Young mom

By muhabdi02

1.7M 29.1K 322

Kata orang Cinta dan Benci itu beda tipis. Dan mungkin gua akui akan hal itu. Gua suka lo, dan lo suka gua. T... More

bab 1
part..2
part..3
part..5 ✓
part..6
part..7
part..8
part..9
part..10.1
part..10.2 ✓
part..11
part..12
part..13
part..14
part..15
part..16
part..17.1

part..4 -rv- ✓

53.4K 1.8K 29
By muhabdi02

Matahari belum menampakan sinarnya, ayam pun masih terlihat asik dengan tidur nyenyaknya, sedangkan aku sudah terbangun hanya karena merasakan perutku yang begitu mual. aku segera melompat dan berlari kearah kamar mandi.

"Hueek....huek.." Akhirnya aku sedikit lega saat semua isi perutku berhasil aku keluarkan. Tapi entah kenapa perutku masih saja mual padahal aku sudah muntah beberapa kali. belum lagi kepala ku juga terasa begitu pusing.

Tengah membungkuk karena merasa ingin muntah lagi, Tiba-tiba saja tengkuk ku serasa ada yang memijit, langsung saja aku mendongak untuk melihat siapa yang memijitku dan ternyata itu Rian.

Harusnya aku tau itu.

Yah walau di sekolah dia kakak kelas ku tapi aku enggan manggil dengan embel embel kak karena kita seumuran. hanya saja kenapa Rian bisa menjadi kakak kelasku itu karena dia ikut program akselerasi, jadi walau umurnya masih 15 tahun tapi dia udah kelas 11 SMA

"Udah mendingan" pertanyaan yang keluar dengan raut wajah datar sambil memijat tengkukku. Kenapa aku malah makin sebel ya, memang dia nggak punya ekspresi lain apa selain datar dan dingin.

Dengan perasaan kesal Aku langsung menepis tangannya dan menatapnya dengan tatapan kesal dan langsung beranjak meninggalkannya dikamar mandi. namun saat aku berada diambang pintu kamar mandi tiba-tiba saja kepala ku terasa pusing dan hampir saja aku jatuh kelantai kalau saja Rian tak sigap menangkap badanku.

"Makasih" ucapku ketus yang hanya di balas Rian dengan tatapan datarnya

"Lo sakit? ayo ke dokter." Aku meliriknya sekilas melihat ekspresi datarnya yang entah kenapa selalu membuatku panas sendiri.

"Enggak. gue nggak papa, paling cuma masuk angin aja."

"Lo hamil?" Mataku membelai menatap tak percaya pada cowok yang sudah beberapa bulan bersamaku. Nggak salah denger? Barusan dia bilang aku hamil? Hah. Yang bener aja.

"Lo gila? Mana ada gue hamil! Ngaco!" ucapku sedikit kesal dengan pertanyaannya.

"Siapa tau aja kejadian beberapa bulan lalu membuahkan hasil."

"Astaga sejauh itu pemikiran lo?" tanyaku tak percaya. "Dan lagi segitu hebatnya ya bibit lo, sekali masuk bisa langsung jadi. Hebat banget, bapak!" jawabku menyindir.

"Yakali aja kan." ucapnya datar sambil meninggalkanku begitu saja yang kini menatap heran dengan sikapnya yang tak pernah berubah.

"Arggh....kenapa sih tu cowok ngeselin banget lama-lama." Pekikku kesal dan memilih duduk di atas ranjang.

"Eh tunggu kalo gue ternyata beneran hamil gimana dong? Ah... Lo gak boleh negatif thinking Nafisa. Tenang dan rileks." ucapku menggeleng dan berusaha menenangkan diri.
Setelahnya aku memilih bergegas untuk bersiap menyiapkan segala keperluan di pagi hari yang mana itu sudah menjadi tanggung jawab ku, jangan berharap Rian akan membantuku. Cowok itu akan lebih senang di depan video gamenya ketimbang membantu kesibukanku.

°°°π°°°

Bel tanda selesainya pelajaran membuatku segera bergegas untuk pulang. Aku berjalan menyusuri koridor sekolah melewati beberapa murid yang memberiku sapaan ramah yang hanya ku balas dengan senyum alakadarnya bukan karena tak ingin beramah tamah hanya saja aku masih kepikiran dengan perkataan Rian tadi pagi.

Hamil? Aku tak pernah berpikir itu akan terjadi. Aku bahkan sudah melupakan kejadian beberapa bulan lalu. Dan sekarang? Apa iya aku hamil? Jika itu benar adanya aku tak tau lagi harus berbuat apa.

Karena rasa penasaran yang semakin membuatku semakin pusing di perjalanan pulan aku pun memutuskan untuk berhenti di sebuah apotek.
Setelah memarkirkan motor, aku segera memasuki apotek dengan langkah gugup.

