Mine - 18

2.4K 149 8
                                    

Ps. Jangan lupa vommentnya ya. Maaf ngaret ^^
.
.
.
.

●○●

     SUARA berisik yang tidak tahu berasal darimana itu terus mengganggu tidur Shilla. Gadis itu menjadi gelisah karena suara berisik itu. Sebuah suara yang ramai, dan juga ada sorot cahaya terang dalam kegelapan di matanya yang sedang tertutup. Menyilaukan. Namun sedetik kemudian, ia melihat sebuah mobil yang melaju ke arahnya bersamaan dengan sorot cahaya tadi. Sorot cahaya yang memang berasal dari lampu mobil itu.

Tubuh Shilla sangat berkeringat karena merasa itu adalah bayangan yang mengerikan. Mobil itu melaju pelan, kearahnya, tapi ia merasa dirinya lah yang melaju cepat menuju mobil tersebut. Mungkin akan terjadi benturan setelah ini. Tapi nyatanya tidak, ia tidak sempat berbenturan dengan mobil tersebut karena matanya lebih dulu terbuka dengan nafas yang terengah-engah.

"Mimpi apa itu?" Shilla bertanya pada dirinya sendiri sambil mengatur nafas. Ia juga tiba-tiba merasa takut padahal itu hanyalah sebuah mimpi.

Gadis itu berjalan keluar kamar, dan mengambil segelas air putih di dapur kemudian membawanya ke kamar.

"Tadi itu ingatan, atau hanya mimpi?" Shilla kembali bertanya-tanya sendiri. Lalu saat itu juga ia berpikir untuk memberitahukannya pada Cakka besok.

Gadis itu kembali membaringkan tubuhnya di ranjang setelah mengambil beberapa teguk air ke tenggorokannya.

●○●

Tentang yang semalam, Shilla memang merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu pada Cakka. Tapi, ia mengurung niatannya karena Cakka lebih dahulu membuka mulut.

"Hari ini kita ke dokter lagi. Kamu sudah mulai mengingat sedikit demi sedikit. Itu bagus." Cakka tersenyum sambil memakan omelet buatan Shilla itu.

Shilla tersenyum tipis, "Cakka semalam aku mimpi buruk. Tapi mimpinya terlihat sangat nyata." Lalu ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.

"Mimpi apa?"

"Aku melihat ada sebuah mobil melaju ke arahku. Sepertinya aku juga sedang membawa mobil."

Tubuh Cakka menegang saat Shilla menjelaskan apa yang ada di mimpinya itu.

"Aku melaju dengan cepat, dan penuh emosi. Kenapa aku menjadi seperti monster dimimpi itu? Aku takut, Cakka."

"Itu hanya mimpi. Biarkan saja." Jawab Cakka sekenanya sambil meneguk susu yang dibuatkan Shilla juga. Padahal ia sudah lama sekali tidak minum susu, setelah umurnya semakin bertambah ia lebih menyukai meminum secangkir teh atau kopi dipagi hari. Tapi sekarang, ia mengalah pada Shilla yang ngotot ingin memberikan susu.

"Tapi aku takut."

"Kenapa harus takut? Kamu punya aku, dan selama ada aku kamu gak perlu takut apapun. Iya kan? Itu yang sering kamu bilang."

"Ah benar." Gadis itu langsung tersenyum lebar seperti biasanya, "Kamu sudah beritahu teman-teman tentang pestaku kan?"

Cakka mengangguk, "Hm, hari ini kamu juga akan bertemu Gladys kan? Aku antar."

"Iya, oh ya, Pricilla sudah kamu hubungi? Aku rindu padanya. Sejak di Indonesia, aku belum bertemu."

"Dia masih di Jerman, tapi nanti dia bakal datang ke pestamu."

Shilla mengangguk, "Baiklah. Teman yang aku tahu hanya dia, jadi pastikan dia datang ya?"

"Ah aku lupa, undang Rio juga ya?" Lanjut Shilla lagi tiba-tiba.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang