The Boy With A Fake Smile

Od indahmuladiatin

27.5M 1.5M 223K

#1 in Teenfiction # 1 in Fiksiremaja #1 in Fiksi #1 in Love (SELESAI) FOLLOW DULU SEBELUM BACA Dia Kenneth Al... Viac

Prolog
BAB 1 - The Unlucky Day
BAB 3 - Changed
BAB 4 - The Star
BAB 5 - Who Is He?
BAB 6 - The Mysterious Guy
BAB 7 - Bad Rumors
BAB 8 - Beautiful Rain
BAB 9 - Where Is He?
BAB 10 - Worried
BAB 11 - Annoying Holiday
BAB 12 - Jealous (?)
BAB 13 - Beach With The Star
BAB 14 - Refrain
BAB 15 - She is Elyza
BAB 16 - Kenneth Aldebaran
BAB 17 - He's Mine
BAB 18 - Like a Star
BAB 19 - Sad Moment
BAB 20 - The Angel
BAB 21 - I Hate You
GIVEAWAY NADW!!!
BAB 22 - Sick
BAB 23 - The Secret
BAB 24 - Fake Smile
BUKAN UPDATE
BAB 25 - Give up? It's Not Me
BAB 26 - An Answer
BAB 27 - Become Better
BAB 28 - Commotion
BAB 29 - In Hospital
BAB 30 - Good Moment
BAB 31 - Gita's Secret
BAB 32 - The Winner
OA LINE TBWAFS
BAB 33 - New Idol
BAB 34 - Anger
BAB 35 - Do you Remember Me?
BAB 36 - Say Sorry
BAB 37 - No One Understands
BAB 38 - I Don't Wanna Go
BAB 39 - Stay With Me, Please
BAB 40 - Haunted by Guilt
BAB 41 - Still Waiting
BAB 42 - Missing You
BAB 43 - Little do you Know
BAB 44 - Happy Graduation
BAB 45 - See You
Pengumuman
BAB 46 - I'm Okay
BAB 47 - Emergency Time
BAB 48 - Indecision
BAB 49 - Pulse
Giveaway!!!
BAB 50 - The Wedding
Picture & Pengumuman
PENGUMUMAN
CERITA BARU
Q n A (1)
Attention
INFO GRUP INPLAYERS
JOINT GRUP INPLAYERS
He Always be the Legend
He Always be the Legend (2)
Spoiler Layout
Anatomi, Fisiologi, dan Si Mata Biru
PRE ORDER TBWAFS

BAB 2 - I'm Not Alone

534K 37.6K 4.6K
Od indahmuladiatin

Hay guys.. update lagi hehe

Langsung yaa happy reading 😘😘😘

🍬🍬🍬

Caramel berjalan cepat melewati Bayu dan Dera. Segera dia keluar dari mall dan menyetop taksi. Selama perjalanan Caramel terus merutuki Bayu dan Dera. Marah, sedih, kecewa semua bercampur menjadi satu.

Bagaimana mungkin sahabatnya sendiri tega menjadi selingkuhan pacarnya. Dia menyalakan ponsel, banyak notifikasi pesan masuk dari Bayu dan Dera. Ponselnya bergetar tanpa henti.

"Mau jelasin apa juga gue enggak akan percaya," ucapnya.

Setibanya di rumah, Caramel langsung berlari masuk ke kamarnya. Tidak dia tanggapi pertanyaan bunda saat berpapasan tadi.

Caramel menenggelamkan wajahnya di bantal. Dia menangis dan memukuli bantal itu. Rasanya menyakitkan, dia benar-benar dikhianati oleh dua orang yang paling dia percaya. Ponsel kembali berdering, nama Bayu muncul lagi dan lagi bergantian dengan Dera. Caramel memutuskan untuk menjawab panggilan itu.

"Ada apa?" ketusnya.

"Ra aku mau jelasin semuanya, tolong denger dulu!" pinta Bayu dengan nada memohon.

"Apa lagi? lo mau bilang yang gue liat itu khayalan? Gue halusinasi gitu?" sinisnya.

Pintu kamar terbuka, Caramel melebarkan matanya saat melihat bunda sudah masuk ke kamar. Melihat bunda tersenyum menenangkan akhirnya dia ikut tersenyum.
"Kita selesai, gue enggak mau deket-deket sama lo lagi."

"Raa! Please, kita enggak bisa putus cuma karena ini." Suara Bayu saat ini penuh dengan penekanan. Sepertinya cowok itu mulai emosi, padahal yang berhak marah adalah Caramel.