"Selamat datang dek. Mau beli apa?" tanya seorang mbak mbak penjaga apotek dengan senyum ramah seperti biasa.

"Beli test pack mbak" ucapku tanpa ragu dan tak mau berbelit yang membuat mbak apoteker menatapku dengan tatapan anehnya. Lalu terdengar beberapa mbak-mbak penjaga yang lainnya mulai bisik-bisik sambil menatapku sinis.

"Gak salah denger gue? beli test pack katanya?"

"Cih, dasar yah anak muda jaman sekarang pergaulannya nggak bisa dijaga, liat aja dia masih SMA loh udah beli respek" bisik salah satu mbak di sana yang masih bisa ku dengar.

"Iya tuh, masih muda udah hamil aja. Gimana sama masa depannya coba. Dasar, nggak mikir apa gimana orang tua dia kalo Sampek tau." Bisik beberapa rekan mbak sambil menatapku,

Aku menatap mereka beberapa kali untuk melihat tampang dari apoteker yang mengataiku.

Astaga bener-bener ya. ini mbk ini minta ditabok apa gimana. Belum pernah ngerasain kelilipan test pack kali ni orang.

Huh... Untung aja ini tempat umum kalo nggak mikir rame udah aku tabokin satu-satu nih mbak gila.

Dengan perasaan kesal aku langsung mengambil test pack itu dan memberikan uangku kepada mbak itu.

"Kembaliannya ambil aja" ucapku ketus dan langsung meninggalkan mbak-mbak rempong yang mulutnya pengen bener aku sumpel pake cabe.

Jih gak bakal sudi aku dateng ke apotek ini lagi. apalagi buat beli benda sialan ini,
Mulutku terus saja menggerutu dan langsung beranjak pergi meninggalkan apotek dengan perasaan dongkol.

Tak butuh waktu lama aku sudah sampai di rumahku, setelah memarkirkan motorku di garasi, kakiku langsung beranjak masuk kedalam rumah. Saat aku membuka pintu rumah tatapanku langsung tertuju pada sosok Rian yang duduk di sofa tengah asik dengan game dilaptopnya.

"Itu apaan" tanya Rian saat melihatku memegang plastik putih berisi test pack dan berlalu di depannya.

"Pembalut" ucapku berbohong kemudian berlalu dan masuk ke dalam kamar.

"Kadi lo beneran gak hamil?" Tanyannya dengan tatapan masih tertuju pada layar laptop tanpa menoleh kearahku.

"Kan udah gua bilang gua itu enggak HAMIL!" ucapku kesal dan menekankan kata hamil yang di tanggapi Rian dengan cuek dan asik dengan game dilaptopnya.

Astaga sumpah, darah gue naik semua ini. Woy golok mana golok! pengen gue sembelih nih cowok. Kesel lama-lama. Bisa kena darah tinggi gue kalo deketan ama nih cowok somplak.

°°°Π°°°

Pagi menyapa aku terbangun dari tidur nyenyakku mengerjapkan mata yang masih terasa buram kemudian megeliatkan tubuhku yang terasa kaku, seketika aku merasakan ada sesuatu yang menimpah tubuhku. Aku terkejut saat melihat lengan kokoh Rian melingkar di atas perut ku.

Aku mencoba mengakat tangannya dengan perlahan agar dia tak terganggu dan terbangun. Aku beranjak dan langsung pergi ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas di pagi hari.
Hinggg tak sengaja sepasang mataku menatap sebuah kantung plastik yang berisi testpack yang hampir saja ku lupakan.

Tanganku langsung meraih kantong itu dan segera mengeluarkan beberapa test pack dari sana. Sedikit membaca petunjuk pemakaiannya agar tak salah menggunakan.

Bisa aja kan bukannya aku masukin ke dalam air kemih malah aku selipin ke ketek. Wajarlah kan nggak ngerti cara makeknya hehe.

Setelah mengikuti langkah demi langkah yang ada didalam teks prosedur cara menggunakan test pack aku langsung mempratktekannya dan menunggu sampai beberapa menit. Selama menunggu aku sedikit mengintip tast pack tersebut dengan perasaan yang tak karuan dada yang berdebar, rasa takut yang mulai tumbuh perlahan, dan ratapan penuh harap.

Beberapa saat kemudian aku langsung melihat hasilnya saat waktu yang di butuhkan sudah cukup. Mataku langsung saja terbelak saat melihat garis yang ada di taspack itu.

Empat, astaga empat...!!

Hee... Kok empat? banyak amat yak.

