Loving Billionare

By mell1507

292K 11.6K 131

Deon Alexi Pratama Lelaki kaya raya dengan wajah tampan,badan kekar dan mata hazelnya yang sangat indah. nyar... More

Deon Alexi Pratama
Ayyara Kayana Aldari
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16

Part 17

11.8K 375 43
By mell1507

Seperti biasa, pagi ini yara sedang berada di apartemen milik deon ,membuatkan deon sarapan serta membersihkan apartemen pria itu.
Sejak sampai di apartemen itu, yara belum melihat deon ,mungkin dia masih tidur pikirnya.
Soal bagaimana yara bisa masuk ke apatemen ini sedangkan pemiliknya saja masih tidur,Deon memberi tahu sendiri password apartemen itu kepada yara. Katanya sih supaya Deon tak perlu repot-repot membukakan pintu apartemen saat yara datang dan yara juga tak perlu menunggu Deon membukakan pintu terlebih dahulu.

Saat membuat sarapan untuk Deon, yara mencoba mengambil garam yang ada di dalam lemari dapur. Hanya saja lemari itu cukup tinggi dan yara tidak mampu menjangkaunya.
Sesekali yara mencoba melompat kecil untuk mengambil garam tersebut tapi tetap saja tidak bisa.
"Lemari ini terlalu tinggi"gerutu gadis itu masih terus berusaha

"Bukan lemarinya yang terlalu tinggi, tapi tubuhmu yang terlalu pendek" terdengar suara bariton disertai dengan nada geli tepat di belakangnya membuat yara menahan nafas sejenak
Deon membantu yara mengambilkan garam dari lemari itu yang secara otomatis dada pria itu bersentuhan dengan punggung yara, belum lagi aroma maskulin dari pria dibelakangnya itu membuat jantung yara rasanya ingin meloncat.

Bukan hanya yara, Deon sendiri pun sudah tidak tahu lagi bagaimana keadaan jantungnya saat ini, posisi seperti itu membuat dia mati-matian menahan diri untuk tidak merengkuh gadis mungil yang ada di depannya itu.

"Kau bisa minta tolong kalau memang butuh bantuan,kurasa aku juga membutuhkan lemari yang lebih pendek agar kau tidak kesusahan seperti tadi " sambung sambil tersenyum tipis deon sambil menyerahkan garam ,yara hanya bisa menunduk malu dengan rona merah di wajahnya
"Makasih" ucapnya pelan
Buru-buru ia menyiapkan sarapan untuk Deon.

"Pestanya diadakan nanti malam, aku akan menjemputmu jam 7 malam. Pakailah gaun yang kita beli beberapa waktu lalu" Deon bersuara di sela-sela makannya
Yara mengangguk.
"Berapa nomor ponselmu? Aku akan menghubungimu nanti" sambung deon
"Aku tidak punya ponsel" gumam yara pelan merasa tidak enak
Deon yang mendengarnya terkejut sampai-sampai ia terbatuk karena tersedak,yara refleks memberikan minum kepada Deon
"Kau serius tidak memiliki ponsel?"tanya deon setelah merasa tenang yang dibalas dengan kata iya dari gadis di depannya itu.
Deon tak habis pikir, bagaimana bisa di zaman yang serba modern dan canggih seperti ini, gadis itu justru tidak memiliki ponsel.
"Kenapa?" Tanya deon
"Aku rasa aku tidak terlalu membutuhkan ponsel untuk saat ini, masih banyak hal yang lebih penting yang bisa dibeli daripada ponsel" balas gadis itu.Mendengar jawaban yara ,Deon hanya bisa mendesah pelan dan melanjutkan sarapannya ,ia tahu apa yang ada di pikiran gadis itu. Bisa saja dia membelikan ponsel dari gaji yang diberikan Deon tapi masih banyak hal yang harus dipenuhinya untuk keluarganya terlebih dahulu.

***

Pukul 15.00 , Deon melirik jam tangannya sejenak. Kemudian dia bergegas tak lupa ia membawa 1 paper bag yang berada di atas mejanya.

Deon mengendarai mobilnya menuju restoran tempat yara bekerja.
Dilihatnya yara sedang berbincang dengan seorang pria sesekali mereka terlihat tertawa.
Deon menggeran dalam hati, dia tidak suka jika yara dengan pria lain.
Deon memicingkan matanya mencoba melihat lebih jelas siapa orang yang sedang berbincang dengan yara.
"Kevin" desisnya,Deon keluar dari mobilnya dengan perasaan kesal.

"Ehemm..." dehemnya membuat dua orang di itu fokus kepada Deon. Mereka tampak terkejut dengan kehadiran Deon.
"Woi yon, ngapain lo disini?" Tanya kevin
Deon menatap Yara kemudian beralih menatap Kevin
"Gue ada urusan dengan yara, lo ngapain disini?" Deon balik bertanya.

"Oohh..gue disini mau ketemu yara, sekalian mau nganterin dia pulang" ucap kevin sambil mengedipkan sebelah matanya kepada yara. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menundukkan kepala.
Mereka tidak menyadari bahwa pria di hadapan mereka sudah tampak sangat kesal, mungkin sebentar lagi akan ada tanduk yang keluar dari kepala pria itu.

"Kalau begitu, hari ini usaha lo sia-sia, gue datang kesini karena ada urusan dengan yara dan hari ini gue yang akan mengantar yara pulang. Benar kan yara?"

