Our Love Story [END]

De lovesooji

48.4K 6.1K 654

Berkisah tentang perjalanan kisah cinta Bae Suzy dan Kim Myungsoo yang penuh dengan lika liku. Permasalahan d... Mai multe

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 20
Part 21 (END)

Part 19

1.9K 262 17
De lovesooji

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

Part 19

Suzy menatap keluar jendela café dengan tatapan tak menentu, ia melihat orang-orang yang berjalan hilir mudik di jalanan depan café. Matanya bergerak liar dengan gerakan pelan, kadang melihat ke kiri dan kadang melihat ke kanan.

"Suzy"

Panggilan itu mengalihkan perhatiannya dari jalanan, ia memalingkan wajahnya dan melihat ke arah depannya. Tempat yang awalnya kosong kini telah terisi oleh seorang wanita yang sekarang sedang melihat ke arahnya.

"Eonni, kau sudah datang", katanya basa-basi. Wanita yang ia panggil eonni ―Seo Yoon Ji, hanya tersenyum sembari mengangguk.

"Kau lama menunggu?", Suzy menggeleng, sedikit berbohong. Ia memang sudah lama menunggu, tapi itu bukanlah masalah untuknya.

"Aku akan memesan terlebih dulu, eonni mau apa?" Suzy menengakkan punggungnya, ia bersiap-siap untuk memesan makanan manis dan minuman. Setelah Yoon Ji menyebutkan apa yang ingin ia pesan, Suzy berdiri dan menuju ke meja tempat pemesanan.

Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya pesanan mereka datang. Kedua orang itu yang awalnya merasa canggung kini mulai mencair, mereka mulai memakan pesanan mereka dan berbincang dengan santai.

"Hari ini adalah sidang putusannya kan?", Yoon Ji bertanya dan Suzy menjawab dengan anggukan kepala, ia mengerti apa maksud Yoon Ji, wanita itu sedang membahas tentang Myungsoo. Suzy tidak terlalu nyaman tentang topik pembicaraan ini, tapi ia mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja.

"Kau tidak pergi ke persidangan?", Suzy menggeleng, "Sidangnya tertutup", balasnya. Sebenarnya ia memang sengaja tidak pergi, bukan tidak mau tapi tidak cukup berani. Membayangkan Myungsoo duduk di kursi tersangka saja sudah membuatnya ingin menangis. Ia tidak tega. Benar-benar tidak tega.

Setelah beberapa detik sempat kompak berdiam diri, akhirnya Suzy kembali memanggil Yoon Ji, "Eonni", panggilnya.

"Hm?"

"Aku minta maaf"

"Untuk?"

"Semuanya. Aku benar-benar minta maaf", suara Suzy bergetar. Ia sungguh-sungguh minta maaf, untuk semua hal yang tidak bisa ia jabarkan satu persatu.

Yoon Ji mengangguk dengan senyuman kecil menghiasi wajahnya yang masih terlihat cantik walaupun sudah memiliki seorang anak, hanya itu saja yang ia keluarkan sebagai balasan untuk Suzy. Ia tahu bahwa jika ia mengeluarkan kata-kata maka Suzy akan menangis, wanita itu sudah hampir bergetar dengan mata yang memerah menahan tangis.

"Kalian sudah sangat baik padaku, tapi aku tidak bisa membalas kalian sama baiknya. Aku malah memberikan rasa kecewa", Suzy menuduk, menatap jari jemarinya yang saling beradu di atas paha.

"Aku tidak tahu harus berkata apa", Yoon Ji memajukan tubuhnya dan berujar pelan, "tapi kau tau Suzy? Tak peduli sebesar apapun luka yang kau dapatkan, waktu akan menyembuhkanmu. Aku yakin, bukan hanya kami yang terluka, kau juga. Jadi, mari kita memulainya dari awal lagi. Jika In-guk masih hidup, dia juga akan melakukan hal yang sama. Kau tau dia kan? Dia san―"

"Aku tau", potong Suzy dengan kepala yang sudah terangkat, ia tidak ingin Yoon Ji mengungkit masalah In-guk, bukan karena dia tidak suka. Tapi, karena ia tahu bahwa membicarakan pria itu hanya akan membuat Yoon Ji semakin sedih.