"Ini bukan masalah sederhana!! gue benci sama kata selingkuh!" bentak Caramel yang ikut tersulut emosi.

"Gue tau gue nggak bisa ngimbangin lo, tapi bukan ini caranya! lo bisa putusin gue langsung tanpa harus selingkuh! selingkuh udah parah dan lo nambahin dengan selingkuh sama sohib gue sendiri?? elo, Dera itu sama aja, gue benci lo berdua!" bentak Caramel sebelum memutuskan panggilan itu.

Caramel mengatur nafasnya kemudian tersenyum pada bunda. "Biasa, masalah anak muda," jelasnya.

Usapan lembut dari tangan bunda membuat Caramel merasa nyaman. "Kara bisa nangis di depan Bunda," ucap suara lembut itu.

Caramel menundukan kepala sembari menggeleng. "Kara enggak mau nangis karena cowok kayak Bayu Nda," lirihnya.

"Faktanya Kara nangis," jawab Bunda.
Caramel mendongak, air mata mulai menetes dan dia memeluk bunda. Ditumpahkan semua tangisan dan emosinya.

"Kara benci mereka Nda," isak Caramel. "Dari semua murid cewek di sekolah kenapa harus Dera yang jadi selingkuhan Bayu? dia sahabat Kara!!"

"Dera?" tanya bunda.

Caramel mengangguk. "Kara mau cerita sama Umbel ta-tapi Kara juga nggak mau nantinya Umbel jadi marah sama Dera, Kara nggak mau persahabatan dia sama Dera ikut rusak."

"Sayang dengerin Bunda, kalau memang Kara tahu kelakuan Bayu sekarang, itu berarti bagus karena makin lama Kara tahu makin sakit Kara nantinya," jelas bunda sembari terus mengusap kepala Caramel.

"Semua bener, keliatan baik bukan berarti bener-bener baik. Bayu, Kara nggak nyangka Bunda," isaknya.

Bayu yang dikenal sebagai anak cowok paling baik. Mungkin kalau berita ini menyebar murid lain tidak akan ada yang percaya Bayu melakukan itu apalagi dengan Dera yang bertampang polos.

"Masalah Kara dan Dera, Bunda nggak bisa ikut campur, Kara sudah besar sudah tahu mana yang benar dan salah. Bunda hanya bisa bilang kebencian membuat hati Kara semakin sakit," jelas bunda.

Caramel mengusap air matanya. "Kara harus apa Nda? kalau untuk temenan lagi sama Dera jujur Kara nggak sanggup, rasa percaya Kara udah hilang."

Selama ini dia tidak pernah berpikir kalau Dera dan Bayu akan berselingkuh. Mereka memang akrab tapi Caramel membiarkannya karena dia paham dua orang itu memiliki hobi yang sama.

Menjalin persahabatan dengan Dera lagi, Caramel tidak bisa. Pura-pura tidak terjadi apapun dia juga tidak bisa.

"Bicara sama mereka, dengarkan dan keluarkan semua apa yang kamu inginkan, kalau hubungan dimulai dengan baik-baik kenapa berpisahnya tidak baik-baik juga?" tanya bunda.

Caramel tersenyum, bunda selalu memiliki solusi yang baik. Sayangnya dia jarang sekali menceritakan masalahnya pada bunda.

"Makasih Bunda," ucapnya.

Bunda merentangkan tangannya."Sini anak Bunda yang udah mulai remaja, peluk dulu dong."

Caramel terkekeh geli dan memeluk bunda, dia masih memiliki bunda yang siap mendengarkan semua ceritanya.

Ponsel Caramel berdering, nama Dera muncul di layar. Caramel tahu, pasti Dera akan membahas tentang apa yang dia lihat di toko buku siang tadi.

"Yaa halo," sapa Caramel.

"Ra-"

"Cukup Der, besok senin gue akan ngomong sama lo. Untuk sekarang gue nggak mau lo hubungin gue tolong bilang itu sama Bayu."

"Tapi Ra gue-"

"Lo tenang aja, gue nggak akan ngomong sama Umbel dan yang lain, besok senin gue pindah tempat duduk. Lo tetep di bangku biasa," lanjutnya.

"Raa apa harus sejauh ini? gue enggak mau persahabatan kita ancur."

"Sejauh ini? lo bisa nanya sama diri lo sendiri? sori Der untuk balik seakrab dulu  gue nggak bisa, gimanapun tetep kita nggak bisa kaya dulu. Lo bisa tetep sama Umbel, gue yang akan ngejauh." Caramel menutup sambungan telponnya.

