MINE

By Lavieenarana

82.9K 4.6K 264

Shilla bagi teman-temannya adalah gadis yang kuat. Jarang orang-orang melihatnya menangis kecuali memang ia s... More

Prolog
Mine - 1
Mine - 2
Mine - 3
Mine - 4
Mine - 5
Mine - 6
Mine - 7
Mine - 8
Mine - 9
Mine - 10
Mine - 11
Mine - 12
Mine - 13
Mine - 14
Mine - 15
Mine - 16
Mine - 17
Mine - 18
Mine - 19
Mine - 20
Mine - 21
Mine - 22
Mine - 23
Mine - 25
Mine - 26 (Ending)

Mine - 24

2.9K 147 17
By Lavieenarana

Ps. Maaf ya lama. 😂
Langsung aja ya silahkan....

ΦΦΦ

'Halo.'

Klik. Shilla menutup kembali teleponnya. Gadis itu menaruh kembali telepon tersebut ke tempat semula. Ia menggigit bibirnya, kenapa aku selalu tidak bisa?

Ia terkadang berani untuk menelpon nomor yang ada di buku diary nya tapi terkadang juga tidak. Walau berani pun, ia juga akan menutup teleponnya begitu sudah mendengar suara diseberang.

Tapi tiba-tiba saja telepon yang baru saja ditutupnya itu berbunyi, membuat jantung Shilla berdetak tidak karuan. Orang itu menelponnya kembali kah?

'Shillaaaaaaa, kapan pulaaangg?'

Astaga. Shilla sampai tersentak mendengar lengkingan suara di telepon itu, tapi ia juga bernafas dengan lega karna ini Pricilla dan bukan orang itu.

"Yaampun Pris, nyantai dong."

'Shil, kita udah lama nggak ketemu. Kamu harus cepet balik. Soalnya aku lagi gak terlalu sibuk nih lumayan kan.'

"Iyaa Prissy.."

'Jadi, kapan lo pulang?'

"Besok."

'Besok?? Seriusss? Gue besok ada acara keluarga dan gue gak bisa jemput lo di bandara dong?'

"Santai aja Priss. Masih ada taksi yang bisa setia nunggu gue. Atau.. Supir keluarga gue. Ada Cakka juga."

'Hmm. Sedih deh gue. Maaf ya. Lo serius besok?'

"Iya Pris. Besok pagi gue berangkat."

'Lo udah kabarin Cakka?'

"Belum sih. Kayaknya gue juga mau kasih surprise soal kedatangan gue haha.."

'Gue denger dari media, kalau Cakka dan Gladys bakal segera menikah. Apa itu benar?'

"Hm, itulah alasan gue kembali lebih cepat. Gue mau memberi mereka selamat. Lalu membantu persiapan mereka. Itu pasti menyenangkan."

'Apa lo gak akan menikah?'

"Kenapa tiba-tiba lo tanya soal gue?"

'Kali aja lo kecantol bule disana.'

"Gue cuma dua bulan disini. Jangan lo berpikiran gue murahan cari cowok secepet itu."

'Bisa aja kali Shill.'

"Sshh.. Udah ya gue tutup. Mau berbenah. Bye."

ΦΦΦ

Sambil menarik kopernya, Shilla berjalan masuk ke dalam rumah besar milik keluarganya. Ia tersenyum lebar karena sangat senang bisa kembali, walau dalam hati ia sendiri heran. Baru beberapa bulan ia meninggalkan Indonesia rasanya mengapa seperti sudah sangat lama?

Tak butuh waktu lama, Shilla sudah berada di dalam kamarnya. Berganti baju sebentar dan bersiap untuk pergi lagi. Setelah sudah siap, ia berjalan keluar dan menggunakan jasa taksi untuk mengantarnya ke sebuah tempat.

Hari ini tepat hari kematian Ayahnya. Setiap tahun, Shilla selalu mengingatnya. Mengirim doa untuk sang Ayah. Dan hari ini juga,  ia berniat mengunjungi makam ayahnya sendiri.

Shilla sudah rapi dengan dress hitamnya, dan sebucket bunga cantik ditangannya. Begitu turun dari mobil, ia harus berjalan beberapa meter untuk sampai di makam Ayahnya. Dan ia terkejut, begitu seseorang sedang berjongkok dihadapan nisan ayahnya dengan kemeja hitam.

"Semuanya sudah selesai. Tuan, saya benar-benar mencintai putri anda. Saya pernah membuatnya terluka, jadi saya akan menerima hukuman dengan mencintainya seumur hidup saya, meskipun jika Shilla tidak mencintaiku lagi. Aku akan membayar semuanya. Aku akan menepati janjiku padamu yang pernah aku ingkari dulu, untuk menjaga Shilla. Jadi, Tuan, tolong tanyakan pada Tuhan, apa aku memiliki kesempatan itu? Untuk menjaganya dan mencintainya."