"Terima kasih", ucap Suzy lagi dengan sebuah senyum tulus. Mata wanita itu yang awalnya memerah kini sudah membaik, ia sudah tidak ingin menangis lagi.

"Kunjungilah ibu jika kau bisa, dia ingin melihatmu," Suzy mengangguk pelan dan Yoon Ji tersenyum. Tampaknya mereka berdua sudah berdamai, Suzy dengan rasa bersalahnya dan Yoon Ji dengan rasa marahnya.

***

Saat itu masih pukul lima ketika Suzy sampai di depan rumah ayahnya, ia yang baru saja turun dari taksi melihat aneh ke salah satu mobil yang terparkir di depan pagar tinggi rumah megah yang di bangun oleh sang ayah.

Kerutan di kening Suzy tidak bertahan lama, karena beberapa detik kemudian ia melhat seorang pria keluar dari mobil yang terparkir dengan sembarangan tersebut. Pria itu adalah Howon, Lee Howon. Sahabat Myungsoo itu menghampirinya dengan langkah pelan, pria itu terlihat kusut. Dengan kantong mata yang tidak bisa ditutupi serta tubuh yang semakin kurus.

"Suzy", pria itu memanggil dan Suzy tersenyum kecut. Melihat Howon membuat ia kembali teringat akan satu hal, hari ini adalah sidang putusan kasus yang membilit Myungsoo. Apakah ada berita buruk sehingga Howon terlihat begitu kusut?

"Ada apa oppa?", tanya Suzy dengan suara yang hampir tercekat, ia tidak bisa berhenti untuk merasa khawatir.

"Ayo bicara di dalam mobilku, ada yang ingin ku bicarakan"

Suzy mengangguk. Ketika Howon berbalik menuju mobilnya lagi, Suzy mengekor di belakang. Ia berharap semoga tidak ada berita buruk.

"Ada apa oppa?", pertanyaan itu kembali terlontar dua kali dari bibirnya yang tiba-tiba kering, mereka berdua sedang duduk di dalam mobil, hanya berdiam diri untuk sesaat, "Apakah hakim memberikan sanksi yang berat?"

Howon menggeleng dan itu sedikit membuat Suzy lega, "Myungsoo hanya dijatuhkan hukuman pidana kurungan paling lama satu tahun. Lebih sedikit dari pada yang dituntut oleh jaksa penuntut"

"Benarkah?" Suzy merasa lega. Ia pikir Myungsoo paling tidak akan di hukum lima tahun penjara, lima tahun adalah hukuman maksimal untuk tindak pidana pembunuhan yang tidak di sengaja. Tindak pidana yang di lakukan dengan tidak sengaja merupakan bentuk kejahatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku, dan hukumannya tidak akan lebih banyak dari lima tahun, itu yang Jong Suk katakan padanya saat ia bertanya dengan air muka yang ketakutan. Suzy pikir Jong Suk hanya berbohong demi membuatnya menjadi lebih tenang.

"Ya", jawab Howon meyakinkan, jujur saja, walaupun itu adalah hukuman paling kecil yang bisa Myungsoo terima. Ia tetap tidak suka dengan putusan tersebut, satu tahun tetaplah sangat lama menurutnya.

"Dan ini", mengesampingkan rasa tidak sukanya, Howon mengeluarkan sebuah amplop, ia harus menyelesaikan amanah yang diberikan padanya. Setelah selesai, ia ingin pulang. Berendam dengan air hangat kemudian pergi tidur. Rasanya, otot-otot di tubuhnya sudah menegang semua.

Suzy mengernyitkan kening melihat apa yang Howon berikan padanya, "Myungsoo memberikannya padaku, ia meminta aku memberikannya padamu" jawab pria itu mencoba untuk menjelaskan pada Suzy tentang amplop yang ia beri.