Hanya dalam batas itu toleransinya bekerja. Dia tidak akan bicara apapun tentang kelakuan Dera. Untuk kembali berteman apalagi bersahabat Caramel tidak sanggup dan tidak mau. Cukup dirinya belajar dari kesalahan saat ini.

"Bunda buatin teh mau?"

Caramel menggeleng. "Kara mau tidur aja Nda," ucapnya.

Bunda tersenyum, dia menghapus air mata yang kembali mengalir dari mata putrinya. "Yaudah, jangan nangis lagi yaa? kalau nanti abang-abang kamu lihat ini mata bengkak, kamu pasti tahu siapa yang mereka cari?"

"Haha iyaa siap Nda," jawab Caramel. Dia berbaring dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

Mendengar pintu ditutup, Caramel kembali terisak. Dia benar-benar kesal dan ingin memukuli Bayu. Rasanya dia benar-benar bodoh.

"Gue benci banget sama tu orang!!" teriaknya.

Lama dia menangis hingga akhirnya jatuh tertidur.

Caramel meregangkan tangan lebar-lebar. Matanya terasa sangat berat hingga sulit terbuka, dia menguap sekali lagi dan bergulung di bawah selimut.

"Aww!!" ringisnya karena jatuh dari ranjang. "Isshhh sial banget sih gue!!"

Kakinya menendang-nendang udara sekitar. Caramel tidak akan lupa untuk mencatat hari paling menyebalkan ini.

Ketukan pintu membuatnya menoleh kaget. Cepat dia meloncat ke ranjang dan menutupi wajahnya dengan selimut.

"Sayang bangun," ucap bunda.

Caramel membuka selimut dengan ragu, dia melihat wajah bunda yang meringis sudah pasti wajahnya saat ini sangat mengerikan.

"Bunda, gimana nih?? Kara nggak bisa turun," rengeknya.

"Aduh Bunda udah bilang jangan banyak nangis," jawab bunda. "Yaudah turun aja biar nanti Bunda bilang kalau Kara abis nonton drama korea."

"Masuk akal yaa? emang dramanya sedih banget sampe bikin nangis??" tanya Caramel.

Mata bunda melotot, pipi bulat Caramel dicubit gemas. "Masih sempet mikirin itu? udah sana turun, Ayah udah nunggu di bawah!"

Mendengar ayahnya disebut, Caramel langsung meloncat dari kasur dan merapikan penampilannya. Dia berdiri di depan kaca sebentar lalu langsung berlari ke bawah. Meski baru satu hari tapi rasanya dia sangat merindukan ayah dan abangnya itu.

"Ayah!!" suara melengking Caramel memenuhi ruangan. Dia langsung memeluk ayah yang sedang bersiap untuk makan.

Ayah hanya mengecup pipi Caramel dan tersenyum dengan hangat. Seperti biasa, ayahnya adalah orang yang pendiam tapi kasih sayangnya sangat besar.

"Kamu kenapa? sakit?" tanya Raka sembari memperhatikan wajah Caramel.

Caramel tersenyum kecil dan menggelengkan kepala. "Ini tadi abis nonton drama korea ehh sedih banget Bang ceritanya," jelasnya sesuai dengan instruksi bunda tadi.

"Sejak kapan lo nonton begituan? biasanya tontonan lo film zombi," tanya Arkan.

Caramel berdecak kesal, dia duduk di samping abang pertamanya, Raka. "Pindah haluan gue," jawabnya asal.

🍬🍬🍬

Hari ini sesuai rencana. Caramel pergi ke Solo dengan keluarganya untuk berkumpul dengan kakek dan nenek dari bunda. Jika biasanya dia akan langsung pergi ke halaman belakang maka saat ini dia memilih untuk duduk saja di kursi tua ruang tamu dan memakan makanan yang sudah disediakan oleh neneknya.

"Abang ada salah sama Kara?" tanya Raka setelah duduk di samping adiknya itu.

Caramel mengerjapkan mata, kepalanya menggeleng pelan. "Enggak, kenapa Bang?"

Raka mengusap kepala Caramel. "Kenapa Kara jadi pendiam? ada masalah?"

Sebenarnya dia ingin menceritakan pada abangnya itu tapi pasti itu akan menjadi masalah yang besar. Caramel tahu pasti kalau abangnya tidak suka jika adiknya disakiti.

"Emm hehe lagi sakit gigi Bang, biasalah," jawabnya asal.

