Miss Trouble vs Mr Genius (En...

By AllyParker8

159K 10.5K 1.4K

Damar pasti sudah gila. Tidak. Kakaknya yang pasti sudah gila. Ah, tidak. Lebih tepatnya, kakak-kakaknya. Pri... More

Intro
Bab 1 - Gadis Pembuat Masalah
Bab 2 - Janji yang Terlanjur Terucap
Bab 3 - Terseret dalam Masalah
Bab 4 - Tenggelam dalam Masalah
Bab 5 - Misi Menyebalkan
Bab 6 - Gadis yang Terlalu Mengesalkan
Bab 7 - Lagi, Hukuman
Bab 8 - Clean After the Trouble
Bab 9 - Enough!
Bab 10 - Guilty
Bab 11 - Truth Behind
Bab 12 - To Hold You
Bab 13 - Dear, Heart
Bab 14 - Denial
Bab 15 - Getting Away
Bab 16 - Worried to Death
Bab 17 - Realize
Bab 19 - A Better Life
Bab 20 - Dream

Bab 18 - Because of You

6.4K 486 84
By AllyParker8

Usai makan malam, sementara yang lain masih mengobrol di ruang makan, Anna keluar ke teras, duduk di undakan dan menatap langit yang malam itu penuh taburan bintang.

Ia tersentak pelan ketika mendapati Damar duduk di sebelahnya dan bertanya,

"Kita berantem lagi karena apa, sih?"

Anna menoleh pada laki-laki itu dengan kesal.

"Tuh, kamu beneran marah kan, sama aku?" dengus Damar. "Karena apa? Minggu lalu kita udah baikan. Meski aku sibuk banget sama tugas sekolahku, aku juga masih bantuin kamu ngerjain tugasmu. Jadi, apa lagi yang bikin kamu marah ke aku sekarang?"

Anna melengos kasar.

"Ya udah lah, kalau kamu emang nggak mau ngomong sekarang. Nanti kalau kamu udah mau ngomong, kamu bisa panggil aku." Damar berdiri.

Tak ayal, Anna semakin dongkol dibuatnya. Semudah ini Damar akan menyerah?

"Apa kamu sebenci itu sama aku?" Anna tak tahan lagi.

Damar urung beranjak dan kembali duduk.

"Apa maksudmu?" Damar menatap Anna lekat.

Anna menarik napas dalam. "Tadi, pas kita di bandara, kamu bilang ke Kak Lyra kalau kamu nggak suka sama aku. Harus banget ya, gitu ngomongnya?"

"Ah ... itu ..." gumam Damar.

Anna melirik Damar kesal.

"Emangnya kamu mau diledekin terus sama Kak Lyra tentang masalah itu? Yang ada kita bakal makin canggung lagi satu sama lain ntar. Makanya aku ngomong kayak gitu. Kamu juga kan, nggak suka sama aku," sebut Damar.

"Aku suka sama kamu, tau!" kesal Anna.

Anna memejamkan mata, antara menyesal, tapi juga lega. Ia bisa merasakan tatapan Damar. Anna menarik napas dalam dan memutar tubuh menghadap Damar.

"Kamu ... ngomong apa barusan?" Damar tampak luar biasa kaget.

Anna mendengus kasar. Apa semengejutkan itu?

"Kenapa? Aku nggak boleh suka sama kamu?" sengit Anna.

"Tapi kamu kan, dari dulu benci banget sama aku. Bahkan sejak pertama. Aku nggak pernah bikin masalah sama kamu, tapi kamu suka gangguin aku. Bahkan sejak pernikahan Kak Dera sama Kak Dhika, kamu makin parah nge-bully aku, kan?" urai Damar.

Anna mengernyit. "Itu ... karena dulu aku iri sama kamu."

Damar mengerutkan kening. "Iri? Sama aku?"

Anna mendesah berat. "Sebelum aku ketemu Kakak di pesta pernikahannya sama Kak Dera, aku sempat liat Kakak beberapa kali nganterin atau jemput kamu di sekolah. Tapi dia bahkan nggak sekali pun liat aku."

Ini pertama kalinya Anna mengakui tentang ini. Tentang perasaannya yang sebenarnya.

