Angela - It's Always Been You

By raayprst09

3.7K 129 9

Mereka bersahabat dari kecil, Angela dan Orlando Angela sekarang tumbuh menjadi gadis cantik, begitu pun Orla... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chaper 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Author Note
Chapter 26

Chapter 27

100 2 0
By raayprst09

Samar-samar ketukan ringan dipintu kamarku, aku pun terbangun.

"Angela, kau sudah bangun? Bangunlah, penerbangannya 2 jam lagi" suara Mom dibalik pintu kamar.

Aku bangun mengumpulkan nyawaku berjalan kearah pintu dan membuka pintu. Mom sudah rapi dengan pakaiannya, seperti biasa simple tetapi elegant.

"Ya tentu aku baru saja terbangun Mom," balasku sambil mengikat rambutku.

"Kamu tidak harus terjaga semalam Ann, lihatlah matamu" ucap Mom sambil mengelus kepalaku pelan.

Aku tersenyum, "ya setidaknya kita bisa terjaga bersama Mom"

Mom mengangguk samar.

"Mandilah dan segera turun ke bawah"

"Tentu"

Kemudian Mom berbalik menuju ke ruang makan, aku pun menutup pintu langsung berjalan menuju kamar mandi.

Aku melirik ke arah cermin kamar mandiku, ya tentu saja. Mom benar, lingkaran dibawah mataku terlihat jelas. Ya ampun. Seharusnya tidak perlu terjaga sampai jam 2 malam dan seharusnya juga aku memikirkan si pembual -Miguel-.

Miguel? Ya Tuhan!

Mengapa terus terlintas diotakku tentang dia semalam perihal berkunjung ke rumah dan membeberkan hubunganku -dulu- dengannya sewaktu kuliah.

Aku harus melupakannya, ya tentu saja. Syukurlah tak ada apa-apa lagi diantaraku. Dan Orlando tentu saja belum menghubungiku dari kemarin. Ke mana dia?

Setelah mandi aku mencari ponselku, ternyata ponselku masih didalam sling bag. Dan baterainya pun habis total. Selagi men-charge aku merapikan diriku, hari ini aku mengenakan dress biru simple selutut dengan motif floral serta flat shoes warna hitam. Dan make up aku hanya mengaplikasikan eyeliner, mascara, fondation serta liptint warna nude. Aku tak ingin terlalu mencolok lagi pula ini akan memakan perjalanan yang lumayan jauh.

Selesai dengan riasanku kemudian turun ke bawah untuk sarapan bersama Mom dan Dad. Mereka sedang bersenda gurau seperti biasa, dan hari ini aku melihat Dad tak seperti biasanya. Dia terlihat jago saat mengeluarkan lelucon yang menggelitik perut Mom. Heran memang tapi menurutku menyenangkan bisa melihat sisi humor Dad yang selama ini tak pernah kulihat.

"Morning Mom, Dad.." ucapku kemudian mencium pipi Mom dan pipi Dad.

"Morning darl," balas Dad.

"Dad apakah kalian yang akan mengantarku ke bandara?" Tanyaku sebelum memakan sarapanku.

"Ya tentu saja Ann, kami yang akan mengantarmu" balas Dad.

Mom tersenyum dan berkata, "jika kamu tak ingin kami antar, seseorang bisa mengantarkanmu"

Dan kemudian tersenyum misteri, oh tidak aku tak menyukai ini.

"Seseorang? Aku tidak perlu diantarkan kalau begitu, aku bisa memesan taksi" balasku

"Jika kamu merasa berubah pikiran Ann," jawab Dad santai sambil meminum kopinya.

Aku tak membalas jawaban dari Dad dan memfokuskan pikiranku untuk menghabiskan sarapanku secepat mungkin.

Kemudian bel pintu rumah berbunyi, sontak kami bertiga menegok ke arah pintu.

"Biar aku yang membukanya" ucap Mom sambil berjalan untuk membukakan pintu.