Raka tidak menjawab apapun, matanya masih menatap mata Caramel menunggu kejujuran keluar dari adiknya langsung.

"Kara bisa atasi sendiri Bang, Abang tenang aja Kara ini kuat," kekehnya sembari membuang pandangan ke depan.

"Abang percaya Kara. Sudah sana ke dapur! Nenek tadi ngajak kamu buat kue. Abang  ke kebun dulu," ucap Raka sembari mengacak rambut Caramel.

Begitulah Raka, abang pertamanya yang selalu mengerti kalau dirinya sedang ada masalah seperti sekarang ini. Caramel bertopang dagu sembari menatap bunda dan nenek yang sibuk membuat kue. Dia sesekali menghela nafas dan kembali bertopang dagu.

"Dia kenapa Fi? tumben anteng."

"Ck putus cinta Bu, biasa anak muda," jawab bunda.

Siang ini semua berkumpul di halaman belakang yang cukup luas. Caramel memilih untuk duduk di saung sederhana yang rindang. Bibir tipis itu mengatup rapat saat kembali mengingat Bayu dan Dera.

"Biasanya kamu yang paling berisik di sana," ucap ayah sembari memperhatikan semua yang sibuk dengan masakan yang baru saja dibuat.

Caramel menoleh kaget, dia tersenyum canggung. "Emm Ayah di sini," gumamnya sembari mengusap tengkuk.

"Ada masalah?" tanya suara berat itu.

Caramel menggeleng pelan. Dia menyandarkan kepala di bahu ayahnya. "Kara cuma lagi unmood Yah, biasa perempuan."

"Kamu tahu harus kemana kalau butuh seseorang," ucap ayah.

Hanya kalimat itu yang keluar tapi Caramel langsung mengerti, ayahnya tahu kalau dia sedang ada masalah. Senyumnya mengembang, rasanya sayang sekali kalau harus bersedih terus karena masalah kecil itu.

"Ayah, ayoo Kara mau gabung sama yang lain," ucapnya dengan semangat. Dirinya harus melupakan semuanya dan mulai kembali seperti dulu, sebelum ada Bayu di kesehariannya.

"Raa lo mau ikut ke kolam Bude Ayu enggak?" ajak Arkan.

Caramel yang sibuk merapikan piring-piring langsung menoleh. "Ngapain?"

"Mancing," jawab Rafan sembari membawa beberapa pancingan.

Caramel menoleh pada bunda. "Boleh Bunda?"

Senyum hangat itu menandakan persetujuan dari bunda. Caramel langsung berlari menghampiri kedua abangnya. "Pokoknya nanti kalau dapet ikan, mau Kara kasih nama ahh ikannya."

"Lo kira mancing itu gampang?" tanya Arkan.

Caramel cemberut kesal, dia mengibaskan rambut panjangnya pada abang yang selalu menyebalkan itu. "Bang Raka mana?"

"Udah di sana," jawab Rafan sembari merangkul bahu Caramel.

Suasana kolam bude terasa panas dengan persaingan antara keempat saudara ini. Mungkin lebih tepatnya tiga karena Raka tidak pernah mengatakan ikut dalam persaingan konyol ini.

"Bang Raka curang!! masa umpannya dimakan ikan terus tapi punya Kara enggak!" protes Caramel.

"Raa ikan juga tau kualitas umpan," jawab Rafan.

"Kualitas apaan? sama-sama cacing kan?" tanya Caramel dengan wajah kesal.

Arkan menggerakan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri. "Cacing lo nggak lulus SD makanya ikan pada males."

Raka tersenyum geli, selalu saja begini. Dia memberikan pancingannya pada Caramel. "Kara pake ini, duduk samping Abang."

Mereka bermain hingga pada akhirnya menyeburkan diri ke kolam. Tidak perduli pakaian mereka basah dengan air kotor. Caramel tertawa girang bermain bersama abang-abangnya. Kesedihannya seperti hilang begitu saja.

Dari pinggir kolam, Raka tersenyum melihat Caramel kembali ceria. Inilah adik kesayangannya. Tawa yang tulus hingga membuat orang-orang di sekitarnya ikut tertawa.

"Abang, masa tadi ada ikan lele masuk ke celana Bang Arkan," cerita Caramel dengan tawa gelinya.

Raka mengacak rambut Caramel. "Kamu ini."

Rafan tertawa dan menggelengkan kepala melihat saudara kembarnya memasang wajah kesal.

"Astaga! kenapa kalian kotor semua?" tanya bunda kaget.

