Our Love Story [END]

By lovesooji

48.4K 6.1K 654

Berkisah tentang perjalanan kisah cinta Bae Suzy dan Kim Myungsoo yang penuh dengan lika liku. Permasalahan d... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 (END)

Part 16

1.8K 259 27
By lovesooji

--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

Part 16

/Flashback On/

"Agrh!"

Myungsoo meringis untuk kedua kalinya, kali ini ia menahan sakit pada area perutnya karena tendangan kuat yang ia terima. In-guk telah berada di hadapannya dengan tangan yang terkepal kuat, Myungsoo sadar bahwa pria itu akan memberikan pukulan yang tak kalah kuat kali ini.

Myungsoo yang bersandar pada pembatas tepian gedung sudah siap untuk menerima semua perlakuan pria itu. In-guk mendekat dengan cepat, tinjunya mengarah pada Myungsoo. Saat semakin mendekat, Myungsoo menunduk dan memeluk pinggang In-guk, pria bermarga Seo itu langsung menegang karena kaget. Ia memutar tubuh, karena gerakan yang spontan menolak Myungsoo menjauh dari tubuhnya. Posisi terbalik dan pria itu menabrak pembatas tepian gedung.

Pegangan Myungsoo pada pinggang In-guk terlepas membuat pria itu ―In-guk, oleng, punggungnya yang berada di pembatas dinding serta pijakan kakinya yang tak seimbang membuat pria itu terjungkal ke belakang. Myungsoo terkejut, dalam keterkejutannya ia bergerak maju dan mengulurkan tangan, tapi gagal karena In-guk tak sempat menarik tangannya.

"AAAAAA!!!"

Dalam kesunyian siang hari di atap gedung, Myungsoo mendengar teriakan itu, bersama angin dan teriknya matahari.

/Flashback Off/

***

"Bagaimana Myungsoo?"

Suzy menyerumput kopinya perlahan, pahit, itulah yang ia rasakan. Ia tidak pernah menyukai kopi, tapi entah kenapa siang ini ia sengaja memesan secangkir kopi ketika ia datang bersama dengan Howon ke salah satu café yang dekat dengan kantor polisi.

"Dia tidak terlihat baik dan juga buruk" pria bermarga Lee itu juga mengikuti Suzy, menyerumput kopinya dengan perlahan sembari menjawab pertanyaan wanita itu.

"Aku bertemu pengacaranya, dia terlihat dapat di andalkan. Terima kasih sudah memintanya untuk membela Myungsoo"

"Kenapa kau harus berterima kasih? Itu memang hal yang harus ku lakukan" Howon meletakkan cangkirnya kembali ke tempat asal, "tapi Suzy, apa kau baik-baik saja"

Suzy menunduk, "tidak. Tentu tidak" wanita itu menggeleng kecil, "aku tau kau membenciku karena ini. Semua orang membenciku, aku seperti pembawa sial untuk semua orang"

Howon memalingkan wajahnya dan menghela napas. Benar, dia memang sempat membenci Suzy karena ini. Sahabatnya, sekaligus pria yang ia anggap sebagai adiknya sendiri sudah berada di ambang kehancuran hanya karena seorang wanita. Tapi, Howon sadar bahwa ia tak seharusnya menyalahkan Suzy sendiri, wanita itu juga merupakan orang yang paling menderita disini. Wanita itu juga tidak mengharapkan hal ini terjadi, ia yakin tidak.

"Aku tau bahwa ayah dan juga keluarga Seo kecewa padaku walaupun mereka tidak menunjukkannya secara langsung. Aku tau bahwa kau membenciku walaupun kau tidak mengatakan apapun. Aku juga tahu bahwa orang yang seharusnya mati disini adalah aku―"

"Suzy!"

Volume suara Howon yang meningkat menarik perhatian pengunjung lain, ia seketika sadar dan meminta maaf dengan menundukkan kepala. "Apa kau tau kenapa Myungsoo oppa tidak mau menemuiku?" tanya Suzy dengan pelan menggalihkan topik pembicaraan sebelumnya.

Hari ini adalah hari ketiga ia datang ke kantor polisi untuk mengunjungi Myungsoo, tapi petugas kepolisian mengatakan bahwa terdakwa tidak ingin menemui siapapun. Suzy kecewa, jelas saja. Ini sudah seminggu sejak kejadian itu, Suzy yang awalnya terpuruk dengan kematian In-guk mulai mengingat Myungsoo lagi.