"Sebuah surat?", Suzy yang mengintip isi amplop tersebut berujar tanpa sadar, Myungsoo memberinya surat.

"Hm, untukmu. Dan tenang saja, aku tidak sempat membacanya tadi walaupun aku ingin", Howon mencoba untuk tertawa dan Suzy memicingkan matanya mendengar gelak aneh yang pria itu keluarkan.

"Sepertinya ini adalah pertemuan terakhir kita", Suzy yang sedang menunduk guna memasukkan amplop berisi surat pemberian Myungsoo ke dalam tas tangannya tetap tak bergeming mendengar ucapan perpisahan yang pria itu ucapkan.

"Myungsoo mengatakan padaku bahwa aku tidak perlu menemuimu lagi setelah ini. Entah apa yang pria itu pikirkan sehingga ia berkata seperti itu", Suzy tertawa kecil. "Mungkin dia benar. Mungkin kita memang tidak akan bertemu lagi", ia menatap lekat Howon dengan senyuman yang mengembang. Howon tahu bahwa senyuman itu di paksakan. Palsu!

"Apa hanya ini?", kata wanita itu lagi menghalau diam dari mereka berdua karena Howon yang tiba-tiba kehilangan kata-kata.

"Ya, hanya itu", balas Howon lagi. Ia sebenarnya ingin menanyakan apakan wanita itu baik-baik saja, yang ia tahu terakhir kali wanita yang sudah menjadi kekasih Myungsoo bertahun-tahun tersebut sempat ingin mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Tapi melihat bagaimana perban itu belum sepenuhnya di lepas dan bagaimana wanita itu memaksakan senyum membuat Howon berfikir bahwa, dia tidak baik-baik saja.

"Kalau begitu aku masuk dulu oppa. Selamat tinggal, jaga kesehatanmu dan tetaplah mendukung Myungsoo apapun yang terjadi", entah kenapa mata Howon seketika menjadi perih. Ada apa ini sebenarnya, kenapa ia merasa bahwa Suzy dan Myungsoo terlihat aneh ―ia merasa aneh dengan keduanya hari ini, walaupun mereka bertemu di waktu dan tempat yang berbeda. Mereka seperti akan berpisah. Berpisah tanpa banyak cerita.

"Suzy"

Pangilan itu membuat gerakan tangan Suzy pada pintu mobil terhenti, ia memalingkan wajah dan menyahut, "ya?"

"Apakah kau tidak bisa membaca surat itu disini saja? Aku ingin membacanya bersamamu. Aku penasaran dengan isinya", Suzy hanya diam dan menatap lekat Howon yang terlihat canggung karena ucapannya sendiri.

"Sebelumnya dia tidak pernah membalas surat yang kau kirimi padanya, tapi kali ini dia membalas. Aku cukup penasaran. Hanya penasaran", jelasnya. Suzy tersenyum lalu menggeleng, "maaf, aku akan membacanya nanti. Di rumah. Sendirian".

Howon menelan salivanya, suara Suzy terdengar dingin. "Baiklah kalau begitu", jawabnya membuat keputusan.

"Kalau begitu aku pergi"

Suzy pergi dan Howon menghela napas. Ia terus menatap wanita yang berjalan dengan langkah pelan tersebut, setelah wanita itu hilang dari pandangannya barulah ia menyalakan mesin mobil dan pergi dari sana.

***

Suzy memasuki kamarnya dengan gerakan pelan, kakinya lemah dan dadanya bergemuruh. Ia tahu bahwa sekarang saatnya untuk berpisah. Berpisah dari sumber kebahagian sekaligus sumber kesakitannya. Kim Myungsoo.

