He is My Husband (Completed)

Von edeniacullens

1.2M 36.9K 951

18+ NO PLAGIAT, PLEASE !!!! Kisah Helena dan Nathan yang bertemu kembali setelah Nathan meninggalkan Helena... Mehr

1. Bad Purpose Ever
3. About Nathan
4. Better Propose
5. Upset
6. Help me, Nathan
7. Poor Helena
8. After married with you
9. London
10. Just the way you are
11. First day, Worst day
12. Hungry?
13. Tears
14. Best Surprise
15. Forgive me
16. Truth
17. Damn Max!!!
18. Pain
19. Bangkit
20. Different
21. Wanita Ular
22. Lelaki brengsek
23. Fact
24. Find you
25. Damn, Max!! 2
26. End
Add part
Extra
Spoiler

2. Shock to meet him, again.

64.7K 2.3K 19
Von edeniacullens

"Kau terlihat cantik dengan gaun itu, sayang. Untuk apalagi kau berlama-lama di depan cermin?"

Helena mendengus kesal mendengar ucapan ibunya itu. Tentu saja bukan karena gaunnya, tapi pikirannya saat ini dipenuhi dengan bagaimana tampang wajah calonnya itu.
Untuk apa ia berdandan secantik ini?
Helena melihat gaun biru pendeknya, turun ke highheels berwarna putih bertalinya.
Rambut coklat nya ia biarkan tergerai dengan sedikit gelombang dan wajah yang di make up tipis.

Walau dirinya memang terbiasa dengan dandanan seperti ini, tapi apa harus begini jika hanya akan makan siang bersama?
Rasanya, ia ingin berdandan sejelek mungkin agar rencana pernikahan ini tidak berlanjut.

"Jangan berani untuk menghancurkan semuanya, Helen.."

Helena tersentak kaget dan mengalihkan pandangan dari cermin kepada ibunya yang terlihat merapikan beberapa kotak make up nya.

"Da-dari mana.. Maksudku, eehh.." Helena tergagap, jika ia bertanya maka itu artinya ia mengakui dirinya jika ia berpikir untuk membatalkannya. Maka Helena hanya memutar-mutar jarinya memikirkan apa kata yang tepat.

"Sudahlah. Ibu bahkan bisa melihatnya dari senyuman devilmu tadi saat kau bercermin. Tak perlu mengelak. Dan ibu ingatkan, jangan memalukan orangtuamu, Helen." Potong Patricia.

Helena meringis dan melirik dirinya kembali melalui cermin. "Baiklah bu.."

"Be a good girl dan jangan mengacau.."
Patricia menepuk pipi Helena dengan sayang sebelum meninggalkan kamar Helena.

Helena tersenyum pahit dan menghembuskan napas nya sekasar mungkin. Ia beralih ke lemari untuk menyiapkan tas yang akan ia pakai dan mulai merapihkan barang apa yang akan ia bawa kedalam tas biru tua itu.

Helena keluar dari mobil diikuti oleh ibu dan ayahnya yang memarkir mobil didepan sebuah restoran kelas atas. Helena tidak terlalu mengaguminya karena ia tahu tujuannya kesini untuk apa. Lain hal jika ia ke restoran mewah dan cantik ini untuk berkencan, maka dengan senang hati Helena akan menjabarkan bentuk restoran ini sampai kesudut ruangan sekalipun.

Gordon dan Patricia mendahului Helena, karena putri mereka tentu tidak mengetahui bagaimana rupa teman bisnisnya itu.

"Selamat siang, Tuan Martin."

Helena mengangkat kepalanya saat mendengar ayahnya menyebut nama itu, Helena melihat pria paruh umur duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja dan beberapa pria bersetelan hitam dibelakangnya.

Martin tersenyum dan membalas jabatan tangan Gordon, mereka duduk diikuti Helena yang duduk di samping ibunya.

"Jadi, ini calon menantuku?" Ucap Martin setelah memastikan keluarga dihadapannya duduk yang sontak membuat Helena terkejut.

Gordon pun mengiyakan dan melanjutkan obrolan bisnis dengan Martin yang sialnya ibunya ikut dalam bahan obrolan tidak penting itu membuat Helena hanya duduk kaku dengan sesekali memperhatikan seluruh ruangan.

"Maaf, boleh saya ke toilet sebentar?" Suara Helena membuat 3 orang dimeja itu menengok.

Martin pun tersenyum. "Tentu saja, ms.lambert. Saya akan minta salah satu bodyguard untuk menema-..."

"Eh.. Tidak. Sama sekali tidak perlu. Saya hanya sebentar. Lagipula tidak terlalu jauh dari sini. Itu terlalu berlebihan." Potong Helena dengan tidak enak. Ia tidak biasa dijaga ketat, apalagi ke toilet.. Hell !!!