"Aku tidak tahu pasti kenapa, tapi bisa saja karena ia merasa bersalah padamu" Suzy memejamkan mata dan menghela napas, "bagaimana dengan persiapan persidangan pertamanya?"

"Tidak banyak hal yang memberatkannya. Ada CCTV dan pernyataan saksi, bisa disimpulkan bahwa itu bukanlah pembunuhan berencana, itu murni kecelakaan" Suzy mengangguk, "menurutmu, berapa tahun ia akan di penjara" Suzy mengucapkan kalimat itu sembari meneguk salivanya pahit. Membayangkan Myungsoo terkurung di sana untuk waktu yang lama sungguh membuatnya merasa bersalah. Menurutnya, ini adalah salahnya.

"Mungkin tiga atau empat tahun" ujar Howon dingin, ia tidak tega melihat Myungsoo harus menjadi tersangka seperti ini.

"Oppa, bisakah kau membujuk Myungsoo oppa untuk menemuiku?" pinta Suzy dengan tatapan sendu, "dia mungkin membenciku, dia mungkin sangat marah padaku, tapi aku tetap ingin melihatnya. Ku mohon" Suzy meminta dan Howon tidak sampai hati untuk menolak, ia tidak yakin Myungsoo akan mengikuti sarannya. Pria itu terlihat membatu ketika ia terakhir kali berkunjung.

"Tapi Suzy, aku tidak―"

"Hanya dia yang aku punya sekarang" Suzy menangis dan itu membuat Howon menghentikan apa yang ingin ia ucapankan tadi, "semua orang membenciku, jika dia juga membenciku, aku tidak tau harus bersandar pada siapa. Ku mohon, bujuk dia, sekali saja"

Howon akhirnya mendesah tanda menyerah, "baiklah, akan ku coba" ucapnya mengakhiri pertemuan canggung mereka siang itu.

***

Gagal.

Satu kata yang selalu Suzy ucapkan beberapa minggu terakhir ini, 'maaf Suzy, Myungsoo tetap menolak untuk menemuimu. Dia bahkan menolak kunjunganku sekarang. Dia cukup stress dalam menghadapi persidangan pertamanya besok', Suzy ingat dengan jelas apa yang di katakan oleh Howon beberapa waktu yang lalu. Ia mencoba untuk menemui Myungsoo lagi hari ini setelah menunggu beberapa hari. Tapi, kesabaraannya hanya berbuah kegagalan. Sekali lagi, ia kecewa.

Suzy membuka pintu apartemennya tanpa semangat. Hari semakin malam dan langit telah menggelap, hal itulah yang membuat Suzy memutuskan untuk kembali walaupun enggan. Apartemen yang dulunya ia huni bersama In-guk terasa hampa, dan itu kadang membuat wajahnya berkerut karena sedih. Lagi, dia menyalahkan dirinya sendiri.

Tanpa menyalakan lampu ruang tamu, Suzy memasuki kamarnya. Wanita itu melempar tas tangannya ke arah ranjang dengan malas, kakinya melangkah lemah menuju sudut kamar dengan tangan yang menggenggam ponsel. Suzy mendesah, mendudukkan dirinya di sudut kamar tidak jauh dari lemari dan meringkuk di ceruknya.

Dalam suasana yang gelap, wanita itu membuka kunci ponsel dengan sentuhan tangan. Membuka kontak dan mencari nama, 'ayah' ia membatin ketika tanpa sengaja tangannya berhenti di kontak sang ayah.

Dengan gerak pelan Suzy menyentuh tanda telpon hijau yang berada di atas, wanita itu mencoba untuk menghubungi sang ayah. Bunyi tut terdengar panjang, Suzy menunggu tapi tak ada yang menjawab. Ia mencoba, lagi dan lagi.

Suara operator ponsel membuatnya tersadar bahwa berapa kalipun ia mencoba ayahnya tidak akan mengangkat telpon darinya. Ia tersenyum miris. Benar, ayahnya tidak akan menjawab.

Suzy menghela napas pelan dan menutup mata, menenangkan dirinya sendiri dan kembali mencoba, kali ini wanita itu mencoba untuk menelpon Yoon Ji, kakak iparnya. Dulu ―saat In-guk masih hidup, mereka sangat dekat layaknya kakak dan adik.