Astaga efek shok, ternyata yang muncul hanya dua garis. Huhh... syukur lah, kirain beneran empat, boros amat kali geh kalo sampek empat. Tapi saat tersadar dengan arti dua garis otomatis membuatku mataku membulat semurna.

What?

Ini beneran dua?
Jadi aku beneran hamil?
Wah ngaco ini taspack?!

Engga-engga, pasti test packnya yang rusak.
Tapi nggak mungkin juga kan, toh ini ada tiga tespack yang ku coba, dan semuanya bergaris dua.

Astaga jadi aku beneran hamil nih..

Aaa.... kok beneran sih terus gimana nasib ku coba. Masa mudaku, masa emasku, kenapa harus kayak gini sih!

Nggak mungkin, aku masih nggak yakin sama semua ini. Apa lagi hamil?

Aku aja baru kebobolan satu kali dan hasilnya langsung tekdung, wah yang bener aja nggak mungkin ini mah
Bener satu-satunya cara kayaknya aku musti kedokter kandungan ini buat mastiin bener apa nggaknya biar semua makin jelas.

"Kalo mau ngelamun jangan dikamar mandi, kesambet tau rasa lo!" suara datar itu langsung membuyarkan lamunanku membuatku ku langsung terlonjak kaget dan salah tinggah, kemudian tanganku sibuk menyembunyikan test pack itu dibelakang tubuhku.

"Gu-gua gak ngelamun kok." ucapku berusaha menahan gugup.

"Serah.... gua mau mandi. keluar." ucap Rian datar

"Eh enak aja gua juga mau mandi." ucapku dengan nada emosi. Rian terlihat menghela nafas kasar, kemudian berbalik. Entah Rian males berantem denganku atau lagi males ngomon dia langsung pergi ninggalin kamar mandi tanpa debat seperti biasanya.
Mengedikan bahu tak peduli, aku langsung bergegas mandi dan menyiapkan sarapan dan segala keperluan kami di pagi hari.

°°Π°°

Langkah lebarku membawa tubuhku meninggalkan kelas, tujuanku hanya satu, pergi ke dokter kandungan untuk memastikan semuanya, aku masih belum yakin dengan semua ini.

Gila aja apa, masa usia semuda aku udah hamil.

Bahkan selama pelajaran tadi aku sama sekali nggak bisa konsen, pikiranku menjelajah kesegala pelosok kemungkinan yang akan terjadi jika emang aku hamil. terus kalo beneran aku hamil gimana sama sekolah aku.

Keluar?

Yaaah masa iya harus keluar sihh. Engak-engak, aku nggak mau keluar. Enak aja mau keluar. Masa depan ku masih jauh kalee....

Aku langsung bergegas menaiki motor setelah menggunakan helm, pergi begitu saja tanpa memperdulikan teriakan kedua sahabatku.
Intinya sekarang harus rumah sakit.

Tak memakan waktu lama untuk mencapai Rumah sakit, karna jarak dari sekolahku memang tak jauh, mungkin hanya 1km, sampai di sana aku langsung melangkahkan masuk kedalam rumah sakit. Aku terdiam sejenak saat berdiri tepat disebuah tempat terkutuk ini, tempat yang akan menghancurkan masadepan anak-anak seusiaku. tapi tidak denganku, tentu saja karna aku sudah halal. Kenapa harus pusing kalo hamil ada suami, hanya saja nasib sekolahku yang jadi pikiranku saat ini.

Cukup lama aku berdiri di depan ruangan yang bertuliskan ruang kandungan. Gugup dan gerogi, bahkan aku mengabaikan teguran dari suster yang lalu lalang di belakangku, Aku menghela nafas panjang menyiapkan mental sebanyak mungkin sebelum aku masuk kesana. Apapun yang terjadi aku harus menerima dengan lapang dada.

Perlahan ku dorong pintu ruangan tersebut hingga terbuka, terlihat wanita parubaya tersenyum ramah padaku. Aku langsung mendekat dan duduk dikursi yang berhadapan dengan dokter tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu dek?" Ucap sang dokter ramah, tak lupa senyum khas dokter-dokter dimana pun itu.

"mm...jadi gini dok. Sa-saya mau pastiin engh..sa-ya ha-hamil atau engga dok." ucapku dengan gugup.

Dokter itu menatap ku intens, bahkan pandangannya menyusuri tubuhku dari atas sampe bawah, bahkan seragamku pun sukses membuatnya menggelengkan kepalanya. Sesaat kemudian menatapku tajam. sedangkan aku hanya terdiam, tentu saja risih saat di tatap seperti itu.

"Baiklah mari kita cek untuk memastikannya lebih lanjut." ucap dokter kemudian mempersilahkan aku untuk rebahan di atas kasur.

