Alrine (End)

Par Thelunatica

110K 8.1K 327

[PART MASIH LENGKAP] Rating : 15+ Genre : Mystery/Thriller, Teen Fiction. Alrine adalah seorang gadis berumu... Plus

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3 - Sierra
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8 - Flashback
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12 - Sierra
Chapter 13
Chapter 14 - Flashback
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17 - Sierra
Chapter 18
Chapter 19 - Sierra
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Sierra
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44 -END-
Extra Part
Sequel is Out!
Buku ketiga!
Segera Terbit

Chapter 24

1.9K 156 2
Par Thelunatica

Lionel Leonardo Antares on mulmed.

Lionel POV

"Dan bidadari itu, lo, Alrine." Kata-kata tersebut keluar dari mulutku. Aku masih tetap menatap matanya, menunggu reaksinya.

Kulihat ia mengerjap-ngerjapkan matanya lalu menundukkan kepalanya. Mataku terus tertuju pada matanya yang sekarang tertutupi rambut hitamnya.

Suara petir menyambar memecah keheningan diantara kami berdua. Rintikan hujan mulai berjatuhan menyentuh wajahku. Rumah pohon ini tidak memiliki atap karena kata kak Ardo, akan lebih sejuk kalau hanya menggunakkan daun yang lebat dari pohon ini (karena kami hanya datang saat siang saja).

Ia menegakkan kepalanya menatapku lagi, "Bisa kita pergi?"

Aku hanya mengangguk menyetujui kemudian menuruni tangga rumah pohon duluan. Setelah sampai di bawah aku membantu Rin turun.

Hujan semakin deras, dengan segera aku membuka jaketku lalu melindungi kepalaku dan Rin.

Kami berjalan cepat menuju mobil, aku membuka pintu mobil untuk Rin. Setelah ia masuk aku pun membuka pintu tempat kemudi dan masuk kedalam mobil.

"Kita mau kemana lagi?" tanya Rin padaku.

Baru saja aku akan menjawab, tiba-tiba aku terbatuk.

Alrine terkikik mendengar batukku. Aku pun ikut terkekeh sambil mengusap hidungku yang terasa gatal.

"Mungkin kita cari makanan yang hangat, lo mulai flu, soalnya." ucap Rin dengan nada cibiran.

"Okey, kita cari bakso atau semacamnya, tapi makannya nanti di rumah gue. Karena kata om Arya di rumah lo ada polisi, jadi lo nginap di rumah gue untuk sementara." jelasku.

"Oh gitu, jadi tadi om Arya yang nyuruh lo jemput gue di rumah sakit?"

"Kalau itu sih emang rencana gue,"

"Thank you," ucapnya, dapat kulihat sekilas, ia menatapku. Aku menggedikkan bahuku sebagai balasan.

Jalan terlihat sepi, mobil-mobil melaju lancar sedangkan jumlah pengendara dapat di hitung dengan jari karena hujan.

"Can i?" Kulihat jari Rin di atas tombol di layar tape.

"Yes."

Lagu dari tape mobilku mulai terdengar, lagu berjudul Dive yang di nyanyikan oleh Ed Sheeran mulai mengalun di telingaku.

Maybe I came on too strong
Maybe I waited too long
Maybe I played my cards wrong
Oh just a little bit wrong
Baby I apologize for it

I could fall or I could fly
Here in your aeroplane
And I could live, I could die
Hanging on the words you say
I've been known to give my all
And jumping in harder than
10,000 rocks on the lake

"So don't call me baby
Unless you mean it," dengan reflek aku menoleh ke arah samping kiriku. Suara itu berasal dari Alrine. Ia menyanyi dengan suara lantang dan sedikit ehm fals (?)

Aku tersenyum geli, "And don't tell me you need me, if you don't believe it,"

Rin mengodeku untuk bernyanyi bersama. Masih dengan senyuman geliku, aku mengangguk perlahan.

"So let me know the truth
Before I dive right into you," kini kami bernyanyi bersama.

