap jalan raya dihadapannya. Hinata tidak segera menemukan apa yang dimaksud oleh Naruto, tapi ketika sebuah mobil sedan hitam diseberang jalan sana menurunkan kaca jendela mobilnya, barulah Hinata menyadari jika itu Naruto.

“Sudah berapa lama kau disana?”

Tidak terlalu lama, jangan beranjak dari sana.”

Naruto kemudian menutup teleponnya, meninggalkan tanda tanya dibenak Hinata. Namun Hinata tetap menuruti perintah Naruto untuk tidak beranjak dari sana. Beberapa menit kemudian mobil Naruto berada persis didepan Halte tempat Hinata duduk.

“Perlu tumpangan nona manis?”

Hinata tertawa kecil mendengar penawaran bernada menggoda itu. Hinata masih tidak beranjak dari tempatnya, ia mengangkat bahu, “Jika tidak merepotkanmu sir.”

“Sama sekali tidak.” sahut Naruto. Ia keluar dari mobil dan berjalan ke sisi penumpang dan membukakan pintu untuk Hinata. “Silahkan.” Tawar Naruto.

Hinata masih mempertimbangkan apakah tidak masalah jika ia menerima tawaran tersebut. Bagaimanapun Naruto masih orang asing baginya, mereka baru bertemu satu kali. Namun melihat senyum ramah dari Naruto, keraguan Hinata sedikit memudar. Lagipula hari masih terang, dan pria itu tampak terlalu sopan untuk berbuat lebih dari itu.

Hinata akhirnya beranjak dari tempatnya dan masuk kemobil Naruto. Naruto tersenyum pada Hinata sebelum menutup pintu mobil. Kemudian Naruto kembali ke kursi kemudi dan melajukan mobilnya.

Neji sudah pasti akan mencekik Hinata jika tau dirinya hanya berdua dalam mobil orang asing. Beruntung Neji sedang ada jadwal shift dirumah sakit hingga nanti malam.

“Bagaimana kau bisa berada disana?” tanya Hinata ketika mobil sudah mulai melaju dijalanan Tokyo.

“Kebetulan, aku melihatmu sedang ada disana jadi aku memutuskan menyapamu.” Bohong, Naruto memang sengaja menunggu Hinata selesai dengan kuliahnya. Yang benar-benar kebetulan adalah, Hinata sedang menunggu bus dan Naruto bisa mengambil kesempatan itu untuk menghampiri Hinata.Tapi Hinata tidak tau hal itu, dan ia hanya mengangguk menerima perkataan Naruto.

“Apa kau keberatan jika kita mampir dulu untuk makan siang? Sebenarnya aku tadinya keluar untuk mencari makan siang. Bagaimana?” tanya Naruto.

Hinata terlihat sedikit berpikir. Melihat raut Hinata yang ragu, Naruto menambahkan, “Aku tidak akan membawamu ke tempat yang aneh. Kalau ini bisa membuatmu tenang, mobil ini adalah mobil dinas, aku tidak mungkin membawa properti milik kabinet kesembarangan tempat. Kau sudah makan siang?”

Hinata menggeleng. “Kalau begitu kita sepakat.” Putus Naruto.

Mereka tiba disebuah restoran yang menyediakan masakan khas Jepang. Tempat itu cukup ramai oleh pengunjung, seperti Naruto bilang, itu bukan tempat aneh, hanya sebuah restoran biasa.

Setelah memesan makanan, Naruto mulai membuka obrolan.

“Bagaimana kabar kakakmu? Apa kau mendapat masalah setelah itu?” tanya Naruto.

“Hanya sedikit, aku harap kau bisa mentolerir sikapnya yang menyebalkan saat itu.” Hinata merasa maklum jika setelah hari itu mungkin Naruto tidak ingin berhubungan dengannya lagi karena Neji, tapi sepertinya hal itu terbukti salah.

“Tidak masalah, aku bisa mengerti. Aku juga akan bersikap sebuas naga jika memiliki adik perempuan semanis dirimu.”

