Our Love Story [END]

By lovesooji

48.4K 6.1K 654

Berkisah tentang perjalanan kisah cinta Bae Suzy dan Kim Myungsoo yang penuh dengan lika liku. Permasalahan d... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21 (END)

Part 13

1.6K 261 54
By lovesooji

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

Part 13

Suzy meremas jari-jarinya dengan perasaan yang campur aduk, ada rasa penasaran, ada rasa takut dan juga ada rasa malu. Ia ingin berucap dan memecahkan keheningan yang tercipta antara dirinya dan In-guk dalam mobil tersebut, tapi suaranya seakan memberontak, tak ingin keluar.

"Aku sudah tau tentang kau dan Myungsoo" Suzy memalingkan wajah, melihat wajah In-guk yang hanya dapat ia lihat setengahnya saja, pria itu duduk di belakang kemudi mobil, dengan seatbeat yang sudah di lepaskan. Mobil In-guk sekarang sudah berada di area parkir gedung apartemen mereka, seakan tidak bisa bergerak, kedua anak manusia itu enggan beranjak pergi.

"Ayahmu yang menceritakannya, tepat sebelum pernikahan kita" Suzy menunduk, merasa malu. Ia mencoba menutupinya dari In-guk, tapi dengan mengejutkan pria itu ternyata sudah tahu tentang apa yang ingin ia tutupi. Bagaimana mungkin ia tidak merasa malu?

"Dia memang tidak menceritakan padaku alasan pasti kenapa dia tidak merestui hubungan kalian, tapi semua orang yang dekat dengannya tau bahwa hubungannya dengan keluarga Kim tidak pernah baik"

"Maaf" hanya itu yang bisa Suzy katakan, ia kehilangan kata-kata seperti ia kehilangan muka sekarang ini. Wanita itu ingat bagaimana ia pura-pura tidak mengenali Myungsoo terakhir kali saat ia bersama In-guk, ia malu. Sangat.

"Maaf untuk apa? Karena tidak jujur ―atau karena kau masih menyukainya?"

Suzy semakin dalam menunduk, "maaf" ujarnya lagi, tidak menemukan kosa kata lainnya yang bisa ia pikir pantas untuk di ucapkan.

"Maafkan aku"

In-guk menghela napas kuat, setelahnya ia melampirkan senyum tipis, "Ayo kita masuk. Kau sudah pasti sangat lelah menemaniku menemui kenalan bisnis" seakan tidak terjadi apa-apa In-guk berkata dengan santai.

Pria itu turun dari mobil dan diikuti oleh Suzy yang menuruni mobil dengan gerakan pelan. Setelah berjalan beberapa langkah, Suzy dapat melihat In-guk membungkuk di depannya dengan punggung menghadap ke arah dirinya. "Apa yang kau lakukan?" masih dengan nada lemah, Suzy bertanya tak mengerti.

"Naiklah. Kau bilang kakimu sakit"

Mendengar itu, Suzy tiba-tiba menangkup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Ia menangis, sangat keras. In-guk yang mendengar suara tangisan, bangkit berdiri dan memutar badan, "Suzy! Ada apa?"

Tidak ada jawaban. Hanya tangisan. Suzy terduduk sembari terus menangis membuat In-guk menjadi bingung sendiri, "Suzy, ayolah! Ada apa?"

"Maafkan ―hiks, maafkan aku―"

"Aku ―hiks, minta ―hiks. Maaf!"

In-guk memicit keningnya, ia beralih mengikuti Suzy yang terduduk di area parkir yang sunyi. "Suzy, sudahlah" ujarnya mencoba menenangkan, "Sudah...sudah" katanya lagi sembari memberanikan diri untuk memeluk Suzy. Ini adalah pertama kalinya ia memeluk wanita itu, sepenuhnya.

