Mocca Hallow

By MelindaAdelia

291K 22.8K 2.4K

[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan seb... More

Prolog
Chapter 1 : Labu
Chapter 2 : Gerbang
Chapter 3 : Kasur
Chapter 4 : Kamar
Chapter 5 : Pakaian
Chapter 6 : Langit
Chapter 7 : Dapur
Chapter 8 : Es Krim
Chapter 9 : Tangga
Chapter 10 : Tidur
Chapter 11 : Jawab
Chapter 12 : Makan
Chapter 13 : Malu
Chapter 14 : Diam
Chapter 15 : Teman
Chapter 16 : Kelas
Chapter 17 : Violet
Chapter 18 : Egois
Chapter 19 : Perpustakaan
Chapter 20 : Reaksi
Chapter 21 : Lixadian
Chapter 22 : Maaf
Chapter 23 : Surat
Chapter 24 : Hukuman
Chapter 25 : Kue
Chapter 26 : Kesal
Chapter 27 : Vampir
Chapter 28 : Sisi
Chapter 29 : Pasir
Chapter 30 : Jahat
Chapter 31 : Lezat
Chapter 32 : Harapan
Chapter 33 : Bukan
Chapter 34 : Kembali
Chapter 35 : Cokelat (1)
Chapter 36 : Cokelat (2)
Chapter 37 : Cokelat (3)
Chapter 38 : Sakit
Chapter 39 : Lucu
Chapter 40 : Kenapa
Chapter 41 : Alunan
Chapter 42 : Kejutan
Chapter 43 : Gagal
Chapter 44 : Hadiah
Chapter 45 : Phrygian
Chapter 46 : Malam
Chapter 47 : Merah
Chapter 48 : Dingin
Chapter 49 : Api
Chapter 50 : Kuasa
Chapter 51 : Pengikut
Chapter 53 : Cinta
Chapter 52 : Terakhir
Chapter 55 : Jangan
Chapter 56 : Damai
Chapter 57 : Debat (1)
Chapter 58 : Debat (2)
Epilog
CERITA BARU

Chapter 54 : Salah

2.6K 261 11
By MelindaAdelia

Author's PoV

Kereta labu yang dinaiki oleh Mocca dan para pengikutnya telah tiba di depan gerbang istana. Gerbang tersebut telah rusak karena dihancurkan oleh pasukan vampir yang ingin menerobos gerbang istana. Kereta labu berjalan masuk ke halaman istana yang dihamburkan dengan api yang membakar tumbuh-tumbuhan termasuk beberapa bagian istana.

Mocca menyembulkan kepalanya dari jendela kereta. Matanya berkaca-kaca melihat keadaan istana Mixolydian. Kota dan istana Mixolydian sedang terluka parah. Ia harus melakukan sesuatu agar lukanya tidak semakin parah.

Begitu kereta labu berhenti, Mocca turun dari kereta dan berlari cepat menghampiri salah satu pohon yang sedang terbakar. Violet, Serta, dan Greyina segera turun dari kereta, mengejar dan sampai di samping Mocca. Ashtan dan Mocciyato juga menyusul setelah Mocciyato menjentikkan jarinya untuk membuat kereta labu dari sihirnya itu menghilang.

Mocca mengaktifkan sihir di dalam dirinya. Ia meyakinkan dirinya untuk bisa mengendalikan semua api yang menyala. Mata Mocca menyala berwarna jingga terang. Kedua tangannya telah ia angkat ke atas. Di depan pohon yang terbakar, ia akan mengarahkan sihirnya dari pohon itu dan terhubung ke api-api yang menyala di seluruh pelosok kota Mejiktorn termasuk istana untuk segera padam.

"Padamlah."

Satu kata itu diperintahkan kepada api-api yang ada dari sihirnya untuk segera lenyap. Api yang membakar pohon di depannya berangsur-angsur padam meninggalkan warna hitam gosong dan asap. Begitu juga dengan api-api yang melahap beberapa bagian istana dan kota.

Semua api yang menyala telah padam.

Mata Mocca telah kembali berwarna biru gelap. Napasnya terengah-engah dan hampir saja jatuh terbaring ke tanah jika tidak ditahan oleh Serta yang sigap menolong Mocca.

Mocca mulai tahu, sihir khusus barunya sangat boros memakan energi sihir dan tenaganya. Ia memakai sihir api pada pedangnya dan memadamkan seluruh kota dan bagian istana yang terkena api. Secara tidak terhitung, ia telah memakai banyak energi. Dan ia pun kelelahan.