Bunyi tut itu kembali terdengar panjang, dan Suzy kembali menunggu. Satu kali, dua kali, tiga kali, hanya operator yang menjawab. Wanita itu tak menyerah, ia mencoba lagi dan lagi. Tapi hasilnya nihil, tidak ada yang mengangkat telponnya dan ia akhirnya menangis.

Beberapa saat kemudian, suara tangisnya berhenti. Ia kembali mengangkat ponselnya dan mencoba untuk kembali menelpon. Mulai dari ayahnya, Yoon Ji dan juga ibu mertuanya. Tapi hasilnya masih sama. Nihil.

Prang!

Ponsel itu tidak lagi menjadi satu kesatuan, lemparan Suzy mengenai dinding dan membuat benda persegi cangih tersebut terlepas dari cangkangnya. Suzy kembali menangis, dengan begitu pilu. "Sakit" wanita itu berujar dalam tangisnya, "tidak ada satupun orang yang peduli denganku" ia mulai meratap, "aku sendirian dan menyedihkan" ia memeluk lutut dan menangis dengan sangat kuat. Tidak akan ada yang mendengar, tidak akan ada yang datang dan tidak akan ada yang peduli. Ia sendirian dan menyedihkan.

"Ah!" Suzy merintih tak nyaman ketika ia mencoba untuk berdiri, akibat terlalu lama duduk, ia merasakan kebas pada kedua kakinya. Dengan oleng, wanita itu melangkah. Awalnya ia berjalan sembari tertatah di dinding, tapi kemudian ia bisa berjalan dengan seimbang lagi. Langkah kecil nan ragu miliknya menuju meja nakas, membuka laci kecil dan mengambil sesuatu. Sebuah pisau cutter.

"Yeobo, kau tidak akan membuatku sendirian seperti ini kan? Kau berbeda, tidak sama seperti mereka semua" Suzy mendorong cutternya perlahan membuat benda tajam itu tampak berkilauan di tengah kamar yang gelap.

Wanita itu tersenyum tipis, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Semua akan berakhir, sebentar lagi.

***

Myungsoo terlihat pucat dan kusut. Hari ini adalah sidang perdananya, ia tampak tak siap dan Howon sangat khawatir melihat hal itu. Sorot mata takut dan tak yakin, Howon tak pernah melihat Kim Myungsoo seperti itu sebelumnya.

Jong Suk yang duduk di hadapan Myungsoo sedang mengecek ulang berkas-berkasnya, dengan kaca mata yang bertengger manis di hidungnya pria itu terlihat sedang serius, tidak dalam keadaan yang siap untuk di acak bicara oleh Howon.

Myungsoo menundukkan kepalanya dalam, melihat ke arah tangannya yang terborgol rapi di atas paha. Sidang belum di mulai, dan itu membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ia takut, takut dengan cara pandang orang lain padanya.

"Tenanglah Myung, semua akan baik-baik saja" Howon mencoba untuk menenangkan. Myungsoo mendongak dan Jong Suk tak bergeming. "Aku ragu, apakah aku pantas untuk dibela?" Jong Suk yang mendengar pertanyaan Myungsoo hanya mengangkat kepalanya sebentar, tapi kemudian pria itu kembali tenggelam dalam berkas yang ia susun sendiri.

Melihat Jong Suk yang tak menjawab, Howon mendengkus, "Myung, tolong jangan bertindak gegabah. Kau harus mendapatkan hukuman seringan mungkin", Myungsoo merenggut tak suka, "aku telah membunuh seseorang, bagaimana mungkin aku meminta hukuman yang paling ringan?"

"Katakan apapun yang ingin kau katakan sekarang Myungsoo, tapi di ruang sidang, jangan katakan apapun selain yang ku perintahkan" Jong Suk akhirnya membuka suara, "sekali kau mengucapkan kalimat yang memberatkanmu, maka kata-kata itu tidak akan bisa di tarik kembali. Kau tau kan? Kata-kata itu tidak sama seperti pisau, jika kau menusuk seseorang dengan pisau, kau mungkin bisa menariknya kembali dan membuang pisau itu. Tapi kata-kata tidak seperti itu, sekali ia terlepas, kau tidak akan bisa menariknya kembali. Cukup ingat itu"

Howon menahan napas ketika mendengar Jong Suk bicara serius, Myungsoo menunduk dalam tapi kemudian melirik pintu, ia mendesah frustasi dan kembali menunduk. "Jangan menunggu Suzy, dia tidak akan datang", Myungsoo menatap Jong Suk dengan tatapan yang dapat pria itu artikan sebagai tatapan yang penuh dengan kata 'kenapa?'.