***

Kim Myungsoo pulang tepat setelah Suzy dan In-guk meninggalkan ballroom hotel tempat diadakan pesta. Ia mengemudi ke rumah dengan pikiran yang hampir kosong, saat mengemudi ke arah apartemennya, bayangan Suzy kembali mendatanginya. Bagaimana wanita itu berusaha untuk tidak melihat tepat ke arah matanya, dan bagaimana pandangan takut wanita itu ketika In-guk mengetahui tentang mereka berdua.

Pria itu mendesah, kemudian membelokkan mobil, menuju jalanan yang tidak akan membawa ia pulang ke rumahnya sendiri.

Malam sudah semakin larut ketika Myungsoo tiba di depan gedung apartemen Suzy, ia tidak tahu pasti apa tujuannya datang ke sini. Ia hanya merasa bahwa, ia sangat ingin melihat wanita itu. ingin memeluknya dan mengatakan bahwa ia sangat merindukannya.

Pria itu lagi-lagi mendesah, ketika ia kembali diingatkan dengan kenyataan bahwa ia sudah tidak memiliki wanita itu lagi. "Maafkan aku, Suzy".

***

Karena In-guk yang bersikap biasa saja, Suzy pun jadi ikut bersikap biasa saja walaupun sebenarnya sangat canggung harus bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, seolah tidak ada rahasia yang terbongkar. Walaupun sulit untuk Suzy, tapi mereka tetap bangun seperti biasa, berbicara hal sepele seperi biasa dan sarapan seadanya sebelum In-guk pergi ke kantor.

"Aku pergi" Suzy mengangguk sebagai balasan atas ucapan In-guk, pria itu membuka pintu apartemen mereka kemudian menghilang seperti ditelan oleh pintu tersebut. Suzy masih berdiri di tempatnya, mematung di sana untuk sesaat.

Siangnya, saat Suzy akan mematikan ponsel pemberian Myungsoo untuk selamanya, pria itu menghubunginya. Bukan melalui sebuah pesan yang biasa ia lakukan, tapi sebuah panggilan langsung. Pria itu menelponnya.

Suzy ragu untuk sebentar sebelum ia memberanikan diri untuk menjawab, "halo?" sapanya sebagai salam pembuka.

'Suzy' suara pria itu terdengar baik-baik saja dipendengaran Suzy.

"Kenapa?" tanyanya, mencoba untuk terdengar ketus dan dingin. Dia tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya pada Myungsoo. Dihadapan pria itu, ia selalu cerah dan hangat.

'Senang rasanya bisa mendengar suaramu'

Suzy menghela napas pelan, "oppa" ujarnya dengan suara yang nyaris bergetar, "jangan lakukan ini"

'Lakukan apa?'

"Oppa!"

'Ayo bertemu'

Kali ini Suzy menghela napas kuat-kuat, ia lelah. Sudah cukup semua tekanan batin yang ia terima selama ini. "Kenapa lagi?"

'Ayo bertemu dan bicara. Please'

"Aku tak bisa"

'Suzy. Kumohon, kali ini saja'

Suzy menjauhkan telponnya dari telinga kemudian memejamkan matanya erat-erat, ketika ia mendekatkan kembali ponsel itu di telinganya, Myungsoo berkata, 'Aku akan mengirimimu alamatnya, aku akan menunggu ―sampai kau datang'

Myungsoo tau Suzy ragu. Wanita itu selalu mementingkan dirinya dari apapun, dia tau posisinya selalu yang tertinggi di hati wanita ini. Mata Suzy terpejam, hatinya bimbang bahkan ketika Myungsoo sudah menutup telponnya.

Tubuh wanita itu seketika lemah, ia berbaring di atas ranjang dengan segala macam pemikiran, ia ragu untuk pergi. Logikanya memaki tapi hatinya memohon, ia benci ketika hati dan logikanya tidak bekerja sama.

Ketika ia bangkit dari posisinya, segaris air mata jatuh dari dua belah matanya. Dengan wajah lelah ia berjalan menuju lemari besar, mengambil dress dengan asal lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia akan pergi, pergi menemui pria itu. Kim Myungsoo.