Aku mengikuti pergerakan Mom sampai selesai membuka pintu, Mom berbicara dengan seseorang secara samar namun aku masih memfokuskan telingaku dan balasannya adalah laki-laki.

"Tentu dia sedang sarapan" ucap Mom sambil berjalan ke arah meja makan.

Aku pun sungguh-sungguh terkejut melihat siapa lagi yang datang pagi-pagi seperti ini. Mom berjalan berdampingan dengan Miguel. Ya Tuhan dia lagi.

"Selamat pagi Mr Larsson" ucap Miguel sambil berjabat tangan dengan Dad kemudian dia melirik ke arahku dengan pandangan teduh. Oh sial, sungguh aku tak menyukai tatapan itu. Buru-buru aku membuang pandangan untuk kembali memakan sarapanku.

Kemudian aku mendengar suara gesekan kursi sampingku dari ekor mataku melirik, Miguel duduk disampingku yang berhadapan langsung dengan Mom.

"Morning Angela," ucap Miguel kearahku.

Aku menengok samar kemudian menganggukan kepalaku tanpa menjawab sapaannya.

Mom membuka percapakan, "jadi Miguel kamu tak keberatan jika mengantar Angela ke bandara?"

Aku tersedak karena ucapan Mom tadi kemudian mereka mengalihkan pandangannya ke arahku, Miguel dengan cepat memberiku segelas air penuh yang terdapat disamping kiriku. Setelah meminumnya sampai tandas, aku bertanya.

"Mom bukankah kalian sudah berjanji yang akan mengantarku langsung?"

Dad membuka suara, "kami memang mengantarmu, kebetulan Miguel akan melakukan perjalanan bisnis di Atlanta karena berada satu kota dengan pekerjaanmu. Tak ada salahnya bukan jika dia mengantarmu kesana. Kami hanya tidak ingin kamu terbang sendiri kesana sayang" jelas Dad dengan santai dan sabar.

Oh tidak, tidak bisa menghindar kali ini. Dengan berat aku menganggukkan kepalaku menjawab penjelasan Dad, aku tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi.

"Mr Larsson aku rasa Angela keberatan karena ini" ucap Miguel yang akhirnya membuka suara.

Aku bangun dari kursiku, "aku akan menyiapkan koporku" ucapku datar sambil berjalan naik ke atas.

Mengambil kopor yang sudah siap diatas ranjang dan mengeceknya, setelah selesai melihat ponselku yang baru seperempat terisi baterai. Rentetan notifikasi muncul dilayar.

Dan aku pun membukanya, dimulai email dari Austin yang memberiku nomor penerbangan, Alisha yang memberiku pesan singkat dan panggilan tak terjawab. Dan yang mengejutkan adalah 50 notifikasi dari Orlando termasuk panggilan tak terjawab dan pesan singkat. Aku membukanya dari paling atas yang baru saja masuk 5 menit yang lalu.

Jika sudah tiba segeralah hubungiku

Ann kau akan ke Georgia? Aku akan menantikannya darl. Maafkan beberapa hari ini, ada hal yang benar-benar menyibukkanku. Setumpuk dokumen yang belum tanda tangani hingga kegilaan para penggemar yang ingin menyerangku karena ketenaran semata. Sungguh aku benar-benar sedikit tidak menyukainya.

Aku ingin menjemputmu Ann

Balaslah pesanku

Alisha benar kau ketinggalan zaman

xoxo XD

Aku sungguh tak tahu jika Orlando semalaman penuh menghubungiku dan belum satu pun sms ataupun teleponnya kubalas. Menyebalkan seperti biasa Alisha dan menceritakannya kepada Orlando. Dan tentu saja aku belum menghubunginya.

Aku pun membalas pesan Orlando.

Hey maafkan aku baru saja membalas pesanmu, ya tentu saja aku akan ke Georgia menyejutkan bukan? Dan tentu saja Dad mengizinkanku secara langsung.Oh tidak, Alisha selalu tidak bisa menjaga 'mulut manisnya'. Dan bagaimana dia mendapatkan nomormu? Aku akan segera menghubungimu jika sudah mendarat. Aku akan menunggumu, love u Mr O! :)

Send.