"Hehe abis nyari ikan Nda," jawab Caramel sembari mendekati ayah yang bersandar di pintu. "Ayah tadi Kara masuk ke kolam abis udah lama mancing tapi ikannya enggak mau."

Bunda berkacak pinggang dengan wajah kesal. "Sekarang kalian mandi karena sebentar lagi kita pulang. Baju Kara ada di kamar Bunda yaa," ucapnya.

Caramel menganggukan kepala dan langsung berlari ke kamar Fian untuk mengambil pakaiannya.

Hari ini berjalan lancar dan seru. Caramel bahkan bisa melupakan sejenak masalahnya. Rafan dan Arkan juga melupakan pertandingan basket yang seharusnya mereka ikuti di hari ini.

Setibanya di rumah mereka, wajah Caramel terlihat lelah sama seperti Rafan dan Arkan. Setelah turun dari mobil, Arkan merangkul bahu Caramel.

Langkah mereka terhenti dengan panggilan seseorang. Caramel terdiam melihat Bayu berdiri di samping pagar rumahnya dengan motor besar yang biasa cowok itu pakai.

Dalam hati Caramel hanya bisa merutuk kesal. Di sini semua sedang berkumpul, kenapa cowok ini datang padahal dia sudah menjelaskannya kemarin melalui telepon.

"Ehh emm Ayah kenalin, dia temen Kara," ucap Caramel pada ayah yang hanya diam sejak tadi.

"Ajak masuk saja, ini sudah malam," ucap ayah tanpa bertanya apapun.

"Nggak usah, dia cuma sebentar," jawab Caramel dengan cepat. Dia juga malas berurusan dengan Bayu lagi.

Ayah hanya mengusap kepala Caramel dan menganggukan kepalanya. "Ayo masuk," ajaknya pada yang lain.

Melihat semua sudah masuk ke dalam rumah baru Caramel kembali mengalihkan perhatiannya pada Bayu. Matanya tajam menatap cowok yang sudah membuatnya merasakan hari tersial.

"Ngapain sih lo?" tanya Caramel.

"Raa dengerin aku," pinta Bayu.

Caramel menggelengkan kepalanya. "Gue bilang besok! Ohh yaa kebetulan banget lo dateng, tunggu sebentar!"

Bunda ternyata sudah menunggu di depan pintu. Caramel tersenyum menenangkan. "Kara enggak niat bunuh anak orang kok Nda, tenang aja," kekehnya.

"Sembarangan!" jawab bunda dengan geli.

Caramel tertawa dan berlari ke kamar untuk mengambil semua barang yang pernah Bayu berikan padanya. Dia tidak ingin ada jejak cowok itu sedikitpun. Biarkan hanya perutnya yang terkontaminasi dengan makanan-makanan pemberian Bayu asalkan tidak dengan kamarnya.

Caramel kembali keluar dengan membawa kardus. "Nih gue balikin semuanya," ucapnya.

"Kenapa?" tanya Bayu.

Caramel tersenyum miring. "Gue nggak mau ada jejak lo di rumah gue, kalau makanan traktiran lo bisa gue muntahin sekarang pasti gue bakal muntahin di depan lo tapi sayangnya nggak bisa, jadi anggep aja lo sedekah," ucapnya dengan sadis.

Bayu tercengang dengan ucapan itu. "Aku salah, maafin aku Ra.. kakak-kakak kamu-"

"Mereka nggak tau, karena kalau mereka tau lo nggak akan bisa berdiri di depan gue sekarang," jawab Caramel dengan dingin sebelum masuk ke dalam rumah.

"Ayoo Bunda masuk," ajak Caramel. Hubungannya sudah selesai dengan Bayu. Besok diapun hanya ingin mengatakan pada kedua orang itu bahwa semua sudah selesai. Dia tidak ingin hidupnya diusik dengan hubungan mereka.

🍬🍬🍬

See you in the next chapter 😉😘

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

ALSYA Od Natadecoco//RegaNat...

Tínedžerská beletria

33.1K 1.1K 44
"lo yakin ga bakalan jatuh cinta sama gue? ". tanya seseorang yang membuat nya menoleh ke belakang. "maksud lo apa ngomong kaya gitu ke gue hah!!"...
12.4M 97.4K 12
Tetanggaan sama ketua osis di sekolah lo? Bayangin jadi Liyana yang setiap harinya di pantau sama ketua osis ganteng tapi nyebelin..
752K 66.4K 88
|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| SUDAH DIBUKUKAN DAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU OFFLINE. NURAGA SERIES 1 Sifat hangat da...
2.4M 132K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...