"Tapi abis itu, Kakak juga minta kamu jagain aku. Segitu nggak percayanya Kakak sama aku. Ayah juga gitu. Nggak pernah percaya sama aku." Anna mendengus, menertawakan diri sendiri.

"Kamu tau hal yang paling aku takutin di dunia tuh apa?" tanya Anna lemah.

Damar menatapnya lekat, menunggu.

"Ditinggalin, dibuang, diabaiin," ungkap Anna.

Damar menarik napas. "Kamu ..."

Anna mendengus pelan. "Lucu, ya?" Anna mendongak menatap langit. "Aku bahkan masih inget hari pas Ibu sama Kakak ninggalin aku. Waktu itu aku masih kecil banget. Tapi aku inget hari itu dengan jelas. Ya, aku marah sama Ibu, aku marah sama Kakak. Tapi ... aku juga kangen mereka. Bahkan saat ini."

Damar mendesah berat. "Kenapa kamu nggak pernah cerita tentang ini?"

Anna menatapnya. "Buat apa? Ini malah bikin aku keliatan konyol. Iri cuma karena kakak yang udah ninggalin aku? Kangen sama kakak yang udah ngebuang aku?"

"Kak Dhika juga sayang sama kamu," tukas Damar.

"Kamu nggak liat, dia selalu marah sama aku? Karena aku nggak kayak kamu, karena aku selalu buat masalah, karena aku ..."

"Itu nggak ngubah kenyataan kalau kamu adiknya Kak Dhika. Kamu mungkin nggak tau, tapi waktu Kak Dhika pergi sama ibumu, Kak Dhika juga ngalamin waktu yang berat. Dia pergi dari rumah waktu SMA. Trus, waktu dia pertama ngerintis usaha game-nya, sahabatnya meninggal dan bikin dia trauma. Dia down banget waktu itu.

"Yang Kak Dhika tau, kamu baik-baik aja sama ayah kalian. Dia toh nggak dalam posisi muncul di depanmu. Karena dia tau, kamu pasti benci sama dia. Dan karena dia takut, kamu bakal malu sama dia. Tapi kamu bilang apa dulu ke Kak Dhika? Kamu nggak mau temen-temenmu tau tentang dia? Kamu nggak tau kan, betapa itu nyakitin Kak Dhika?"

Anna tergugu. Saat Anna mengatakan itu, saat itu, Dhika malah tersenyum. Anna bahkan tak tahu ....

"Kak Dhika juga yang dulu bilang ke aku, kalau waktu kamu masih kecil, kamu tuh anak yang baik, manis. Tapi kamu nggak pernah tau sedikit pun betapa Kak Dhika merhatiin kamu, betapa Kak Dhika sayang sama kamu." Damar menghela napas berat.

"Alasan kenapa aku dulu mau jagain kamu karena Kak Dhika, karena aku tau betapa berartinya kamu buat Kak Dhika. Bukan karena Kak Dhika nggak percaya sama kamu, tapi Kak Dhika khawatir banget sama kamu. Nggak peduli berapa kali pun kamu ngecewain Kak Dhika, itu nggak sebanding dengan kalau sampai kamu terluka. Sesayang itulah Kak Dhika sama kamu."

Anna mengernyit. Ia memalingkan wajah ketika matanya terasa panas.

Ternyata, tak hanya dirinya, tak hanya Damar dan kakaknya, tapi Dhika juga sama bodohnya. Kenapa ada begitu banyak orang-orang bodoh di sini?

Menyebalkan.

"Sekarang kamu ngerti kan, gimana perasaan Kak Dhika sebenernya?" tanya Damar kalem.

Anna merasakan Damar merangkul bahunya. Reflek, Anna menepis tangan Damar.

"Ini, kamu ngapain?!" sambarnya.

Damar tampak terkejut. "Aku ... ngehibur kamu. Apa maksudmu, aku ngapain?"

"Kamu bahkan nggak suka sama aku. Jangan deket-deket sama aku!" Anna membentaknya.

"Anna, aku ..."

"Kata-katamu ke Kak Lyra tadi itu nyakitin aku, tau!" ungkap Anna. "Makanya, kalau kamu nggak suka sama aku, mending kamu ngejauh dari aku, daripada kamu terus-terusan nyakitin aku."