"Anda baik-baik saja? Wajah Anda mengeluarkan banyak sekali keringat!" ucap Serta sangat khawatir melihat Mocca memegang kuat bahunya.

"Wajah Anda juga pucat," imbuh Violet juga merasa cemas.

Mocca tersenyum sekilas. "Aku tidak apa-apa. Hanya masalah fisikku yang kelelahan. Kalian bisa membantuku berjalan masuk ke dalam?"

"Tentu saja, Ratu," jawab Serta segera meletakkan lengan Mocca di bahunya.

Begitu juga dengan Violet. Ia melakukan hal yang sama, yaitu membantu Mocca tetap berdiri. Mereka membopong Mocca, sedangkan Ashtan, Mocciyato, dan Greyina melihat sekitar dengan was-was jikalau ada yang akan menyerang. Mereka berada di area berbahaya. Dan kapan saja musuh bisa menyerang mereka secara tiba-tiba.

Greyina terkejut ketika melihat satu pasukan vampir akan menyerang Mocciyato dari belakang.

"MOCCIYATO! DI BELAKANGMU!!"

Mocciyato langsung membalikkan badan dan melihat seorang vampir akan menebasnya dengan pedang. Ia ingin menangkis, tapi Ashtan sigap menebas lengan vampir itu sampai lengan itu terpotong dan segera menusuknya begitu dalam.

Vampir itu mati dan berubah menjadi genangan air.

"Baru saja masuk ke dalam istana, sudah membuatku terkejut saja. Dasar vampir," gerutu Ashtan seraya menopang pedangnya ke sebelah bahunya agar terlihat keren dan kembali melangkah maju.

Mocciyato mengerucutkan bibirnya, kesal karena sudah diselamatkan oleh Ashtan. Padahal ia ingin sekali menghabisi vampir itu dengan pedangnya. Ia berjalan menyusul Ashtan dan menatap tajam.

"Kau selalu saja menghalangiku saat aku akan menggunakan pedangku!" ucap Mocciyato tak terima.

Ashtan mengernyitkan alis.

"Kok marah? Setidaknya katakan terima kasih atau apa, malah dimarahi. Lagi pula aku lebih tua darimu, tahu!" balas Ashtan sedikit meninggikan suara.

"Cuma beda setahun kok bangga? Kakak kelas ternyata masih anak-anak, ya!" balas Mocciyato memanas-manasi Ashtan.

"Apa kau bilang??"

"Mau aku ulangi? Tuli, ya?"

"Kenapa sih? Dari tadi aku selalu saja salah!"

"Memang salah, kan?"

"AAAA!! Kalian ini berisik sekali!!" Greyina langsung menengahi begitu kedua telinganya tidak bisa lagi menahan dua suara yang mengepungnya. "Kalian ini dari kelas loncat, ya? Kenapa tingkah laku kalian seperti anak-anak SD, sih??"

Mendengar Greyina membentak dan melihat ekspresinya yang garang, Ashtan dan Mocciyato langsung diam dan masih melanjutkan langkah. Greyina menghela napas dan fokus pada langkahnya menelusuri lorong istana yang berantakan.

Dari awal berkenalan, Mocciyato dan Ashtan tidak bisa akur. Berawalnya dari Mocciyato yang tidak menyukai kelebihan yang dimiliki kakak kelasnya itu juga sok akrab Ashtan yang menurutnya menyebalkan, membuatnya terus-terusan kesal. Tetapi tidak mengakibatkan perkelahian yang serius.

Mocciyato menatap punggung Mocca. Ia tidak pernah mengira kalau Mocca adalah ratu Mixolydian. Jujur, ia pernah merasakan ada rasa suka dengan Mocca sejak pertemuan kedua. Saat itu ia menabrak Mocca yang sedang membawa setumpuk buku di tangannya. Begitu melihat manik mata Mocca, disitulah hatilah telah terambil. Ia berpikir jika bertemu dengan Mocca lagi, ia bisa mengajak Mocca berteman lebih dekat lagi. Tapi, ada seseorang yang sudah lebih dulu mengambil hati Mocca. Bahkan Mocca sudah menikah. Tidak ada kesempatan secuil pun untuk meraih Mocca. Tidak apa-apa. Ia bisa merelakan. Melindungi Mocca sudah cukup membuatnya puas.

"Jalannya!" ucap Greyina menghentikan langkahnya begitu melihat lantai yang akan dipijak berlubang seperti jurang.

Saat ini, langkah mereka berhenti di lantai dua istana. Lantai yang berlubang tak layak dilewati membuat mereka terpaksa menghentikan langkah.