"Suara lo bagus." puji Rin padaku.

"Suara lo jelek." balasku jujur.

Seketika kurasakan jepitan keras di lengan kiriku. Aku pun merintih.

"Lo jadi cowok nggak ada manis-manisnya dikit sama cewek!"

"Gue jujur, jelek ya jelek. To the point walaupun nyakitin." belaku.

"Pantas aja gue nggak pernah liat lo bareng cewek. Orang jalan bareng lo makan kata-kata pahit lo doang."

"Trus lo? Gue juga nggak pernah liat lo jalan sama cowok selain Ian atau Ben. Kebanyakan milih, sih." balasku.

"Gue milih juga cari yang tepat,"

"Kalau lo nyari yang tepat, lo nggak bakal dapat. Karena setiap orang ada kekurangannya, cukup lo terima dan bahagia dengan kekurangan dia."

Kudengar dia bertepuk tangan, aku menoleh sejenak dengan alisku yang mengernyit.

"Gue nggak nyangka, orang paling dingin dan datar kayak es balok di kelas. Ternyata banyak celotehannya." ucapnya penuh kekaguman. Aku menatapnya datar.

"Lo nggak jelas," cibirku pedas.

"Nah, mulai lagi, kan." gerutunya yang dapat kudengar. Aku tersenyum tipis.

Kak Ardo, Leo janji akan selalu jaga bidadari kita, selamanya.

_÷_

Author POV

"Nggak boleh pake sambal!" Suara Lionel meninggi saat Alrine terus-terusan mencoba merebut plastik kecil dari tangan Lionel.

"Gue udah sembuh, lagian gue cuma ketembak bukan penyakitan." Sama seperti Lionel, Alrine yang kesal ikut meninggikan suaranya.

Lionel menghembuskan nafasnya pasrah, diturunkannya tangannya dan memberikan plastik berisi sambal kepada Alrine. "Fine, but don't too much."

Kedua sudut bibir Alrine tertarik keatas, "aye aye, cold captain!" Alrine segera menaruh sedikit sambal tersebut di atas semangkuk bakso.

Mereka makan dengan hening, Lionel yang tak suka berbicara sambil makan dan Alrine yang sibuk menikmati bakso dengan rasa pedas kesukaannya walaupun sedikit.

Setelah selesai makan, Alrine mengangkat mangkuk bekasnya untuk di cucinya, namun Lionel menahannya, "Nggak usah di cuci, nanti dicuciin sama pembantu disini,"

"Biar gue aja kok, lagian pembantu lo pasti capek ngebersihin rumah lo yang gede ini." Alrine berucap, Lionel pun mengangguk lalu melepas tangannya.

"Habis lo cuci piring, langsung ke kamar tamu disebelah kamar gue di lantai atas buat bersih-bersih. Ada baju-baju lama milik nyokap, mungkin muat buat lo!" teriak Lionel pada Alrine sambil menaiki tangga.

_÷_

Alrine yang telah mencuci piringnya dan Lionel, langsung menaiki tangga untuk menuju lantai dua. Sesampainya ia di atas, Alrine melihat bingkai yang foto berukuran besar. Disana ada Lionel dan Gerardo atau Ardo saat masih berumur 7 tahun, tak lupa kedua orangtua mereka. Mereka berempat terlihat bahagia dengan pantai sebagai latar foto tersebut.

Bokap sama nyokapnya Leo kayaknya serasi banget, kenapa bisa sampe cerai? pikir Alrine bertanya-tanya.

Ia melanjutkan jalannya, didapatinya pintu kamar bertuliskan "Lionel's" di sebelah kamar tersebut ada sebuah kamar tamu.

Alrine membuka kamar tersebut, ada ranjang berukuran king size dan lemari kayu besar dan juga tak lupa kamar mandi.

Merasa sudah mengantuk, Alrine segera membuka lemari kayu itu. Mencari pakaian yang cocok untuknya dan langsung memasuki kamar mandi.