Tubuh Suzy melorot ke bawah tanpa suara. Ia menyandarkan punggungnya pada muka pintu dan terduduk dengan memeluk lutut. Ia menangis dan menahan isakannya sendiri. Ia tidak bodoh. Ia tahu apa yang ayahnya pikirkan. Pria tua itu tidak akan membiarkannya terpuruk bersama Kim Myungsoo. Ia tahu bahwa pria yang sangat ia hormati tersebut akan melakukan sesuatu.

Tanpa membaca surat Myungsoo pun ia sudah tahu bahwa prianya sekali lagi melepaskan dirinya, tapi kali ini, Suzy pikir ia akan dilepaskan sepenuhnya.

Dia bukan sedang berfikiran negatif dan berkelana dalam alam pikirnya yang sedang berprasangka buruk. Ji Chang Wook ―pria yang telah menyelamatkannya dari kematian, mengatakan padanya bahwa ayahnya ―Bae Min Jung, menemui Myungsoo sebelum ia pulih. Pria bermarga Ji tersebut mengatakan apa yang ayahnya minta pada kekasihnya yang baru saja menerima putusan dari hakim.

"Aku mengatakan ini supaya nona bisa lebih tegar menghadapinya, aku tidak ingin nona mengambil jalan pintas seperti yang sebelumnya. Cobalah untuk menerima dengan lebih tegar kali ini"

Itulah kalimat yang pria itu katakan padanya di rumah sakit ketika ia bertanya kenapa anak buah tuan Bae tersebut memilih untuk mengadu padanya dari pada menjadi anak buah yang setia.

Suzy bangkit, menyeka air matanya dan berjalan terhunyung menuju ranjang. Ia mengambil surat dari Myungsoo dari dalam tas lalu melempar tas tangannya tersebut ke arah ranjang. Wanita itu memilih duduk di kaki ranjang dan bersandar pada tepian bagian depan.

Ia meletakkan amplop yang membungkus surat ke arah kanan tubuhnya. Dengan perlahan ia membuka lipatan kertas putih tersebut dan mulai membaca apa yang telah pria itu tulis di sana.

Untuk Suzy,

Ini adalah pertama kalinya aku menulis surat untukmu. Aku tidak tau harus memulai dari mana, aku bahkan tidak tahu harus menggunakan kata apa untuk pembukaan surat.

Suzy, sayangku. Seperti yang kau tahu, bahwa aku tidak akan di bebaskan sebelum masa hukumanku berakhir dan itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu aku ingin kau memulai hidup baru tanpa diriku di sampingmu. Seharusnya aku melakukan hal ini sejak dulu, saat kau memilih untuk menggenggam tangannya di altar. Saat aku gagal untuk mempertahankanmu. Tapi aku terlalu egois, maafkan aku.

Maaf juga karena tidak pernah membalas surat yang sudah susah payah kau tulis. Tapi Suzy, kau tidak perlu menulis surat untukku lagi, kau tidak perlu mengunjunggiku lagi. Aku tidak akan membuka suratmu dan menerima kunjunganmu. Aku benar-benar ingin kau memulai dari awal lagi, kau berhak bahagia. Kau harus bahagia.

Jangan pernah berfikir sedetikpun kalau aku tidak mencintaimu lagi, aku mencintaimu dan akan selamanya begitu. Tapi, aku pikir ini adalah jalan terbaik yang kita punya. Memulai semuanya dari awal lagi.

Aku tidak akan mengubah pendirianku, kau tau itu.

Selamat tinggal, sayangku.

Kim Myungsoo.

Tangis Suzy pecah.

Bahunya bergetar hebat dan kepalanya tertunduk dalam. Surat yang ia baca tadi kini berpindah tempat, bergeser jauh dari sang pembaca yang menggengamnya erat tadi. Sangking hebatnya bahu wanita itu bergetar, surat itu terlepas dari tangannnya.

Suzy menyentuh dada kirinya, mengenggam baju yang menyelimuti tubuhnya dan kembali menagis pilu. Sungguh, rasa sakit yang ia rasakan saat ini hampir sama dengan rasa sakit yang ia rasakan ketika ia menggores pergelangan tangannya sendiri.

