Back In The Early

Par SarieBiyana2

4.2K 319 71

Ketika Cinta Merubah Keadaan. #Cast Stefan william, Yuki Kato, Maxim Galahult, Ariel Tatum, and etc. Plus

BUTTERFLY (PROLOG)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
#11 Mereka Bersaudara?

#12 Jatuh Cinta?

256 24 6
Par SarieBiyana2

Bagai di sengat aliran listrik ribuan volt gengaman ditagan yuki makin mengencang. Perlahan dia lihat kedua manik kemar itu mulai menunjukkan responnya dan samar_samar yuki mendengar cowok itu memanggilnya dengan sebutan.

"Mama.."

GILAK. Gue bukan Mama Looo!

Harus apa dia sekarang. Bahkan untuk marah saja dia tak sanggup melampiaskannya. Hatinya menggeram, namun wajah polos itu justru meluluhkan jiwanya untuk sekedar menatap canggung dalam rasa bersalah. Yuki melepaskan perlahan tangannya dari genggaman erat stefan anehnya cowok itu justru merengek seperti firasat yang tak ia harapkan dalam kemalangan nasibnya hari ini.

"Mama.."

"Gue bukan mama lo Mr. White. Apa otak lo jadi sedeng karena kepentok sama aspal sialan itu. Gue yuki.. Liat gue yuki. Muka gue masih unyu gini, lo sebut gue mama. Gue belum nikah, belum jadi emak_emak." miris yuki menjelaskanpun stefan tetap memanggilnya mama. Yuki jadi seperti orang kebingungan. Dia mau marah anak itu sedang sakit. Dia mau mukul nanti tambah parah. Yang bisa dia lakukan menggigit bibir keras agar mulutnya yang tajam itu tak melukai orang disampingnya sekarang.

Supir paruh baya membuka pintu belakang, yuki menggeser posisi duduknya dan membiarkan supir pribadi itu mengambil alih stefan dalam gendongannya. Sesaat sebelum diangkat ia lihat mata itu kembali tertutup. Ya ampun.. Apa dia pingsan lagi? Yuki terhenyak dan segera keluar.

Rumah Megah Bak Istana didepannya sangat membuat yuki tercengang. Arsitek yang membangun rumah semegah dan semewah ini pasti seorang arsitek jenius yang terkenal. Rumah bergaya eropa itu di padupankan dengan halaman hijau yang mengelilinginya. Yuki bukan orang yang ndeso dia dulu bekas anak jakarta perumahan. Dulu dia juga pernah tinggal dirumah yang besar tapi tidak sebesar rumah ini. Ini 2 Kali lipat lebih besar dan tidak ada bandingannya sama sekali. Jadi malu sendiri dengan pakaiannya yang biasa saja yuki memilih untuk tak ikut masuk kedalam. Dia sangat malu karena untuk apa juga dia ikut masuk'kan apalagi bukan teman stefan mungkin lebih tepat dibilang 'Cewe resek' yang sering mengajak ribut cowok itu.

Hah yuki menghela nafas resah. Ia berdiri di depan gerbang, plastik putih besar terus saja dia pegang. Dan tak lama dari itu Maxim datang membawa ketiga sepeda yang diangkut memakai mobil box. Maxim turun dari mobil dan menghampiri yuki yang langsung meminta sepedanya diturunkan. Selesai ketiga sepeda diturunkan. Maxim memberi ongkos ke supir itu dan mobilpun pergi.

"tugas gue udah selesai. Gue udah kesiangan banget, mana belum sempet nganterin pesanan mama gue lagi."

"Lo mau nganterin pesanan mama lo kemana?" tanya maxim mempertegas.

"kan tadi udah gue tunjukin alamatnya ke lo." yuki melonggos kesal dan membenahi poni rambutnya yang tertiup angin segar. Maxim lalu mengangguk.

"OK, gue anterin. Ayo.." mata yuki membulat sempurna. Maxim malah mengajaknya masuk kegerbang rumah ini dan yuki tentu melepaskan genggaman maxim dengan kasar. Ia merasa maxim mau mengerjainya.