Damar mendengus tak percaya. "Kamu beneran suka sama aku?"

Anna semakin kesal mendengar pertanyaan itu. "Jangan ngelarang perasaanku juga! Ini hakku! Terserah aku dong, mau suka atau benci sama kamu! Emangnya kenapa kalau aku suka sama kamu?! Aku toh nggak minta kamu ngebales perasaanku!"

"Nggak minta aku ngebales perasaanmu, tapi kamu sampai semarah ini karena aku bilang aku nggak suka sama kamu?" Damar tersenyum geli.

"Nggak usah ngeledek, deh! Dasar cowok dingin nggak punya perasaan!" Anna berdiri dan berbalik, tapi ia belum sempat melangkah ketika tangan Damar menahannya.

"Aku nggak bisa ngejauh dari kamu. Aku juga suka sama kamu, soalnya."

"Kamu tuh, emang ..." Anna menghentikan kalimat marahnya ketika mencerna kata-kata Damar tadi. "Apa katamu tadi?"

Damar tersenyum dan berdiri. "Aku nggak bisa ngulangin itu lagi. Salahmu sendiri tadi nggak dengerin."

"Hei!" seru Anna kesal.

Namun, Damar benar-benar meninggalkannya masuk ke villa. Dengan langkah kesal, Anna menyusulnya.

"Heh, Alien Jenius Nggak Punya Perasaan!" marah Anna. "Kamu ngomong gitu karena kamu ikut-ikutan aku, kan? Cuma karena aku bilang aku suka sama kamu, jangan kamu pikir kamu bisa mainin perasaanku, kamu denger aku?!" teriak Anna di belakang Damar yang berjalan ke arah dapur.

"Kamu dengerin aku nggak, sih?! Aku lagi ngomong sama kamu!" bentak Anna ketika Damar malah sibuk mengambil gelas, menuangkan bubuk cokelat di sana dan menambahkan air panas.

"Kita dengerin kamu, kok, Ann." Suara Lyra itu kontan membuat Anna memutar tubuh.

Anna terbelalak kaget melihat kakaknya, Dera, Lyra, dan yang lain, semuanya, ada di sana. Anna tak melihat mereka tadi. Ia terlalu marah karena ....

"Kamu nggak kedinginan?" Damar bertanya santai di sebelahnya. "Ini, aku buatin cokelat hangat."

Anna menunduk menatap dua gelas yang sudah ada di tangan Damar. Ingin rasanya Anna menyiram laki-laki itu dengan isinya. Apa dia sedang mempermainkan Anna?

"Dan aku tadi bilang, aku juga suka sama kamu. Buruan keluar dari sini sebelum mereka heboh ngegodain kita." Damar tersenyum padanya.

Anna bisa merasakan wajahnya panas. Ia menunduk dalam ketika mendengar sorakan dari orang-orang itu. Lyra dan Arman yang paling keras menyorakinya. Ugh, kakak adik yang sama-sama menyebalkan. Berikutnya, Ryan ikut bergabung. Bahkan, Anna mendengar Dera berseru,

"Kak Dera setuju, Ann, kalau kamu jadian sama Damar."

"Tapi kalian jangan pacaran aja dan fokus sama sekolah juga," pesan Prita. Bahkan di saat seperti ini, sempat-sempatnya kakaknya Damar berpesan seperti itu.

Begitu mereka kembali ke teras, Damar menyodorkan segelas cokelat hangat padanya.

"Dengan kamu yang selalu buat masalah kayak gini, gimana bisa aku ngejauh dari kamu?" Didengarnya Damar berkata.

Anna merengut. "Trus, kenapa juga kamu suka sama pembuat masalah kayak aku?"

"Karena itu kamu," ucap Damar. "Dulu kamu pernah tanya, kalau kamu bukan adiknya Kak Dhika, apa aku bakal tetep jagain kamu, kan?"

Anna menatap Damar. "Waktu itu kamu bilang ..."