***

Suzy keluar dari taksi dengan kaki yang sedikit bergetar, sampai akhirpun ia masih merasa ragu, tapi selama ini keraguan tidak pernah mengendalikan dirinya. Ia akan tetap melangkah, walaupun penuh dengan rasa ragu. Ia akan tetap melangkah, walaupun ia tahu yang menunggunya sekarang adalah sumber kesakitan terbesarnya.

Gedung apartemen itu tidak terlalu mewah dan terasa asing untuk Suzy, ia belum pernah mendatangi tempat itu. Dalam pesan yang Myungsoo kirim, pria itu menambahkan keterangan, mengatakan bahwa apartemen tempat mereka bertemu adalah milik Howon. Suzy penasaran, bagaimana Myungsoo bisa membujuk Howon sehingga pria itu memberi izin.

Suzy melirik jam digital yang tertera di layar ponselnya, ia melihat angka yang ditunjukkan di sana lalu melangkah maju. Dari dulu sampai dengan sekarang, ia selalu sama, tidak pernah membuat Myungsoo menunggu. Ia kemudian tersenyum kecut.

Myungsoo sedang duduk mencangkung di depan pintu apartemen Howon bagian dalam ketika Suzy memencet bel, pria itu meloncat dengan cepat dan membuka pintu. Raut lega langsung terpampang nyata di wajahnya ketika orang yang ia harap datang benar-benar datang. Ia tersenyum. "Kau datang" katanya berbasa basi.

Suzy mengangguk pelan, ia melangkah masuk ketika Myungsoo membuka pintu dengan lebar dan menyuruh Suzy masuk dengan tangannya. Wanita itu tidak melihat kesekeliling, ia langsung menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Myungsoo mengikuti dari belakang.

Beberapa detik berlalu tapi keduanya belum membuka mulut untuk berbicara sama sekali, Suzy menunggu dan Myungsoo berfikir. Pria itu tidak tau harus mengatakan apa, ia menyuruh Suzy datang hanya karena ia ingin melihat wajah wanita itu. Terdengar bodoh dan terlalu berani memang, tapi itulah yang ia rasakan.

"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" Suzy bertanya pada Myungsoo yang dari tadi hanya melihatnya dari arah depan, pria itu menggeleng. "Lalu kenapa kau menyuruhku datang?" sambung Suzy lagi.

Myungsoo mendesah, ia tahu bahwa Suzy akan melontarkan pertanyaan itu, "aku hanya ingin melihatmu" jawabnya, mengeluarkan kata-kata yang memang sengaja ia susun jika Suzy bertanya apa alasannya menyuruh wanita itu datang. Suzy merasa tak cukup puas dengan jawaban yang ia berikan, Myungsoo bisa membaca air mukanya.

"Myung, aku tidak bisa seperti dulu lagi, yang selalu datang padamu hanya karena kau ingin melihatku"

"Kenapa? Kenapa kau tidak seperti dulu lagi" entah kenapa nada bicara pria itu terdengar seperti mengejek, Suzy mendengkus lemah, "kau tau alasannya"

"Tidak! Aku tidak tau. Aku tidak tau, Suzy"

"Oppa! Aku sudah punya suami"

"Kenapa kau sangat takut padanya? In-guk sialan itu" Myungsoo mendesis, ia membuang muka dengan gerakan tak nyaman. Ia selalu merasa bahwa Suzy terlalu mengkhawatirkan In-guk, takut pria itu marah kemudian meninggalkannya. "Apa kau mencintainya?"

Pupil mata Suzy melebar, pertanyaan Myungsoo seakan menohok dadanya. Ia mendesis tapi tak menjawab. "Apa kau tidur dengannya?"

"OPPA!"

"Kenapa kau tidak menjawab? Apa kau mencintainya? Apa kau tidur dengannya? Jawab aku!" bentaknya.