"Baiklah.."

Helena pun bangkit menuju toilet yang terletak di bagian belakang sudut restaurant sambil menenteng tas nya.

Helena menghembuskan nafasnya kasar sambil menatap kaca besar dihadapannya.

"Oh God.. Kuatkan aku.. "

Pikiran Helena terputus saat mendengar deringan ponselnya bergema didalam tas.
Helena merogoh isi tasnya dan melihat nama panggilan dilayar ponselnya, seketika membuat mata Helena melotot dan raut wajahnya berubah menjadi cerah.

"HARRYYYYY !!!!"

"WOWWW!! Jangan berteriak seperti itu nona. Kau bisa menulikanku nanti... "

Helena meringis. "Uppss!! Maaf, aku hanya senang karena kau menelponku setelah hampir satu tahun kau tidak menghubungiku lagi."

"Tak apa. Lagipula aku suka teriakanmu yang menyambutku. Terlihat jelas kau merindukanku. "

"Aku memang merindukanmu, bodoh."

Terdengar kekehan di sebrang telpon itu yang tak urung membuat seulas senyum di bibir Helena merekah.

"Maaf Sayang.. Tapi aku suka teriakan sambutanmu.."

"Kau menjijikan Harry.. Well, apa yang membuatmu menelponku?"

"Entah.. Aku hanya terpikir saja untuk menelponmu . Disini aku sangat bosan, untung saja kuliahku tinggal menyelesaikan skripsi.. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan kembali ke indonesia.."

"Benarkah??? Aku tak sabar menunggu kepulanganmu.. Ku harap kau cepat pulang agar aku bisa menagih janjimu yang akan membelikan ku apartment mewah jika kau sudah lulus kuliah sebagai hadiah ulangtahunku tahun lalu.. "

"Hmmm... "

"Jangan bilang kau melupakannya, Harry!" Ancam Helena..

"Hahahaha tenang, sayang. Aku hanya lupa,tapi berhubung kau mengingatkanku, aku akan menepatinya.."

Helena tersenyum penuh kemenangan setelah sesaat ia cemberut karena Harry, sahabat kecilnya berkata sempat melupakan janjinya itu. Harry memang menjanjikan sebuah apartment sebagai hadiah ulang tahun Helena karena ia tidak bisa datang ke pesta Helena. Helena yang kesal pun akhirnya bisa kembali tersenyum karena sogokan sebuah apartment walau Harry menjanjikannya setelah kuliah dan kembali ke indonesia.

"Baiklah.. Aku harus mengurus perusahaan Dad lagi. Kau tahu kan jika kuliah sambil bekerja adalah keseharian yang melelahkan juga membosankan?"

"Hahaha ku harap kau tidak akan kurus saat kembali kesini. Baiklah, sampai jumpa."

"Sampai jumpa. Aku merindukanmu.."

"Aku juga.."

Helena merapikan dandanan nya setelah mendengar ponselnya kembali berdering dan terburu-buru keluar saat mengetahui jika ibunya yang menelponnya.

Helena berjalan keluar toilet dan menuju meja yang dimana ada kedua orangtua nya dan calon mertuanya. Tunggu, untuk apa menelpon nya jika yang ditunggu alias anaknya si martin itu belum juga datang??

Baiklah, Helena tidak mau ambil pusing dan menggeser kursinya sedikit sebelum mendudukkan pantatnya.

"Sayang, kau darimana? Kenapa lama sekali??"

"Toilet, Mom.."

"Lalu, kenapa nomormu selalu sibuk saat Mom mencoba beberapa kali menghubungimu?"

Helena menjadi gugup, karena ucapan yang keluar dari mulut ibunya membuat ayahnya dan juga Martin menoleh dan menatapnya penuh tanda tanya.

"Ehh.. Itu, aku sedang menerima telpon seseorang. "

"Telpon siapa? Kenapa lama sekali?? Lihat, Mom menelpon mu dengan selisih beberapa menit dan selalu sibuk."

"Teman,Mom. Teman jauh yang baru menelponku.. Tak masalah, yang penting aku disini sekarang."

Terlihat raut wajah ketiga orang didepannya mengernyit tidak enak. Helena bingung, apa ada yang salah jika ia menelpon seseorang??

"Tadi anakku sudah datang, maka dari itu Nyonya Lambert menghubungimu, nona. " Ucap Martin mencairkan suasana.

Helena terhenyak.

"Ya, tapi sekarang ia baru saja keluar. Hanya sebentar, karena ia harus menelpon seseorang. " Gordon pun mencoba menjawab setenang mungkin.

Ada apa ini?? Batin Helena.