Setelah selesai aku memasukkan ponsel serta charger ke dalam tasku. Baru saja aku ingin menurunkan kopor ketukan ringan dipintuku yang terbuka mengejutkanku dan Miguel berada disana.

"Kau sudah siap?" tanyanya lembut.

Aku berdengung menjawab pertanyaannya, kemudian dia mengambil kopor dari tanganku berjalan mendahuluiku. Baiklah jika dia ingin membantuku dan aku harus bisa bersikap dewasa dan seperti biasa. Aku mengerti jika memang pernah ada sesuatu diantaraku dulu dengannya tanpa perlu membesar-besarkannya lagi.

Aku turun dan melihat Mom dan Dad sedang berbincang dengan Miguel didepan pagar rumah. Menghampiri Mom dan Dad sambil memeluknya.

"We'll miss you" ucap Mom.

Dad mencium keningku, "jaga dirimu Ann. Bersikaplah dengan dewasa dia temanmu sekarang" ucap Dad berbisik yang mungkin hanya aku dan Dad yang bisa mendengarnya.

"Tentu" jawabku dengan senyum manis.

Aku melambaikan tangan kepada mereka dan memberikan kiss bye dengan lambaian tanganku yang dibalas dengan Mom dan Dad.

Aku menghela napas dan berjalan menuju mobilnya. Dia membuka pintu sisi penumpang untukku masih mempertahankan senyumnya. Kemudian aku masuk dan duduk sambil memasakan sabuk pengaman, mengambil ponselku. Ada notifikasi masuk.

"Kami pergi Mr Larsson; Mrs Larrson" ucapnya sambil melambaikan tangannya. Kemudian dia berjalan ke sisi pengemudi dan menyalakan mesinnya.

"Kau siap Ann?" tanyanya.

"Ya tentu" jawabku singkat.

Selama perjalanan menuju bandara tak ada percakapan diantara kami hanya suara radio yang mendominasi kecanggungan diantaraku dan Miguel. Masih terfokus dengan ponselku tiba deheman ringan Miguel menghentikan aktifitasku dengan ponsel.

"Berbicaralah denganku Ann, kau begitu pendiam" ucapnya sambil sesekali melirik kearahku.

Aku mengalihkan pandangan dari ponsel ke depan.

"Karena tak ada percakapan, jadi itu yang membuat ku diam" balasku.

Dia menghela napas, "jadi kamu ingin ada percakapan?" tanyanya.

"Ya"

"Baguslah" jawabnya kemudian beralih ke depan setelah melihatku.

Aku mengerutkan keningku, "maksudmu?" Tanyaku.

"Karena kamu sudah menjawab percakapan ini" jawabnya dengan santai dan tersenyum.

Dia menjebakku.

"Kamu tidak perlu membangun citra terbaikmu didepan orang tuaku Miguel, mereka sudah tahu bagaimana kamu dulu." Ucapku.

"Jika mereka memberi sedikit kesempatan, tak akan kusia-siakan lagi." balasnya santai.

"Bagi mereka, dan untukku tidak ada"

Dia mengulurkan tangannya kemudian meletakkan tangannya dibelakang kursi yang kududuki.

"Akan kucari" ucapnya dengan tenang namun tersirat nada tak terbantahkan.

Kemudian akhirnya setelah perjalanan menuju ke bandara yang bagiku begitu sedikit lama karena Miguel yang mengendarai mobilnya dengan santai bahkan pelan.

Aku keluar terlebih dahulu dari mobil dan mengambil koporku dihentikan oleh tangannya yang mengeluarkan koporku.

"Trims," ucapku pelan.

"Ya tentu"

Kemudian aku membalas pesan dari Austin bahwa dia sudah tiba beberapa menit yang lalu yang mengatakan untuk segera menemuiku diruang tunggu bandara.