Tidak! Ini bukan yang Myungsoo harapkan, ia tidak sedikitpun berharap emosinya akan meledak, tapi membayangkan Suzy mencintai orang lain selain dirinya, membayangkan Suzy tidur dengan pria selain dirinya, membuat sisi gelap menguasai raganya tanpa bisa ia cegah. Wanita itu miliknya dan selamanya akan begitu. Rasa memiliki itu menggerogoti dirinya sampai sisi yang terdalam.

Mata Suzy hampir terlihat basah, dengan bibir yang sedikit bergetar wanita itu berujar, "Kau pikir aku ini apa?" dadanya sakit ketika melihat tatapan ragu pria yang ia cintai tersebut.

"Aku tidak tau Suzy! Kau berubah, kau goyah! Kau tidak setia!"

Suzy berdiri dan menatap tajam Myungsoo, "apa kau bilang?" katanya marah.

"Kau berubah! Kau goyah! Kau tidak setia!" Myungsoo juga bediri dan membalas tatapan Suzy sembari mengulanggi kata-katanya tadi, Suzy tersenyum miring. Ia kehabisan kata-kata, bisa-bisanya pria itu berkata sedemikian ragunya.

"Kau mulai mencintainya kan? Kau sudah pasti tidur dengannya. Dasar sialan!" Myungsoo bergerak di posisinya, emosinya sedang tidak terkendali. "Sialan kau Bae Suzy! Sialan! Brengsek!" pekiknya marah.

"Apa kau memakiku sekarang?" Suzy beranjak dari tempatnya dan menuju Myungsoo. Ia menyentuh bahu Myungsoo dan meminta pria itu untuk menatapnya. Tapi pria itu menolak dan tetap membelakanginya. "kau mengataiku sekarang? Kau meragukanku?" Myungsoo tak bergerak dari posisinya yang membelakangi Suzy, ia tidak ingin wanita itu melihat wajah merahnya yang menahan marah.

Suzy menyerah meminta Myungsoo menatap wajahnya, "Aku akui aku sempat memujanya. Dia begitu baik, hangat dan pengertian. Dia tidak pernah memaksaku dan selalu mengutamakan kenyamananku dibandingkan dengan kenyamanan dirinya sendiri" napas Suzy menderu, ia mulai marah melihat sikap Myungsoo. Ia tidak suka diragukan, rasanya diragukan sungguh membuatnya tak nyaman. "Tapi, apa aku goyah? Apa aku mencintainya? Apa aku menyerahkan diriku padanya? Tidak! Aku tidak pernah membiarkan dia masuk ke hatiku. Dan semua itu karena kau! Karena kau Kim Myungsoo"

"Tapi tetap saja kau sempat memujanya! Dia menarik perhatianmu, dan itu adalah faktanya" ujar Myungsoo sembari membalikkan tubuhnya, "kau tidak setia Suzy. Kau goyah!"

Suzy memejamkan mata dan mengatur napas, ia tidak ingin ikut meledak seperti Myungsoo sekarang ini. Suzy kemudian memilih kembali duduk di sofa, ia lalu membenamkan wajahnya di kedua telapak tangan, "akui saja bahwa dia menarik perhatianmu! Iya kan?" ucap Myungsoo lagi memancing respon dari Suzy.

"Ya" Suzy mendongak, "dia memang menarik perhatianku, dia adalah orang kedua yang berhasil menarik perhatianku setelah kau. Kau adalah yang pertama" Suzy mengambil jeda dan mencoba mengatur nada suaranya, "tapi, apa kau ingat Myung? Bahwa― bahwa aku bukanlah wanita pertama yang menarik perhatianmu. Dan aku tidak yakin menjadi yang terakhir"

Pandangan Myungsoo menajam, "apa maksudmu?"