"Sayang.."

"Ya, Mom?" Helena bingung melihat ibunya memanggilnya dengan bisikan membuat ia menjawabnya dengan bisikan juga.

"Mom tidak tahu yang menghubungimu pria atau wanita. Hanya saja, jika itu pria spesial, lupakan saja. Jangan hubungi dia lagi, karena calon suamimu adalah orang yang overprotective. Dia adalah orang yang tidak suka jika miliknya diganggu oleh orang lain.. "

Helena mengangguk walau badannya berubah menjadi kaku. Ia tidak tahu, monster apa yang akan menikahinya. Bukan kah itu berlebihan? Entah kenapa, pikiran-pikiran buruk yang berputar dikepala Helena membuat wajahnya menjadi pasi. Helena merinding membayangkan jika ia hidup terkekang nantinya. Tapi, pikiran itu buyar seketika saat Helena mendengar suara yang begitu ia kenali... Bukan, sangat sangat ia kenali.. Walau sudah lama tak mendengarnya, Helena masih ingat bagaimana suara yang sempat mengisi hari-harinya dulu ..

"Maaf sudah menunggu lama. " Suara dingin dan tegas itu membuat Helena memejamkan matanya.

"Tak apa, son. Ayo duduk disini, makanan akan diantar sebentar lagi." Balas Martin.

Suara derikan kursi yang berada disamping kirinya menandakan pria pemilik suara itu akan duduk disebelah Helena. Helena masih saja memejamkan matanya dan memutuskan membuka matanya lalu menoleh perlahan.

"Na-Nathan..?" Suara kecil Helena membuat semua orang di meja itu terkejut dan menatap Helena. Begitu pula sang pria yang disebutkan namanya langsung menoleh saat ia baru saja mendaratkan bokongnya ke kursi.

"Helen??"

Helena tak kuasa menahan airmata nya, ia begitu merindukan pria yang selama ini ia tunggu kabarnya. Ya, Nathan adalah kekasih Helena yang menghilang setahun yang lalu tanpa kabar. Tapi, yang pasti Helena tahu jika perempuan biadab itu yang membuat Nathan pergi darinya tanpa ucapan perpisahan atau apapun..
Perasaan Helena menjadi teraduk antara emosi, kecewa dan sedih saat mendengar Nathan memanggilnya dengan nama singkatnya, nama yang dibuat oleh Nathan.

"Kau mengenal Nathan sayang?" Suara Mom membuat Helena tersadar akan kenangan indah dan juga pahit yang sedang ia kenang.

Lama saling berdiam, di meja itu tak ada satu pun yang berani berbicara saat pertanyaan ibu Helena tak ada yang menjawab. Martin dan Gordon pun bingung melihat kedua anak mereka yang hanya bersitatap lama tapi terlihat jika Helena menahan airmatanya.

"Sayang.." Tepukan Patricia mengagetkan Helena.

Braakkk...

Semua terkejut atas tindakan tiba-tiba yang dibuat Helena. Helena menggeser kursinya kasar dan pergi meninggalkan restaurant tanpa mempedulikan panggilan orangtua nya.

"Ada apa ini?" Tegas Martin tidak terima atas perlakuan Helena membuat Gordon mengucapkan maaf beberapa kali.

"Dad, aku yang akan menyelesaikannya." Ucap Nathan dingin sangat berbeda dengan tatapannya beberapa saat lalu yang ditunjukan pada Helena. Orangtua Helena pun mengernyit.

"Maaf Nathan. Tapi, apa kau mengenal putri kami?" Tanya Gordon.

"Dan juga, apa yang membuat ia seperti itu?" Tanya Patricia bingung.

Nathan menghembuskan napasnya kasar.
"Dia kekasihku.. Tepatnya, kekasih yang aku tinggalkan sejak lama."






To be continued.....

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

392K 6K 9
Silahkan folow dulu! Sebelum membaca. Biasakan menghargai karya orang. Dan hati-hati, setiap plagiat yang kamu lakukan. Akan ada sangksinya! Dan aku...
1.5M 5.9K 8
#1 IN ROMANCE [09/06/2020] [#1 WILSON SERIES] Klarisa Vanaya Wesley. Pernikahan mendadak dan terpaksa, membuat Klarisa terjebak dalam kehidupan Damia...
185K 5.1K 31
Aku akan tetap mencintaimu, tidak peduli engkau menyakiti seberapa banyak. Aku akan berjuang mempertahankan pernikahan dan cintaku. Bertahan sampai t...
803 94 5
[COMPLETED] [Soft and Short EXO BL fiction] Chanyeol selalu hanya memandang Baekhyun sebagai pujaan hati, dari ia yang merupakan bocah sepuluh tahun...