Shilla meneteskan airmatanya mendengar itu, gadis itu masih diam mematung berdiri dibelakang pemuda itu.

"Ayah tolong tanyakan juga pada Tuhan, apa aku bisa mempercayai orang ini?" Shilla beranjak mendekat beberapa saat kemudian, mengejutkan Rio yang sedang berjongkok itu.

Rio menatap Shilla dan bangkit berdiri, "Sejak kapan kamu disini?"

"Sejak kamu mengatakan semuanya sudah selesai." jawab Shilla. Kemudian gadis itu berjongkok juga disamping nisan Ayahnya.

"Ayah, sekarang Shilla tahu, kenapa Ayah lebih memilih Rio dibanding Cakka dulu, kenapa ayah sangat membanggakan Rio. Apa mungkin ayah sudah tahu kalau pada akhirnya aku memang akan bersama Rio?"

"Ayah selalu minta Rio menjagaku, padahal ayah tahu aku memiliki Cakka yang bahkan lebih bisa menjagaku. Padahal Cakka yang lebih bisa diandalkan."

"Ayah, apa ayah tahu kenapa aku tidak bisa membenci dia? Aku sangat ingin membenci dia. Tapi justru semakin aku berusaha aku semakin tidak bisa membencinya."

"Beberapa bulan ini aku seperti orang yang hidup tanpa tujuan dan kepastian. Aku ragu harus menunggunya atau tidak. Tapi, bisakah aku mengajukan pertanyaan lagi? Tolong tanyakan pada Tuhan, apa aku harus memberinya kesempatan? Apa dia adalah jodohku?"

Rio tertawa kecil dengan curhatan seorang anak pada Ayahnya.

"Sampaikan juga pada Tuhan, tolong hukum dia untuk mencintaiku selamanya."

Shilla mendongak, menatap Rio yang sedang berdiri dihadapannya. Gadis itu bangkit lalu mendekat, "Would you marry me?"

Rio tertawa kecil, "Harusnya aku yang mengucapkan itu." pemuda itu mengambil sebuah benda dari saku celananya dan menunjukkannya pada Shilla.

"Yes, I would." Rio pun menyematkan sebuah cincin di jemari Shilla.

Shilla tersipu, "Kamu sudah menyiapkannya?"

"Hm, tadinya aku berniat melamarmu setelah dari sini."

"Setelah dari sini? Kamu tahu aku kembali?"

"Hm, apasih yang aku nggak tahu?"

Shilla tersenyum bahagia, ia pun memeluk pemuda itu dengan airmata bahagia yang mengalir dimatanya. Shilla tahu ini bodoh, setelah disakiti beberapa kali, ia tetap kembali lagi pada Rio. Mencoba mempercayainya lagi. Dan memberi pemuda itu kesempatan.

ΦΦΦ

Mobil hitam pekat milik Rio kini sudah terparkir tepat di depan gedung Worldtech. Ia mengantar Shilla untuk bertemu Cakka saat itu juga.

Shilla tidak tahu, mengapa saat jarak mereka sempat jauh, saat bahkan mereka sempat saling canggung dan saling membenci, hari ini sepertinya semua seperti tidak pernah terjadi apapun. Semua kembali seperti semula. Seperti saat kisah mereka baru dimulai dulu.

Gadis yang dulu sangat manja dengan Rio kini terlihat sama, sepanjang jalan Shilla terus menyandarkan kepalanya pada pundak pemuda yang sedang mengemudikan mobilnya. Sambil bercerita semua yang ia lakukan selama di Amerika.

Rio hanya menjadi pendengar yang baik hari ini. Pemuda itu tidak banyak bicara, dan merasa bahagia mendengar antusiasnya Shilla bercerita padanya. Rio menyukai cara Shilla bercerita seperti itu. Ini yang sangat ia rindukan.

Kini pasangan itu keluar dari mobil. Tidak bersamaan. Seperti umumnya seorang pria pada pasangannya, Rio turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Shilla. Rio juga mengulurkan tangannya untuk membantu Shilla keluar. Dan Shilla tersenyum menyambut tangan milik Rio itu.

"Nanti abis ketemu Cakka. Kita makan malam ya. Kamu mau makan dimana?" tanya Shilla sambil mereka berjalan masuk.

"Terserah kamu aja."

"Oke. Aku lagi mau makan makanan indonesia. Udah lama banget rasanya."

Tanpa sadar Shilla berjalan mengabaikan beberapa orang yang menyapa kedatangannya. Hanya Rio yang tersenyum ke arah orang-orang itu karena Shilla sedang asik berbicara. Ia benar-benar mengabaikan mereka. Lucunya. Rio sampai gemas sendiri.