"Kau ingat, beberapa bulan setelah kita jadian, kau pergi diam-diam dengan wanita lain yang berhasil menarik perhatianmu karena kalian punya hobi yang sama. Kemudian, saat kita pertama kali putus, kau hampir saja berciuman dengan juniormu karena dia lebih menarik dariku, seandainya aku tidak memergoki kalian―" Suzy menghela napas lemah, "Setelah kita balikan, perhatianmu kembali terpecah dan begitu seterusnya" sambungnya, masih dengan helaan napas yang tak dapat ia tahan. Ia lelah dengan semua ini.

"Aku tidak ingin mengungkit luka masa lalu, tapi aku ingin kau sadar bahwa aku selalu bertahan denganmu tak peduli betapa banyak wanita asing yang menarik perhatianmu. Tapi sekarang apa?" Suzy mulai terisak dan Myungsoo mematung, dia ingat dengan jelas apa yang dikatakan Suzy. Perbuatan jahat yang ia lakukan pada wanita itu dulu, ia masih menggingatnya.

Dalam posisinya, Myungsoo memejamkan mata sejenak, entah kenapa perkataan Howon saat di pesta itu kembali ia ingat, 'kau merasa jahat? Kau memang jahat Myung, kau tidak sebaik ini dulu pada Suzy' . Ya. Dulu dia memang jahat pada Suzy, selalu menyakiti wanita itu, berulang-ulang kali. Dia dulu adalah pria brengsek! Mungkin sekarang adalah saatnya ia mendapatkan balasan atas semua perilaku brengseknya dulu.

Dengan isakan kecil, Suzy kembali mencoba menyambung ucapannya tadi, "Tapi sekarang apa? Hanya karena satu orang pria yang menarik perhatianku, kau memakiku seperti ini. Kau meragukan cintaku" air mata sudah mulai membasahi wajah Suzy, "Kau pikir aku mau hidup dengannya? Kau pirkir aku mau bersikap baik padanya? Tidak Myung! TIDAK!!!" teriak Suzy frustasi, ia ingin meluapkan semuanya sekarang. Ia lelah menanggung rasa sakit ini lebih lama lagi.

"Aku memohon padamu! Aku memohon agar kau membawaku pergi, tapi kau menolak" mendengar itu Myungsoo melangkah maju dan mencoba menjelaskan, ia berujar, "Tapi, kau tau ak―"

"Karena perusahaanmu?" potong Suzy.

"Memangnya aku memintamu meninggalkannya? Aku hanya memintamu membawaku jauh dari ayah, bukan meninggalkan perusahaanmu dan menelantarkannya! Kau bisa menyembunyikanku dimana saja, dan pura-pura tidak tahu dengan hal itu. Tapi kau tidak melakukannya, pemikiranmu terlalu pendek! Padahal aku rela melepaskan segalanya demi dirimu, aku rela meninggalkan ayahku demi dirimu. Tapi kau menolakku Myung, kau menolakku" isakan Suzy semakin kuat, ia bahkan menunduk sembari menekan dadanya sendiri, sesak, sangat sesak.

"Tapi kau tidak melakukannya! Kau tidak melakukannya karena pemikiranmu terlalu pendek, sehingga kau tidak bisa memikirkan solusi apapun kecuali― melepaskanku." Suzy kembali mendongak dan mengelap air mata yang membasahi wajanya yang mulai memucat.

"Kau tau kenapa pemikiranmu terlalu pendek?" tanyanya dengan putus asa, Myungsoo hanya bisa mengerutkan wajah dan bergerak gelisah di posisinya. "Itu karena aku kalut" jawabnya.

"Tidak! Bukan itu" sanggah Suzy, "Bukan karena kau kalut, tapi karena aku tidak terlalu penting. Karena aku bukan prioritas utamamu"

"SUZY!"

"AKU BENARKAN?"

"Aku bukan sebuah prioritas"

"Suzy!" Myungsoo mendekat, ia merendahkan tubuhnya dan duduk di atas lantai tepat di depan wanita itu, "jangan bicara yang tidak-tidak, kau adalah yang terpenting untukku" Suzy menggeleng, "bohong!" katanya disela isakannya yang kembali menguat.