Perih, sangat perih.

***

Seminggu berlalu dan Suzy benar-benar mencoba memulai semuanya dari awal. Wanita itu bahkan sudah kembali ke perusahaan ayahnya, kembali bekerja dan melakukan rutinitas yang dulu pernah ia lakukan. Kecuali satu hal, bertemu Kim Myungsoo dan memadu kasih.

"Ayah! Maaf membuatmu lama menunggu", Suzy berlari kecil menghampiri ayahnya yang sedang menunggunya di lobi kanor. Setelah sampai, ia langsung mengaitkan lengannya pada lengan pria tua tersebut.

"Kenapa lama sekali? Ayah sudah lapar", Suzy tertawa kecil melihat wajah merenggut ayahnya. Ayah dan anak tersebut tidak peduli dengan tatapan para karyawan yang memandang iri pada mereka berdua.

"Kita akan makan malam dimana? Jangan bilang kita akan makan steak lagi. Aku bosan", ujar Suzy merajuk. Ia mengiring ayahnya menuju depan kantor, menunggu mobil jemputan mereka sampai.

"Tentu tidak, kau mau makan apa? malam ini kau bebas memilih", Suzy memekik senang. Saat ia ingin menjawab, mobil jemputan mereka telah sampai dan berhenti tepat di depan keduanya, "Wah, mobilnya sudah datang. Ayo masuk", ajak Suzy.

Chang Wook malam ini menjadi supir keduanya karena supir yang sebelumnya sudah berhenti beberapa hari yang lalu karena masalah kesehatan, pria tegap itu hanya menjadi cadangan sampai tuan Bae kembali mendapatkan supir yang baru.

Suzy tersenyum tulus ke arah Chang Wook ketika pria itu membuka pintu mobil untuknya, pria itu juga membalas senyuman Suzy dengan senyuman manis yang jarang pria itu keluarkan untuk siapapun.

"Ayo ikut kami makan malam nanti, jangan hanya menunggu di dalam mobil dengan perut kosong", ujar Suzy, ia memegang pintu dan menunda untuk masuk. Chang Wook yang berdiri di depannya dengan dibatasi oleh pintu mobil menggeleng, dengan isyarat bibir pria itu mencoba untuk menyampaikan kata, 'tidak perlu', kepada Suzy.

"Benar Wook-ah, ayo ikut kami makan malam", tuan Bae yang sudah masuk terlebih dahulu, sedikit memiringkan tubuhnya guna berbicara pada Chang wook yang berdiri di samping mobil.

"Tidak ada penolakan, ayo jalan", Suzy langsung masuk ke dalam mobil dan menutup pintu membuat Chang Wook yang ingin membantah mengurungkan niatnya. Ia memutari mobil, membuka pintu kemudi lalu memasuki mobil.

Tuan Bae tersenyum melihat Chang Wook, pria tua itu lalu mengalihkan pandangannya kepada Suzy, "jadi? Kau mau makan apa?"

Mobil mereka sudah melunjur ke jalanan, Chang Wook tidak berani membuka suara guna menolak ajakan anak dan ayah tersebut. Suzy tersenyum tipis kemudian berkata, "aku suka sushi, jadi malam ini aku mau makan sushi", pintanya dengan semangat.

"Sushi?", Suzy mengangguk,

"Ayah tidak pernah tau kau suka sushi, ayah pikir kau membencinya", alis tuan Bae terangkat, ia tidak pernah tau bahwa anaknya itu menyukai makanan tersebut. Selama ini Suzy tidak pernah memakannya dan selalu menolak.

"Aku suka, siapa bilang aku tidak suka", balas Suzy dengan bibir yang mengerucut, "benarkah? Kalau begitu kita makan sushi saja malam ini. Bagaimana menurutmu Wook-ah?"

Chang Wook yang fokus mengemudi mengangguk sambil berkata, "pilihan yang bagus", ujarnya. Jadi mereka bertiga memutuskan untuk makan sushi malam ini.