"Miguel aku akan segera pergi. Hati-hati" ucapku

"Kita akan masuk bersama"

Hah? "Baiklah. Dan bagaimana dengan mobilmu?" tanyaku karena tak mungkin mobilnya yang bagus ditinggal begitu saja di bandara.

Dia tertawa kecil, " seseorang akan mengambil. Kau tenang saja"

Dia merapikan jasnya berjalan ke arahku dan menarik kopornya ditangan kiri sambil menggenggam tanganku ditangan kanannya.

Buru-buru aku menepis tangannya.

"Apa-apaan kau ini?" ucapku sedikit berteriak.

"Hanya menggenggam"

"Tidak. Aku bisa sendiri. Kau tak perlu merepotkan kedua tanganmu" ucapku datar.

Tak menyia-nyiakan waktu lagi aku segera berjalan mendahuluinya jika berdebat dengannya akan membuang-buang waktuku yang tersisa 30 menit lagi.

Aku mengendarkan pandangan dan melihat disana laki-laki tinggi berambut pirang tembaga, Austin. Dia melambaikan tangannya dan kubalas juga. Aku berjalan mendekatinya.

"Kau sudah tiba dari tadi? Maafkan aku sedikit telat" ucapku.

"Hey tak apa Ann. Aku baru tiba. Dan oh siapa dia?" ucap Austin kemudian sedikit terkejut kearah belakangku. Kemudian aku membalikkan tubuhku menangkap Miguel yang sudah berdiri dengan sempurna belakangku, dia berjalan mengulurkan tangannya ke arah Austin.

"Aku adalah teman spesial Angela. Senang bisa bertemu denganmu Mr?" ucap Miguel dengan santai kepada Austin

"Austin Jabber, well nice to meet you Mr.." jawab Austin.

"Miguel Hewitt"

Setelah melepaskan jabatan tangannya, Austin memberikanku tiket untuk penerbangan ke Georgia. Aku membelalakkan mataku, huh pasti terlihat bodoh.

"Austin kau tak perlu melakukan ini"

"Harus Angela, karena kita tak bisa menunggu lagi. Dan semoga aku tak mengganggu waktu kuliahmu yang sedikit lagi hampir selesai"

"Tak apa, lagi pula ini adalah akhir pekan. Aku akan meminta izin kepada Alisha dan menanyakan beberapa tugas" jawabku.

"Kau benar-benar murid yang peduli terhadap mata pelajaran Angela" ucap Austin sambil tersenyum kepadaku.

"Jadi Ann, kita akan berpisah disini" ucap Miguel tiba-tiba.

"Bukankah kau akan ke Georgia?" tanyaku heran.

Dia tertawa renyah, "jadi kamu mengharapkanku untuk kesana menemuimu?"

"Tidak. Kau yang mengatakan sendiri dirumah"

"Tentu saja tidak sayang. Aku sebenarnya akan ke Montreal, tapi karena ingin melihatmu dan berniat mengantarkanmu. Jadi kutunda sebentar perjalananku" ucapnya.

"Kau tak perlu melakukan itu. Dan satu lagi, aku terlalu dewas untuk didampingi. Aku selalu aman" cibirku kepadanya.

"Baiklah sayang, jaga dirimu." ucapnya sambil mencium pucuk kepalaku tiba-tiba. Gerakannya cepat membuatku untuk menolaknya tak terelakkan.

Setelahnya dia berjalan menjauh sempat melambaikan tangannya kearahku, namun aku tak peduli masih kutatap dirinya dengan tatapan datarku.

"Jadi kau dan dia?" ucap Austin tiba-tiba.

"Eh? Maksudmu?" tanyaku.

"Dia bukan siapa-siapa" jawabku cepat.

"Baiklah."

Jika ada sesuatu yang berlebih antaraku dan Miguel. Aku tak pernah menganggapnya penting. Bukan sesuatu hal yang bermasalah bagiku.

Karena yang penting diantara aku adalah Orlando. Aku tak bisa berpikir ketidakpastian dianatarku dan dia.

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 55.9K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
243K 16.7K 39
Ya Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kes...
1.1M 49.1K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
919K 170K 54
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...