"Heh. Lo tuh ya.. Gue minta di anterin ke alamat yang disini nih, Di kertas ini. ko malah ngajak gue masuk sih kerumah lo. gue mau lo anterin gue kealamat ini. Gue udah kesiangan."

"Bawel.. Berisik. Coba lo berdiri di sini. Liat alamatnya baik_baik tatap tembok dihadapan lo." Yuki menghela nafas kasar lalu menatap tembok di hadapannya

"D15 NO 21." awalnya yuki biasa saja tapi setelah ingatannya muncul lalu itu mengeluarkan secarik kertas dari plastik putih dan menyamakan alamat yang ada di depannya.

"Jadi.." Yuki tak mampu berkata_kata lagi. Nyatanya tujuan dia sudah ada di depan mata. Nyatanya pesanan yang harus dia antar berada disini. Sebuah kebetulan yang sangat mengherankan. Yuki cuma bisa diam, dia bahkan gak berani untuk masuk.

"Lo kenapa? Ko diem."

"kenapa lo gak bilang dari awal?"

"Ngapain gue harus bilang. Kalo gue bilang nanti lo balik arah lagi. Kalo udah sampai tujuan harus masuk. Jangan bengong kaya ayam kesambet deh. Ayo masuk.. Lo pasti capek'kan?! sekalian gue buatin lo minuman yang seger. Ayo.." Maxim menyadarkannya bahwa orang baik itu tak pilih kasih.

Diam_diam ketika maxim sudah jalan lebih dulu yuki menyunggingkan seulas senyum tipis. Masih dengan langkah ragu diikuti langkah cowo itu dan mereka berdua masuk kepintu utama. Maxim mempersilahkannya duduk. Dia dijamu bagaikan tamu spesial. Maxim menyuguhkannya buah_buahan segar dengan jenis pilihan yang menyegarkan mata. Minuman jus orange juga jus anggur yang entah kenapa dibuat dua. Yuki menggeleng_geleng meski begitu maxim tetap menyediakan yang lain. GILA, yuki jadi tak enak sendiri. Setelah semua suguhan dikeluarkan. Maxim duduk berhadapan dengan yuki. Cowo itu mempersilahkannya untuk makan dan minum juga
Menatap yuki sambil tersenyum.

"Gue kesini.. Buat nganterin pesanan ini. Bukan buat makan. Lo kira gue tikus kelaparan apa. Mesti makan ini semua?"

"Yuki. Yuki. Gue nyuguhin ini karena gue menghormati tamu. Gak cuma lo.. Temen_temen gue kalo kerumah gue suguhin juga kaya gini. Jadi jangan ge'er ya. Udah mending lo minum deh. Gue tau lo aus."

"kenapa lo buat dua?"

"yang satu jus jeruk itu seger banget. Yang kedua itu jus anggur. Dan gue, mau lo cicipin jus anggur kesukaan gue."

"Kenapa gue musti cicipin jus anggur kesukaan lo? Buat apa? Buat pamer, kalo jus yang sering lo minum itu harganya mahal?!"

"Niat gue baik. Jadi cepetan diminum." Maxim berdiri dan mengambil jus anggur itu dan diulurkan kehadapan yuki. Alis yuki terangkat satu keatas. Dia jadi dipaksa gini. Karena dia menghormati maxim sebagai pemilik rumah diminumlah jus anggur itu sampai habis. Kerongkongannya yang tadi kering langsung segar seketika.

"gimana enak'kan?" yuki mengangguk. Jujur saja ia malah jadi ketagihan namun mencoba bersikap biasa saja.

Suara dua orang perempuan terdengar samar_samar lalu semakin jelas dan membuat yuki serta maxim melihat bersamaan. Satu orang perempuan berpakaian formal. Dia seorang dokter dan yang satunya seorang Ibu muda berpakaian gamis wajahnya sangat cantik dia sesekali tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada saudara perempuannya karena telah mengobati stefan yang ternyata sudah mulai siuman. Stefanpun kini diharuskan istirahat total agar segera pulih.