"Aku melarangnya untuk datang dan menemuimu lagi. Bukankah itu yang kau inginkan? Aku melakukannya selaku pengacaramu" Jong Suk memakai kembali kaca matanya, melirik sekilas jam tangan mahal yang melingkar di tangan kirinya. "Sebentar lagi kita akan masuk ke ruang sidang. Ingat semua apa yang ku katakan padamu sebelumnya"

Myungsoo memandang Howon yang duduk jauh darinya, pria itu menatap sendu sahabatnya dan dib alas oleh Howon dengan anggukan menguatkan. "Kau harus menang di sidang ini Myung, dengan begitu aku bisa tenang. Aku tidak kuat mengantikanmu memimpin perusahaan" Howon tahu bahwa kata-kata itu tidak membantu sama sekali, ia malah semakin member tekanan pada Myungsoo. Tapi ia tidak peduli, itu adalah apa yang ia rasakan. Ia tidak cukup kuat untuk mengantikan Myungsoo menggelola perusahaan besar milik keluarga Kim.

"Aku ―ingin bertemu Suzy―" kata-kata lirih Myungsoo membuat Jong Suk dan Howon melihat ke arahnya dengan tatapan aneh, "aku, tidak bisa melakukan itu padanya. Aku ingin melihatnya" jelas pria itu. Howon dan Jong Suk berpandangan dari jauh, keduanya mendesah lemah kemudian memalingkan wajah satu sama lain.

"Dia tidak membenciku, aku senang. Tapi, aku terlalu takut untuk menemuinya. Aku membunuh seseorang"

Howon mencoba tertawa, "kau adalah pria jahat Myung, karena itu bersikaplah seperi seorang pria jahat. Tidak penakut dan tidak punya rasa malu. Katakan bahwa kau mencintainya dan minta ia menunggu" Howon membenci kalimat yang ia ucapkan, tapi kata-kata sialannya itu berhasil membuat pupil mata Myungsoo tampak lebih cerah, pria itu mengangguk dan berujar, "kalau aku menang dalam sidang ini, aku akan menemuinya"

"Lakukan! Lakukan apa yang kau inginkan" Jong Suk melirik Howon dengan pandangan menyelidik, pria itu merasa bahwa Howon sedang bicara omong kosong sekarang. "Katakan pada petugas untuk mengizinkan Suzy menemuiku jika kita menang di sidang ini" Myungsoo berkata di depan wajah Jong Suk, pria itu mengernyit sebentar dan kemudian melirik Howon dari ekor matanya.

Howon mengangguk. Melihat itu, Jong Suk pun melakukan hal yang sama walaupuntak sepenuhnya yakin, "ya, jika kita menang di sidang kali ini. Suzy akan diizinkan untuk menemuimu. Aku janji"

Myungsoo tersenyum lemah.

Ia memejamkan mata, lalu mulai menggingat tentang apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan di ruang sidang sebentar lagi. Ia mau menang, ia harus menang.

'Suzy, aku ingin melihatmu' batinnya dengan secercah harapan.


To be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

16.7K 966 12
I'm on the good side, he's on the bad side. So is it wrong to love him? Let's found out. Pairing : Wonkyu, Kangmin, Yunjae Disclaimer : All casts ar...
1.1K 85 1
Aku akan tetap menjalani hidupku. Aku akan tetap bertahan sambil menunggu. Menunggu sang takdir kembali menyatukan kau dan aku.
Kakak Asuh By R.

Fanfiction

244K 29.7K 27
"ketika bokap nyuruh orang berkuping besar yang super ngeselin jadi kakak asuh gue, rasanya gue pengen mogok idup aja." -chaerani. Highest rank #43 i...
11.4K 843 32
Aku adalah istri dari seorang lelaki bernama Byun Baekhyun, tapi aku nyaman bersama lelaki yang bernama Park Chanyeol. Aku tidak selingkuh, aku hanya...