Hinata bisa merasakan rona menjalar dipipinya dan ia mulai bergerak dengan salah tingkah karena pujian yang diucapkan dengan lugas itu. Dilihat darimana pun, pria ini perayu ulung, dan Hinata seharusnya mengabaikan pujian yang keluar dari mulut pria itu, tapi nuraninya tidak mau diajak bekerja sama.

“Apa itu artinya kau tidak punya adik perempuan?” Hinata mencoba tidak tampak terpengaruh.

Naruto menggeleng, “Tidak, aku anak tunggal. Apa kau punya saudara yang lain?”

“Tidak ada, hanya aku dan Neji-nii.”

Sebenarnya ada hanya saja kau tidak tau, pikir Naruto. Tapi seandainya Naruto diposisi Hinata, mungkin ia lebih memilih tidak mengenal saudaranya yang satu itu sama sekali, karena saudaranya mungkin saja menjadi sumber kemalangan gadis itu. Dan Naruto lah yang bertugas menjadi malaikat mautnya.

Mereka menikmati makan siang dan perbincangan ringan. Hinata beberapa kali menanyakan tentang keluarga Naruto, tapi pria itu terlihat enggan membahasnya. Hinata cukup terkejut ketika Naruto mengakui dia adalah cucu Senju Hashirama, mantan perdana menteri Jepang.

“Apakah itu yang membuatmu tertarik dengan politik? Kau juga berniat meneruskan karir kakekmu?” tanya Hinata.

Wajah Naruto sedikit menegang dan ujung bibirnya berkedut, ia selalu bereaksi sama ketika orang-orang mengatakan hal serupa. “Aku memang berniat menjadi perdana menteri, tapi aku tidak akan meneruskan apapun yang berasal dari kakekku.”

Hinata menebak pria itu tidak suka membicarakan kakeknya, karena suara Naruto terdengar dingin. Ia pun memutuskan mengalihkan pembicaraan sebelum pria itu semakin tidak nyaman. Naruto cukup kagum gadis itu sedikit banyak tau tentang politik meskipun hanya sebatas pandangan orang awam. Naruto pikir Neji menjauhkan Hinata dari hal-hal yang mungkin berhubungan dengan ayah kandung mereka.

Hinata menyadari ia suka berbincang dengan Naruto. Pria itu mengingatkannya pada Neji, meskipun Neji akan selalu bersikap sinis setiap kali Hinata membicarakan politik, sedangkan Naruto dengan senang hati menjawab setiap pertanyaanya. Mereka tidak pernah kehabisan topik pembicaraan selama makan siang itu. Naruto selalu memberikan opini yang masuk akal pada setiap hal yang mereka bahas dan Hinata menyukai itu. Tidak seperti teman-teman konglomerat di kampus Hinata yang hanya membicarakan kesenangan tentang hidup.

Sayangnya mereka harus segera pergi karena Naruto harus kembali kekantor. Setelah mengantar Hinata sampai kerumahnya Naruto berjanji akan menghubungi gadis itu lagi, dan Hinata dengan senang hati menyetujuinya.

.
.
.
TBC

Continue Reading

You'll Also Like

138K 17.8K 59
Pada malam itu, Hinata tidak sengaja melihat perbuatan mesum Naruto. Besoknya, Hinata bertemu lagi dengan Naruto, namun sikap yang ditunjukan Naruto...
33.4K 5.1K 31
Seorang samurai telah membuat perjanjian terlarang dengan Dewa Inari. Bahkan jika harus mati karena kutukannya, dia tidak peduli asal bisa melihat w...
5.1K 404 11
Original Fanfiction 21+ mohon bijak dalam memilih bacaan. dirinya menghela nafas. dalam rengkuhan hangat pria yang kini asyik memainkan Surai keungua...
32.7K 4.9K 17
Naruto dan Hinata bersahabat sejak kecil, persahabatan adalah ikatan yang berarti untuk mereka. Ini adalah ikatan yang mempermudah kedekatan , berba...