Mocciyato tidak menghentikan langkahnya karena sibuk dalam dunianya sendiri. Ia pun tak sengaja menabrak punggung Greyina dan itu membuat Greyina hampir saja jatuh ke dalam lubang. Ia langsung sadar setelah menabrak Greyina.

"Kau ingin aku mati, ya??" bentak Greyina kepada Mocciyato.

"M-maafkan aku! Aku tidak tahu kalau kalian semua berhenti berjalan!" kata Mocciyato beralasan.

"Jadi, bagaimana cara melewati ini? Sihir tidak bisa membuat kita terbang ataupun melompat tinggi," kata Ashtan kembali ke topik masalah baru.

Violet punya ide.

"Yang Mulia, bolehkan saya memakai sihir saya untuk melewati lubang itu?" tanya Violet kepada Mocca.

"Tentu saja. Lakukanlah," jawab Mocca mengizinkan Violet menggunakan sihirnya.

Violet mengarahkan tangannya ke arah lubang tersebut. Tanpa mantra karena ia memakai sihir khusus, sebuah es balok melayang di atas lubang tersebut. Serta yang melihat es balok itu ber-oh ria.

"Aku tahu sekarang. Kau membuat balok itu di sana agar kita bisa melompati lubang itu tanpa bisa terjatuh," kata Serta menjelaskan.

"Iya! Yang Mulia, apa Anda masih bisa berdiri sendiri? Apa Anda mampu melompat ke balok es saya?" tanya Violet memastikan keadaan Mocca.

"Akan kucoba," jawab Mocca lalu melepaskan kedua tangannya dari pegangan Violet dan Serta.

"Hati-hati," peringat Greyina khawatir.

Mocca berdiri tegak tanpa ada bantuan dari orang lain. Tubuhnya kembali bisa menjaga keseimbangan. Ia yakin dirinya dapat melompat ke balok itu dan turun ke lantai yang ada di seberang sana. Ia segera melompat yang dilihat oleh lima pengikutnya dengan perasaan yang berdebar akan rasa cemas. Dan ia berhasil melompat di atas balok dan turun ke lantai seberang. Mereka berlima menghela napas lega. Ia tersenyum kepada mereka berlima.

"Kalian kenapa diam saja? Ayo melompat ke sini!" kata Mocca membuat kelimanya langsung tersadar.

Orang yang kedua melompat adalah Serta, ketiga Violet, keempat Ashtan, kelima Greyina, dan terakhir Mocciyato.

"Kau duluan," sambut Mocciyato seperti mempersilakan seorang putri berlalu.

"Cih." Greyina berdecih dan segera melompat.

Di perjalanan selanjutnya, mereka bertemu dengan lima pasukan vampir yang ternyata masih ada tersisa. Serta, Ashtan, Mocciyato, dan Violet langsung menyerang dengan senjata mereka masing-masing. Sedangkan Greyina menjaga Mocca tetap aman.

"Yang Mulia Ratu!" teriak seorang perempuan berseragam pelayan berlari ke arah Mocca.

Mocca tahu siapa perempuan itu. "Hella!"

Hella berhenti berlari di depan Mocca dan Greyina. Ia berusaha mengatur napasnya yang tersenggal-senggal. Setelah itu ia segera berkata.

"Yang Mulia Raja! Di-dia tetap pingsan tetapi darah segar keluar dari mulut Raja! Kami tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Raja!"

Mocca lantas mencengkeram kedua bahu Hella.

"Di mana Hallow?"

"Di ruangan sana, Ratu. Ruangan terakhir yang paling aman untuk Raja," jawab Hella sambil menunjuk ke arah sebuah pintu yang letaknya beberapa puluh langkah lagi.

Setelah mendapat jawaban, tanpa basa-basi lagi Mocca bergerak cepat menuju ruangan tersebut. Ia membuka pintu dan segera masuk. Di dalam ruangan itu seperti ruang kamar. Hanya saja berisi tempat tidur, meja kecil, dan dua lampu gantung kaca yang menerangi ruangan. Di kasur itu, ia melihat Hallow terbaring rapuh yang dijaga oleh Beethov.

Beethov yang melihat Mocca datang, segera memberikan kursi untuk Mocca duduk di samping Hallow terbaring. Tapi, Mocca tidak memilih duduk di kursi. Ia duduk di lantai bertumpu pada lututnya dan langsung menggenggam erat tangan Hallow. Benar yang dikatakan Hella padanya. Ada setetes darah segar keluar dari mulut Hallow. Ia menghapus darah itu dan meneliti darah di jempolnya melalui penglihatannya.