Aku menurut dan mulai merebahkan tubuhku di atas matras hitam, sembari dokter menyiapkan alatnya. Setelah mengucapkan kata 'maaf' kemudian aku merasakan dingin di bagian perut ku. Tak lama hanya beberapa saat, kemudian sang dokter menyuruhku untuk melihat layar monitor berukuran sedang itu.
"Seperti yang adek duga sebelumnya, sepertinya itu memang terjadi, dalam perut adek saat ini audah ada sosok tak berdosa yang harus adek jaga, dan dari penjelasan adek tadi, perkiraan saya usianya sudah memasuki minggu ke-6" Setelah menjelaskan sesi pemeriksaan pun selesai, sang donter menyuruhku untuk kembali duduk.

Bahkan terang-terangan dokter itu menggerutu di depanku.
"Huh.. memang yah pergaulan remaja jaman sekarang tidak bisa terkendali. Saya harap adek tidak meng_" karna jengkel aku tak membiarkan dokter tersebut menyelesaikan ucapannya. Tentu saja aku memotong ucapannya.

"Saya udah nikah dok" ucapku kesal karna lagi-lagi aku dituduh hamil diluar nikah.
Hell kayak gini amat sih di pandang sebelah mata, emang salah bocah seusia gua nikah?
Mencemo'oh tanpa tau kebenarannya. Bener-bener minta di cabein mulut-mulut kayak gitu.

"Ah maaf saya tidak tau. kalo gitu selamat yah. Pasti suami adek senang sekali." ucap dokter tersebut dengan raut wajah yang ceria.
Tentu saja aku tau, jika itu hanyalah tampang fake.

Dasar dokter nyebelin. Nggak lagi-lagi deh aku dateng kerumah sakit ini apalagi yang meriksa dokter sialan kayak gini.

Aku beranjak setelah menerima resep dari dokter, setelah mengucap terimakasih dan senyum manis aku langsung beranjak pergi
Setelah menebus obat, aku langsung beranjak pulang, sudah terlalu malu mendapat banyak cemo'oh dari orang bermulut pedas.

Kesel, dongkol, jengkel semua jadi satu. Membuat aku berguman selama perjalanan, tentu saja resah antara senang atau takut.

Astaga apa yag harus aku perbuat. aku beneran hamil, terus gimana dengan sekolahku. masa iya beneran harus berhenti sih.
Enggak mau lah, aku juga masih pengen nenrusin sekolah ku.
Bodok... Apapun yang terjadi aku harus sekolah.

Terus-terus reaksi Rian gimana yah kalo tau aku hamil.
Apa bakal minta gugurin kandunganku.
Argg....
Ngak ngak ngak..
Ngak bakal mau, gimanapun gak bakal aku biarin, karna ini darah dagingku sendiri. aku gak mau gugurin.

Astaga tapi apa dia bakal siap nerima kalo dia bakal jadi bapak?,
apa jangan jagan minta cerai lagi. buset, udah jadi emak-emak diusia muda, ditambah jadi janda muda juga lagi, hedeh Kok jadi kek gini sih.

Argghhh....

Jadi paranoid gini kan..

Tau ah pusing, yang pasti aku gamau gugurin kandunganku, terserah apa reaksi Rian nanti. walau dia hadir disaat yang nggak tepat bukan berarti aku harus benci dan gugurin janin di perutku ini apalagi dia darah dagingku.

Aku harus bicarain dan ngomong secara baik baik sama Rian. Tapi gak sekarang aku masih belum siap mental.
Tapi gimana cara ngomongnya.
Ais kenapa semua jadi serumit ini sih.

Kenapa harus sekarang, kenapa di saat aku belum siap. jujur, aku sedikit ragu, apa aku mampu? Tapi di sisi lain juga aku sangat bersyukur atas hadirnya janin ini.

Astaga... kenapa semua terasa begitu sulit dan tak mudah untuk ku terima,
Aku hanya berharap semua akan berjalan dengan baik, mengalir seperti air walau banyak hambatan semoga semua itu akan menjadi bagian penguat bagi hubungan kami.
Berharap kalo Rian bakal nerima adanya janin ini, nerima setaus barunya sebagai ayah.

Aku mendesah pasrah, sekarang aku hanya bisa berharap, berharap semua akan baik-baik saja.

Continue Reading

You'll Also Like

6K 491 52
(END) SQUEL 'BRONDONG HUSBAND' . Saat adiknya tertimpa kecelakaan 'yang disengaja', Andra memutuskan untuk rehat dari panggung oktagon, mencari cara...
3.7M 40.5K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
899K 54.3K 58
[Follow sebelum baca] "Kamu dimana?" Rheva menatap lurus ke depan tepat dimana sepasang remaja saling bermesraan. "Aku di rumah, sayang" jawab seseo...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...