Dokter muda itu lalu pamit pergi karena langsung akan kerumah sakit Advent tempat dia bekerja. Dia juga pamit pada maxim dan yuki. Setelah kepergian dokter muda itu, Cintya memusatkan pandangannya pada gadis yang duduk di sofa. Gadis itu berdiri lalu mendekat dan menyalim tangannya. Sebuah pertemuan yang sopan.

"Temannya maxim ya?"

"oh.. Oh.. I__iya. Lebih tepatnya sih adik kelasnya ka maxim tante." senyum maxim terukir. di depan mamanya baru dia mau bilang maxim dengan sebutan 'kakak' baguslah kalo dia ada sopan santunnya pada orang tua.

"Kalau gitu kamu sepantar ya dengan stefan. Apa kamu sekelas dengan dia?"

"kebetulan kita beda kelas tuh tante. Oh ya. Saya kesini mau nganter kebaya pesanan tante." yuki langsung mengambil plastik putih pesanan cintya disofa dan menyerahkannya pada cintya.

"Kata mama saya, ini kebaya khusus yang dia buat. Dia bilang terima kasihhh banget."

"Jadi. Kamu Putrinya Mira? Ya ampun. Kamu Yuki Anggarini? Yuki.. Sini sayang. Tante gak nyangka kamu sudah sebesar ini. Dulu tante ketemu waktu mamamu mau melahirkan dirumah sakit dan kebetulan tau gak.." wanita cantik itu sangat senang dia bahkan langsung mengajak yuki duduk dan bercerita kehidupannya dengan Mira.

"saat itu Tante juga mau melahirkan lo. Posisinya tante lagi ngandung anak kedua tante yaitu stefan. Bahkan kami juga gak nyangka kalau kalian akan lahir dihari yang sama bedanya cuma beberapa menit setelah stefan lahir." Yuki terkagum sendiri mendengar penuturan wanita itu. Tetapi kekagumannya jadi sirna mana kala mengingat wajah stefan yang entah kenapa dia tidak tau jadi kesal sendiri. Wanita itu juga menceritakan pertemuan terakhirnya dengan sahabatnya Mira yang baru beberapa hari belum sembuh benar harus balik pulang kejakarta. Setelah kejadian itu hingga 14 tahun ini mereka bertemu lagi namun disaat mira sudah bercerai dengan Surya, mantan suaminya. Cintya menguatkan rachel yang tampak sedih ketika cintya menceritakan perceraian orang tuanya.

"Gak tante. Yuki udah terima ko mereka cerai. Lagian ngapain sih pertahanin hubungan kalo salah satunya udah gak cinta lagi. Kan cuma bikin sakit hati mama saya aja."

"Maaf ya yuki. Tante bikin kamu sedih. Yaudah.. Mendingan kamu ngobrol dulu aja ya sama kakak. Tante mau coba kebaya buatan mama kamu. Tante kedalem dulu ya, sayang." yuki mengangguk. Senyumnya sangat tulus pada wanita itu. Sosok yang sangat keibuan dan penyayang. Pantas saja maxim dan stefan miliki kepribadian yang bagus.

"Oh ya. Sebenernya gue gak bisa lama_lama nih disini. Gue mau izin pulang tadi. Tapi.. Gak enak."

"ngapain langsung pulang. Lo pasti masih pegelkan abis jotoh dari sepeda. Mendingan lo hargain gue yang udah suguhin lo makanan. Buruan dimakan?"

"gue kenyang."

"kenyang? Dari mana kenyang. Muka lo lemes gitu. Apa perlu gue suapin. Oh.." maxim berdiri lalu duduk jongkok di lantai. Yuki terkesima pada saat maxim memetik buah anggur segar dan mencoba menyuapinya. Sekali lagi yuki dibuat tercengang. Apa maksud maxim dengan senyum manis menggoda itu. Dari jarak sedeket ini, dilihat baik_baik senyuman itu memang sangat sempurna. Siapapun wanita yang dilempar senyuman semanis itu tak akan ada yang mau berkedip. dia akan terus memandangi wajah itu sepuasnya.