"Aku ganti jawabanku," Damar menyela. "Dan jawabanku yang sebenernya, ya. Aku bakal tetep jagain kamu, bahkan tanpa sepengetahuanmu." Damar tersenyum padanya. "Kamu pasti nggak tau kan, sejak awal aku tau kamu nge-fans sama Kak Dera. Itu berarti, sejak awal, aku udah merhatiin kamu. Bahkan meski aku nggak pengen, tapi aku tau hampir semua masalah yang kamu perbuat.

"Kamu tau, Leni, kan? Dia juga sama suka buat masalah kayak kamu, tapi aku nggak tau banyak tentang dia. Nggak tau masalah apa aja yang dia lakuin. Karena aku nggak merhatiin dia sama kayak aku merhatiin kamu. Nggak peduli gimanapun aku mencoba buat nggak merhatiin kamu, kamu tetep muncul di depanku."

Damar kemudian mendengus geli.

"Aku bahkan hafal plat mobil yang biasa jemput kamu," ungkapnya. "Aku baru sadar itu sekarang."

Anna mengerjap tak percaya. Damar ... benar-benar memperhatikannya. Dia benar-benar ... menyukainya.

Anna menggigit bibir untuk menahan senyum, tapi gagal.

"Karena itu, mulai sekarang, aku bakal bantuin kamu ngewujudin impianmu," Damar berkata mantap.

Anna menoleh kaget. "Impianku?"

Damar mengangguk. "Apa impianmu?"

Anna tersenyum. "Aku pengen ngelanjutin impiannya Kak Tasya."

Damar tampak terkejut. "Kamu ... serius tentang itu?"

Anna mengangguk mantap. "Serius, lah. Liat aja ntar, aku bakal nunjukin ke kamu kalau aku bisa jadi novelis yang keren."

"Katamu, kamu nggak bisa ngarang," Damar mengingatkannya.

"Ck, aku belum mulai belajar ke Kak Dera," gusar Anna. "Kamu tuh, katanya mau bantuin ngewujudin impianku, tapi yang ada malah bikin aku down sebelum mulai."

Damar tertawa. "Maaf, maaf. Aku cuma terlalu seneng aja."

"Karena perasaanmu berbalas?" sebut Anna.

Damar tergelak. "Kamu kan, yang tadi confess lebih dulu?"

Anna mendesis kesal. "Iya. Aku yang confess lebih dulu. Aku yang suka kamu lebih dulu. Aku yang lebih banyak suka sama kamu," sengitnya.

"Oke." Hanya begitu Damar menanggapinya.

Anna mendengus tak percaya. Meski begitu, ia juga tak bisa membantah. Karena itulah kenyataannya.

*** 

Note:

Dear Beloved Readers,

Makasih banget buat dukungan kalian buat cerita ini. Makasih juga udah download ebook-nya dan pesen novelnya. :)

Buat yang udah nggak sabar buat baca cerita ini sampai end, bisa download full version ebook-nya di google play book (link di profil author). Di full version nanti ada ekstra 10 bab termasuk epilog kelima couple dari Just Be You, Marry Me or Be My Wife dan Miss Trouble.

Dan ada cerita baru Author di google play book, judulnya Stalking Mr Boss (5.000). Semoga kalian juga suka.. :)

Sekali lagi, terima kasih banyak atas cinta dan dukungan kalian. :)

Love,

Ally Jane

Continue Reading

You'll Also Like

753K 51.2K 14
Revano pernah dicium tanpa sengaja oleh seorang wanita yang sedang mabuk. Waktu berlalu, tapi dia tidak akan pernah lupa dengan sosok wanita misteriu...
3.8M 188K 38
Sudah berapa persen keyakinanmu untuk menikah muda? Yakin sudah siap hidup bareng dengan orang yang belum lama kamu kenal? Yakin sudah siap menjadi i...
152K 12.1K 16
Hanya karena kesal dengan mantan gebetan yang tukang ghosting, Sonia dan Bisma pura-pura menjadi sepasang kekasih. Mudah bagi mereka untuk berpura-pu...
93.9K 1.6K 4
[COMPLETE] Gita sadar jika dirinya jauh dari kata sempurna. Tidak seperti kehidupan di negeri dongeng yang penuh kebahagiaan ditemani pelayan setia d...