Suzy melihat ke arah luar jendela, ia tersenyum tipis melihat langit Seoul yang ditaburi bintang. Wanita itu menyandarkan kepalanya pada kaca jendela lalu memejamkan mata. Ketika matanya terpejam erat kilas balik akan masa lalunya datang menghampiri.

"Aku tidak suka sushi, sayang", Myungsoo merengek tak suka dan Suzy membalasnya dengan rengekan manja, "tapi aku suka sushi oppa, ayo kita makan sushi. hum...hum..."

"Tapi sayang, aku tidak makan sushi. Aku membencinya"

"Kenapa?"

"Karena itu mentah. Tidak di masak. Aku benci"

"Benarkah? Kalau begitu aku akan membencinya juga", Myungsoo mengeryitkan kening lalu memandang Suzy heran, "kenapa begitu?"

"Kalau oppa membencinya aku juga akan membencinya. Oppa tidak makan sushi, jadi aku juga tidak akan makan sushi. Dengan begitu, apakah oppa akan menikahiku? Bukankah aku penurut?", Myungsoo tertawa keras, lalu memeluk tubuh Suzy erat. "Kekasihku adalah yang terbaik. Aku mencintaimu Bae Suzy"

"Aku juga, Kim Myungsoo"

Suzy meringgis dalam posisinya, momen demi momen yang pernah ia lalui bersama Myungsoo kadang menghampirinya dan itu membuat ia meringgis perih. Suzy memilih membuka mata, mengangkat kepalanya dari sandaran lalu menegakkan punggung. Ia melihat ke arah Chang Wook kemudian ia melihat ke arah ayahnya.

"Apakah tempatnya masih jauh ayah?", tanyanya. Ia mendekati tubuh ayahnya lalu menyandarkan kepalanya di bahu pria tua itu. "Kenapa? Kau sudah sangat lapar?", Suzy mengangguk. Ia tidak lapar, ia hanya tidak suka suasana sepi di dalam mobil. Karena sepi hanya akan membuatnya memikirkan banyak hal. Masa lalu serta Kim Myungsoo.

"Apakah masih jauh Wook?"

"Tidak tuan. Sebentar lagi kita sampai"

"Kau dengar? Sebentar lagi"

"Sesampainya di sana nanti aku akan makan dua porsi, ayah harus membayarnya karena restoran pilihan ayah sangat jauh", Suzy merajuk. Rajukannya itu malah menjadi bahan ejekan tuan Bae, karena setelah mengatakan itu tuan Bae langsung berujar, "aigoo, kau rakus sekali anakku. Nanti kau akan gemuk dan tidak akan ada pria yang menyukaimu", candanya.

Suzy merenggut tak suka,"biarkan saja aku gendut. Walaupun aku jadi gendut Wook oppa akan tetap menyukaiku, bukan begitu oppa?", tanya Suzy pada Chang Wook dengan suara manja.

Karena godaan yang dikeluarkan oleh Suzy, Chang Wook tersedak dan tuan Bae tertawa keras. Sambil terus tertawa bersama ayahnya ketika melihat wajah memerah Chang Wook yang tidak pernah mereka lihat, Suzy memalingkan wajahnya, kembali melihat ke luar jendela mobil. Dalam hati ia membatin, 'Oppa, apakah kisah kita hanya akan berakhir seperti ini?'



To be continued...

Continuă lectura

O să-ți placă și

117K 10.2K 43
Menceritakan tentang Madam Ruby Jane dan ketiga temannya yang berprofesi sebagai Peramal Jalanan. GiP 🔞 🏅 #1 KANGSEULGI 🏅 #1 WENJOY 🏅 #1 SEULRENE...
91.4K 9K 25
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
502K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
11.4K 843 32
Aku adalah istri dari seorang lelaki bernama Byun Baekhyun, tapi aku nyaman bersama lelaki yang bernama Park Chanyeol. Aku tidak selingkuh, aku hanya...