Yara yang tadinya menunduk,langsung mendongakkan kepalanya mendengar suara Deon yang terdengar mengintimidasi ditambah lagi tatapan mata pria itu membuat nyalinya ciut.
"Kenapa pria ini hobby sekali datang tiba-tiba dan membuat janji dadakan"

Yara menatap kevin "e..em.. iya vin, aku masih ada urusan dengan Deon" yara merasa tidak enak terhadap kevin
Kevin hanya mendesah, sedangkan Deon tersenyum puas walaupun hanya sekilas.
"Baiklah kalau begitu, kapan-kapan aku jemput lagi,kalau begitu aku pulang dulu . Sampai ketemu di pesta nanti malam" ucap kevin lembut sambil mengacak pelan rambut yara,lalu menepuk pelan bahu Deon sembari berlalu.

"Ayo, aku akan mengantarmu pulang agar kau bisa bersiap untuk pesta nanti" kata deon ketika hanya tinggal mereka berdua.

.
.
**
setibanya di depan rumah yara, Deon memberikan paper bag yang tadi dibawanya kepada yara
"Untukmu" katanya. Yara menyerngit menatap papaer bag tersebut lalu menerimanya.
"Boleh kubuka?"tanyanya yang diabalas anggukan oleh Deon
Matanya melotot melihat isi paper bag tersebut, sebuah ponsel keluaran terbaru.
"Itu untukmu, ada saatnya kau akan membutuhkan ponsel,juga agar aku lebih mudah jika ingin menghubungimu" jelas Deon
"Tapi kurasa ini terlalu berlebihan" kata yara

"Tidak ada yang berlebihan yara, itu untukmu dan kau tidak bisa menolak. Kau tau kan aku tidak butuh penolakan" balas Deon telak
"Terimakasih" cicit yara

"Baiklah, nanti akan ku jemput pukul 7 ,bersiaplah" terang Deon lalu pergi meninggalkan tempat itu.
.
.
.
Pukul 18.45
Yara sedang memandang dirinya di depan cermin. Sesekali ia menghembuskan nafas kasar ,berusaha mengurangi rasa groginya.
Gadis itu tak habis pikir, bisa-bisanya Deon sang pengusaha kaya raya mengajak yara yang hanya seorang pelayan menemani Deon ke pesta besar.
Saat ini yara dilanda kecemasan, dia takut kalau nanti dia hanya akan mengacaukan dan mempermalukan Deon di pesta itu.
Banyak pikiran berkecambuk di benaknya hingga suara klakson mobil menyentaknya. Buru-Buru yara mengambil tasnya dan menemui Deon.

Ceklek. Yara membuka pintu rumahnya dan disana Deon berdiri di depan mobil,pria itu nampaknya sedang berbicara dengan ponsel berada di telinganya.
Deon terlihat sangat tampan, dengan tuxedo yang tampak serasi dengannya,membuat yara yang melihatnya hanya bisa menahan nafas.

"Baiklah, sebentar lagi saya akan tiba disana" Deon mengakhiri teleponnya lalu berbalik badan.
Deon tertegun melihat penampilan gadis di depannya itu. Yara terlihat sangat
stunning dengan mengenakan strapless tulle ball gown berwarna abu-abu berhias jahitan bunga emas. Yara memilih untuk mengikat rambutnya.


Sederhana namun tetap
"Cantik" ucapnya tanpa sadar
Wajah yara sudah merona dan gadis itu hanya bisa berdiri kikuk, tersadar dari ketertegunannya buru-buru Deon membukakan pintu mobil untuk Yara.

***
Mereka tiba di tempat pesta diadakan, saat hendak turun dari mobil, Deon melirik gadis di sebelahnya. Yara terlihat meremas tangannya, seolah tau kecemasan yang di rasakan gadis itu, Deon menggenggam tangan yara "tenanglah, kau bersamaku" suara lembut Deon cukup ampuh menenangkannya.

Mereka berjalan beriringan,dengan tangan yara menggandeng lengan Deon dan tangan pria itu berada di pinggang yara.
Deon yang menyuruhnya mengandeng lengannya saat keluar dari mobil.
Banyak mata mentatap mereka dengan tatapan kagum,terlebih melihat penampilan Deon yang ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
Tapi banyak juga yang menatap tidak suka, lebih tepatnya para wanita-wanita muda dan tatapan tidak sukanya yang tentu saja ditujukan kepada Yara.

"Siapa sih gadis udik yang di gandeng Deon itu"

"Cihhm... gak ada cocoknya sama sekali,masih cocok saya yang mendampingi Deon"

"Tampang kampungan begitu, tidak pantas bersanding di samping Deon"

Begitulah kira-kira ocehan iri yang terdengar melihat Deon membawa Yara.
Deon yang mendengarnya hanya menatap mereka dingin dan justru semakin mempererat rengkuhannya dan menarik yara lebih dekat dengannya.
"Jangan dengarkan ocehan mereka, anggap saja mereka tidak ada"bisik Deon sangat dekat dengan telinga Yara.
Yara mengangguk paham berusaha mati-matian menghiraukan ucapan pedas orang-orang di sekitarnya yang membuat dadanya terasa sesak.








To be continue
Vote&comment please

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 13.9K 26
BoyPussy Bxb Cowo Bermeki
594K 54.5K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
4.1M 124K 87
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
302K 29.7K 44
"Ma, aku ngga mau ya punya assisten baru" "Plis lah Maa" "Aku tu CEO punya aissten dengan pakaian sexy itu biasa" "Lianda Sanjaya!!!" "Ikutin kata ma...