Seketika mereka sudah tiba di depan pintu ruangan besar milik Cakka, setelah sebelumnya mereka bertanya terlebih dahulu pada sekretaris Cakka apa pemuda itu ada diruangannya dan ternyata ada.

"Cakkkaaaa... I miss you so muchhh.." suara melengking Shilla langsung memenuhi ruangan besar nan sunyi begitu pintu dibuka.

Cakka sendiri sampai terkejut, bukan karena surprise kedatangannya yang tiba-tiba tapi karena suara Shilla yang mengagetkannya.

Pemuda itu mengelus dada, lalu menatap Shilla sedikit kesal. "Kamu pulang? Kenapa tidak memberitahu lebih dulu? Jadi aku bisa menjemputmu."

"Tidak perlu." Shilla berjalan masuk. Diikuti Rio kemudian.

Cakka mengernyit, "Kalian kesini bersama?"

"Iya." Jawab Shilla dengan bangganya.

Rio seperti biasa, hanya diam. Bersikap sok cool.

Lalu keduanya duduk di sofa tepat dihadapan Cakka. "Rio yang menjemputmu di Airport?"

"Bukan. Aku bertemu dengannya di makam Ayah tadi."

Cakka mengangguk. Walau ia masih penasaran apa kedua orang itu sudah kembali menjadi pasangan atau belum.

"Oh ya, lihatlah.." Shilla menari-narikan jemarinya dengan lentik dihadapan wajah Cakka. Ia menunjukkan sebuah cincin yang berkilau disana.

"Apa itu? Kamu mendapat bule disana?"

"Itu gue. Itu gue. Bule darimana." sahut Rio kemudian sambil mencibir. Bagaimana Cakka bisa tidak pekaan seperti itu.

Cakka menganga, "Serius? Lo ngelamar Shilla? Kenapa gak izin sama gue dulu?"

"Emangnya harus?" lalu Rio tertawa.

Cakka mencibir, "Jadi kalian juga akan menikah? Kapan?"

"Secepatnya. Kalau perlu bulan depan." sahut Rio kilat.

Shilla menoleh dengan kilat juga, "Hey, aku belum siap kalau bulan depan."

"Yakin nggak siap?" tanya Rio menggodanya sambil tersenyum, yang membuat Shilla mengangkat bahunya dengan tersipu.

"Acara pernikahan gue diadain minggu depan. Kalian juga harus dateng." tutur Cakka yang sedang malas melihat pasangan itu sedang saling menatap.

"Siap." Sahut Shilla.

ΦΦΦ

Keesokan harinya..

"Masih lama?" Shilla yang sedang membaringkan tubuhnya disofa menatap ke arah Rio dengan kesal.

Rio tak menjawab. Pemuda yang sedang memakai kacamata untuk membaca berkas-berkas kantornya itu, benar-benar terlihat sedang sangat fokus.

"Ah aku sebel kalo dicuekin terus." Shilla memanyunkan bibirnya sambil mengangkat tubuhnya dari sofa, ia lalu berjalan keluar ruangan dan begitu meraih kenop pintu, ia berhadapan dengan Ify.

Ify melebarkan matanya, "Loh, kamu ada disini?"

Shilla mengangguk pelan.

"Kapan pulangnya?"

"Pulang apanya?"

"Kapan kamu pulang ke Indonesianya Shilla. Aku nggak tahu. Dan kamu kok bisa ada disini?" Ify juga terlihat sedang memperhatikan pakaian Shilla yang bisa dibilang bukan untuk pertemuan formal. Gadis itu hanya memakai jeans dan kaus polos berwarna hitam dan sepatu.

"Aku ketemu Rio." jawab Shilla seadanya.

Ify mengangguk, "Kalian udah baikan?"

"Mungkin. Hehe.."

"Trus sekarang kamu mau kemana?"

"Mau beli minuman. Males nunggu Rio. Kelamaan." dumel Shilla lalu pamit pergi lebih dulu.

Ify mengangguk lalu berjalan ke dalan ruangan Rio sementara Shilla berjalan keluar. "Sejak kapan kalian baikan?"

Rio mendongak, "Ah kamu disini." ia baru sadar dengan keberadaan Ify.

"Kalian pacaran?"

"Hm.." jawab Rio singkat sambil membereskan berkasnya dan menatap Ify, "Ada apa?"

"Tidak, aku hanya butuh beberapa tanda tanganmu. Setelah itu kamu boleh pergi berkencan." tutur Ify saat ia juga baru menyadari Rio juga hanya memakai tshirt dark blue dan jeans.

Rio tersenyum lalu meraih berkas yang disodorkan Ify, ia menandatanganinya dengan secepat mungkin lalu bangkit dari kursinya, "Duluan ya, dia udah ngomel mulu daritadi." sambil menepuk pundak ify dan berlari kecil meninggalkan ruangan.