Usai mandi dan berpakaian ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang dan tertidur.

_÷_

Sinar matahari menembus kamar Lionel. Kini laki-laki berbadan jangkung itu telah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia menata rambutnya lalu menyemprotkan parfum di seragamnya.

Ting

Bunyi pesan masuk dari iphone-nya. Lionel meraih ponselnya tersebut dilihatnya pesan dari papanya.

Papa

Leo, papa masih di Jepang. Belum bisa pulang sekarang ada masalah sama perusahaan cabang disini, mungkin minggu depan papa pulang.

Selesai membaca pesan tersebut, Lionel segera keluar dari kamarnya. Sebelum ia turun ke lantai satu, dia memilih untuk mengecek kamar disebelahnya tempat Alrine berada.

Dibukanya pintu kamar tersebut, nampak Alrine sedang tertidur sambil meringkuk. Tak ingin membangunkan gadis itu, Lionel menulis post-it untuk Alrine dan menempelkannya di lemari kayu. Kemudian ia keluar dari kamar itu dan berangkat ke sekolah.

_÷_

"Sampai kapan kalian menahan mereka?" Arya bertanya pada Ferron dan Reza di sampingnya.

"Sampai mereka atau anda mengatakan dimana pembunuh itu berada," jawab Ferron.

Arya menghela nafasnya menahan emosinya mendengar jawaban Ferron.

"Saya memohon dengan sangat, bebaskanlah mereka juga Alrine. Mereka semua masih bersekolah, apa yang dilakukan mereka hanya untuk menyembunyikan Alrine karena mereka tidak mau mendengar kabar bahwa kalian menyiksa Alrine yang tidak bersalah. Dan Alrine, dia sangat tertekan dengan kepribadiannya, masa remajanya tidak berjalan seperti remaja-remaja lainnya."

Ferron hendak membalas namun di tahan oleh Reza, "lalu dari kalian pihak keluarga, apa ada solusi untuk masalah Alrine? Karena kami pihak kepolisian sudah angkat tangan, tidak ada cara lain selain menahannya disini agar Sierra kepribadiannya, tidak melukai bahkan membunuh orang lagi."

"Kami akan berdiskusi dengan psikolognya, untuk sementara ini kalian hentikan pencarian dan bebaskanlah saudara dan saudarinya, karena itu akan membuat Alrine makin tertekan." ucap Arya final.

Terlihat raut wajah kurang setuju dari Ferron. Dirinya merasa tidak aman jika Alrine terlebih Sierra masih berkeliaran di luar sana. Ia merasa tak aman, bukan karena takut di bunuh oleh dia. Namun lebih buruknya, ia di siksa dahulu lalu di bunuh dengan sangat mengenaskan. Membayangkah hal tersebut membuat dirinya bergidik ngeri.

"Baiklah, kami akan menghentikan pencariannya serta membebaskan saudara-saudarinya. Kalian pihak keluarga harus menemukan solusi untuk kasus ini secepatnya." ucap Reza tegas.

Bibir Arya tertarik membentuk senyuman tipis, "Terima kasih," ucap Arya lalu berbalik meninggalkan ruang Ferron.

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

137K 7.6K 45
"Aku, kamu, penuh luka." Arnessa,si gadis cantik dengan rambut ombre sejak lahir. Rambutnya itulah yang membuatnya terlihat istimewa. Arnessa itu ra...
Beauty [TAMAT] Par Khodijah

Roman pour Adolescents

837K 84.6K 56
[ SEGERA TERBIT ] Cerita tentang seorang gadis cantik yang harus menutupi kecantikannya atas perintah ibunya. Bahkan di sekolahnya ia di namai si...
17.8K 1.4K 21
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
69.2K 9K 47
[Paraduta Series #1] - COMPLETED Namaku Nadine. Aku anak baru di SMA Paraduta namun sudah mengetahui dan memegang rahasia beberapa orang yang cukup p...