"ayo.. Dimakan. Anak kecil. Aaa.." Yuki menggelengkan kepalanya. Ia lalu berdiri dan pamit mau pulang. Namun maxim menahannya dengan cepat. Cowok itu berhasil menduduk'kan yuki kesemula lalu memaksanya memakan buah anggur. Maxim kegirangan mana kala yuki memakan buah anggur dari suapan tangannya.

"Kenapa lo sok manis banget sih pake nyuapim gue segala. Jujur aja ya, gue risih." yuki mulai tak canggung. Ia mengambil buah anggur dan dimakannya sambil mengoceh.

"risih. Jadi lo suka cowok yang gimana?" pertanyaan apa yang maxim lontarkan itu membuat yuki berfikir jauh terbayang. Mungkinkah kakak kelasnya ini naksir sama dia?

"kenapa nanya gitu?" selidik yuki menyipit. Maxim langsung duduk dikursi lagi dan mengangkat satu kakinya diatas paha.

"yaa.. Ya gak papa. Soalnya ada yang naksir sama lo."

"apa? Ada.. Yang naksir gue? Ah. Mana mingkin. Kalo ada emang siapa?" yuki mamandang intens maxim yang mulai keliatan seperti mencari jawaban. Ia lalu tersenyum dan menjawab pertanyaan yuki.

"Rio. Si rio pesek. Temen gue."

"hah rio yang waktu itu gue tonjok sampe mimisan?" Maxim mengangguk cepat dan sebenarnya ia kaget juga denger yuki bilang tadi rio yang dia tonjok sampe mimisan. Segitu ngerinya emosional cewe ini.

"ia dia nanya kriteria cowo yang lo suka kaya gimana?"

"oh. Dia mau tau ya. Bilangin ya kerio. Tipe cowo gue itu. Pertama Pinter main basket, kedua seiman , ketiga baik hatinya dan bisa ngimbangin sifat gue yang lo taulah sendirikan. Dan yang keempat harus setia. Karena gue gak suka cowo playboy. Kalo dia setia tapi diem_diem playboy. Liat aja.. Bakalan abis dia gue hajar."

"oh. Jadi itu tipe cowo lo. Nanti bakalan gue sampein ke rio. Dia pasti bakalan seneng banget." Obralan itupun berlanjut sampai ketika cintya kembali. Yukipun langsung berdiri dan ia minta langsung pamit pulang saja. Cintya sempat menawarkan makan bersama namun yuki tetap mau pulang. Dengan di antar maxim keduanya keluar dari gerbang.

"yakin lo gak mau gue anter?"

"gue bisa sendiri. Lagian gue bukan anak kecil kan yang mesti dianterin kemana_mana."

"yang penting lo hati_hati. Jangan sampe kejadiannya kaya tadi pagi." yuki mengangguk ia lalu menggoes sepedanya dari jauh yuki mulai menoleh dan dia melambaikan tangannya ke maxim.

"thanks ya!"kata yuki, tersenyum. Pertama kalinya maxim melihat senyuman itu yang begitu tulus dan manis. Dia memang gadis yang berbeda. Gadis yang bertolakbelakang dengan sifatnya namun justru seolah dia menemukan tantangan itu disana. Maxim balas tersenyum dia juga melambaikan tangannya.

Gue tau betapa sulit sembuhkan hati lo yang terluka.
Jangankan menyembuhkan, menyentuhnya saja mungkin sulit gue lakukan.
Yuki.. Hari ini lo buat gue bahagia.
Seandainya lo minta gue untuk berada di sisi lo.
Satu detikpun bahagianya seperti satu tahun..

******

TO BE CONTINUE READERS?! 😘😍😅😂

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

888K 39.2K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
8.1K 64 14
warning ⚠️ ( area 21+content sensitive) buat adik"yang lucu harap menjauh bukan bacaan kalian suka silahkan baca tidak suka silahkan tinggalkan baca...
956K 57.9K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
163K 2.4K 10
WARNING!!! ADULT CONTENT DILARANG PLAGIAT... INFO : Cerita ini belum sepenuhnya sempurna dalam penempatan tanda baca, dan lain-lain. Mohon bila ada k...