"Oke."

ΦΦΦ

Rio tahu pasti Shilla sedang berada di cafe depan A&F Building. Jadi tanpa ia bertanya, ia dengan yakin berjalan kesana dan nyatanya benar. Ia menemukan gadisnya sedang duduk sendirian sambil menikmati ice coffenya.

Pemuda itu tersenyum sambil berjalan pelan, gadis itu duduk dengan posisi memunggunginya jadi sepertinya Shilla juga tidak menyadari kalau Rio sedang berjalan kearahnya.

'Ish sebel. Lama banget.'

'Untung gue sabarnya udah level teratas.'

'Untung gue udah terbiasa sendiri.'

Rio menahan tawanya saat sudah tepat di belakang punggung gadis itu. "Ah masa?" ia menjawil pipi gadis itu dari belakang lalu tangannya berlanjut merebut smoothies gadis itu dan menyedotnya.

Kemudian Rio ikut duduk, disampingnya dan menatap Shilla yang sedang mencibir dengan tatapan manisnya, "Jadi, mau kemana kita hari ini?"

"Nonton. Kamu udah janji kemarin."

"Oke." Rio mengibaskan dua tiket bioskop yang sebelumnya sudah ia pesan.

Rio menarik bibir Shilla yang masih merengut, "Jangan manyun mulu." lalu ia bangkit dan menggandeng Shilla pergi keluar dari cafe tersebut.

"Kenapa pilih film romantis kaya gini?"

"Aku tahu kamu sukanya itu."

Shilla tersenyum-senyum sendiri mendengar jawabannya. Lalu ia menengok ke arah Rio secara tiba-tiba yang sedang mengemudikan mobilnya, "Jadi, kapan kita nikah?"

"Kok kamu yang ngebet."

"Aku udah gak sabar liat senyum kamu di tiap kali aku bangun tidur."

"Uuuu manisnya." Rio mengacak rambut Shilla walau sebenarnya ia geli mendengar ucapan Shilla yang seperti itu.

"Trus nanti kita punya anak yang lucu-lucu. Ah kan gasabar jadinya."

"Kalau mau punya anak sekarang aku juga siap."

Shilla melotot "Ih Rio." refleks tangannya memukul lengan pemuda itu dengan keras.

"Hahaha."

Lalu suasana di mobil itu hening beberapa menit. Tapi tak lama dari itu Rio kembali membuka pembicaraan, "Shill."

"Hm?"

"Makasih ya."

"Makasih soal?"

"Semuanya."

"Apaan sih aku ga paham."

Rio mencibir, "Aku serius. Makasih karna kamu udah mau kasih aku kesempatan lagi. Makasih karna kamu kembali jadi Shilla yang dulu lagi. Makasih karna kamu bikin aku bahagia lagi."

"Ih alay."

"Aku serius loh."

Shilla mencibir lagi, "Iya aku tauuu."

"Jawab apa kek kalau tau."

"Ya aku bingung mau jawab apa. Sama-sama gitu?"

"Ihhh ngeselinnya masih sama aja kaya dulu." Rio sampai kesal sendiri.

Shilla tertawa kecil, "Setiap hubungan pasti ada aja rintangannya kan?" gadis itu tersenyum lebar.

"Walaupun dulu aku sempet nyerah dan gak sanggup. Tapi kalau Tuhan maunya aku sama kamu, aku bisa apa?"

Rio tersenyum, "Kayanya kita harus cepet-cepet nikah deh. Aku takut kamu diambil orang kalau gini jadinya. Haha.."

"Hayukkk.."

"Ih ih.. Cewek ganjen."

"Biarin. Asal kamu tahu, selama tiga bulan lebih aku di Amerika ketemu banyak bule ganteng."

"Terus?"

"Ya kamu harus nikahin aku. Aku ngerelain banyak cowok ganteng demi kamu tahu!"

"Terus mau ke KUA sekarang?"

"Eh jangan. Hehe.." Shilla tersenyum manja lalu menyenderkan kepalanya dengan manja juga ke bahu milik Rio.

ΦΦΦ

Bersambung...

Maaf ya kalau ceritanya makin gajelas. Sumpah udh lama bgt ga nulis dan ini dipaksain 😂

Continue Reading

You'll Also Like

64.8K 3.3K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)πŸ”ž+++
167K 17.5K 49
[TERSEDIA DI DREAME] Karena kita tak lebih dari cerita singkat di malam hari. Bagi Verza, Rensha adalah sahabat terbaiknya. Bagi Rensha, Verza adalah...
928K 96.3K 59
Ferran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya su...
3.8M 328K 69
Part 8 Keatas di PRIVATE! Follow agar bisa terus membaca. terima kasih ^^ Apa yang bisa dilakukan kalau cinta datang tanpa pemberitahuan? Apa y...