Myungsoo menghela napas bingung, ini salahnya ―Suzy kembali menangis karenanya. Ia menarik tangan Suzy yang ada di atas paha, ia mencium buku-buku tangan Suzy dan menghirup baunya lama, ia selalu suka bau krim tangan wanita itu. "Maafkan aku. Maafkan aku karena meragukanmu. Maafkan aku"

Suzy tak menjawab. Ia hanya ingin menangis, sudah lama ia tidak menangis sebebas ini. Selama ia menikah dengan In-guk, ia berusaha kuat untuk tidak menangis, ia tidak mau pria itu bertanya 'kenapa?' 'apa yang terjadi' dan pertanyaan sejenisnya. Dengan tangan kiri yang masih menggenggam tangan Suzy, tangan kanannya, Myungsoo gunakan untuk menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi wanitanya. "Jangan menangis, maafkan aku" ujarnya.

Lelah dengan kegiatan yang mengusap pipi basah Suzy, Myungsoo beralih menjatuhkan kepalanya diatas pangkuan wanita itu. Ia memejamkan mata dan berharap waktu berhenti, ia merindukan semua moment indah yang pernah mereka lalui bersama.

***

Beberapa menit berlalu, suara tangis Suzy sudah tak terdengar dan itu membuat Myungsoo lega. Pria itu menggangkat kepalanya dari atas paha Suzy, ia mendongak dan dapat melihat wajah wanita itu mulai sembab, matanya sedikit bengkak dan hidungnya memerah.

Myungsoo diam, ia hanya menatap wajah sendu Suzy dan menikmati hangatnya gengaman tangannya pada tangan wanita itu, ia tersenyum ketika melihat Suzy menatapnya. Pandangan mereka bertemu, dan Myungsoo merasa bahagia.

Tak sanggup bertatapan lama dengan Myungsoo membuat Suzy memalingkan wajahnya pelan, dengan suara yang sengau karena hidungnya sedikit tersumbat, Suzy berkata, "Jika orang lain mendengar cerita cinta kita, mungkin mereka berfikir bahwa kau adalah orang yang paling mencintaiku" ia mengambil jeda, mengigit bibir bawahnya dan memejamkan mata sebentar. Tapi kemudian ia kembali membuka matanya dan lanjut berkata, "Tapi, sebenarnya― aku― aku adalah orang yang paling mencintaimu disini. Lebih dari pada kau mencintaiku. Cintaku, lebih besar dari cintamu"

Myungsoo mengangguk cepat, "Ya. Maaf, maaf karena meragukanmu. Sungguh Suzy, maafkan aku"

Suzy tak menjawab, ia masih memalingkan wajah dan tak mau melihat ke arah Myungsoo. Pria itu sadar akan hal itu, "Kau marah padaku?" Myungsoo menunduk, menangkup kedua tangan Suzy, menggenggamnya erat kemudian memberikan kecupan-kecupan pendek. Ia kembali mendongak dan berujar, "Apa kau marah padaku?"

Suzy menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak marah padamu" jawabnya dengan nada dingin, "Aku hanya ―" ia kembali mengambil jeda, menelan ludah dan lanjut berucap, "Aku hanya mulai membencimu"


To be continued...


Ayo tebak, bakalan happy end atau sad end? :D

Continue Reading

You'll Also Like

Kakak Asuh By R.

Fanfiction

244K 29.7K 27
"ketika bokap nyuruh orang berkuping besar yang super ngeselin jadi kakak asuh gue, rasanya gue pengen mogok idup aja." -chaerani. Highest rank #43 i...
56.3K 2.9K 12
Perasaan ini memang selalu datang pada saat terakhir highest ranking : #31 Kyuhyun #57 Kyuhyun #2 Cho #5 Cho
492K 5.2K 87
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
502K 37.4K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.