Mocca yakin, ada sesuatu yang terjadi kepada Hallow. Dan ia yakin darah ini disebabkan oleh Mona. Apa Hallow dikalahkan? Tidak mungkin. Ia tahu Hallow tidak akan membiarkan dirinya kalah. Tapi, kenapa darah ini bisa keluar dari mulut Hallow?

Air mata Mocca menetes di atas tangan Hallow. Ia tidak dapat lagi menguatkan dirinya jika melihat Hallow menderita. Ia berpikir, kenapa harus Hallow yang merasakan penderitaan dari Mona? Apa yang sebenarnya Mona inginkan darinya dan Hallow?

Sedikit namun jelas, Mocca bisa merasakan saraf dari tangan Hallow berfungsi. Hallow akan segera sadar. Ia cepat-cepat menghapus air matanya dan menunggu Hallow membuka mata.

"Ini semua salahku. Aku telah membuatmu menderita. Seharusnya tidak seperti ini. Aku jahat. Jahat."

Mocca menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi. Beethov yang mendengar itu ingin membantah, tapi ia tidak berani. Hella dan kelima pengikut Mocca telah masuk ke dalam ruangan. Mereka melihat raja dan ratu mereka dengan tampang sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Hallow telah berhasil membuka kedua matanya. Wajah Mocca adalah hal pertama dilihat olehnya. Ia sangat bersyukur melihat Mocca baik-baik saja. Ia mengarahkan tangannya yang masih lemah bergerak ke wajah Mocca. Senyuman menggurat tenang dari bibirnya.

Mocca merasa kembali tenang tatkala melihat mata Hallow kembali berwarna biru terang. Ia menyentuh lembut tangan Hallow yang sedang memegang wajahnya. Matanya berkaca-kaca berusaha menahan air matanya agar tidak keluar.

"Hallow, ini semua salahku. Semuanya terjadi karena berasal dariku. Aku…"

Hallow menggeleng lemah. Mocca tertegun dengan gelengan itu. Tapi tetap saja dirinya merasa bersalah.

"Apa maksudmu? Aku tidak bersalah? Kau tahu, akulah penyebab semua ini! Ratu Mona menyerangmu dan menguasaimu karena aku! Jadi, akulah yang mengakibatkan semua ini terjadi!"

Hallow kembali menggeleng lemah. Ia melepas sentuhan dari wajah Mocca. Tangannya meraih tangan Mocca dan membuka telapak tangannya. Mocca bingung apa yang akan Hallow lakukan terhadap tangannya. Hallow menggerak-gerakkan jari telunjuknya di atas telapak tangan Mocca. Dan Mocca baru mengerti apa yang sedang Hallow lakukan.

Hallow sedang berbicara padanya melalui isyarat ukir tangan.

"Mocca, aku merindukanmu."

Tiga kata terukir dan terbaca oleh Mocca. Mocca masih bingung kenapa Hallow harus menggunakan isyarat dan tidak mengatakannya secara langsung melalui mulut.

"Hallow, ada apa denganmu?" tanya Mocca.

Hallow mengukir lagi di atas telapak tangan Mocca. Huruf demi huruf terukir dan membentuk sebuah kata demi kata. Dan Mocca pun akhirnya mengetahui alasan Hallow tidak berbicara.

"Suaraku terkunci oleh Mona."

Setelah mengetahui alasannya, air mata Mocca kembali turun deras dan jatuh di atas telapak tangannya sendiri. Ia sangat terkejut. Apa yang telah Mona lakukan pada Hallow, telah membuatnya sangat marah.

Bagaimana cara mengembalikan suara Hallow? Dan bagaimana cara agar Mona keluar dari tubuh Hallow? Mocca benar-benar sudah frustasi.

🎃TO BE CONTINUE ...

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 246K 56
Mempersiapkan diri untuk kuliah adalah fokus utama Naya sejak lulus sekolah beberapa bulan lalu. Namun, rencananya berubah setelah dia bertemu dengan...
298K 30.1K 26
Di bawah laut terdapat Kerajaan putri duyung bernama "Seashania" yg agung. Namun terdapat satu putri duyung yang berbeda dari yang lain.
563K 61.5K 65
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...
126K 6.2K 13
☑️ tanda chapter yang sudah direvisi *bila terdapat perbedaan dengan cerita sebelum revisi itu dikarenakan perubahan beberapa adegan. Tapi tidak mer...