Mine - 20

2.8K 154 8
                                    

PS. Jangan lupa vote dan commentnya ya. Tolong jgn biasain jd silent reader okay.. setidaknya vote yg cuma satu kali klik. Mksh... ^^

❤❤

     SELEPAS kedua orang tadi pergi, Shilla masih menatap manik mata Cakka dengan lekat. Ia memang butuh jawaban. Tapi sepertinya Cakka tidak akan berbicara apa-apa tentang ucapannya tadi.

"Kita makan siang dirumah aja. Gimana?" Akhirnya Cakka membuka suara, setelah cukup lama saling terdiam.

Shilla mengangguk pelan, dan gadis itu berjalan membuntuti langkah Cakka yang lebih dulu pergi.

◎○◎

Rio melangkah santai menuju mobilnya diparkiran. Ia benar-benar seperti tidak terpengaruh oleh apa yang dilihatnya tadi.

Hanya saja, ia mulai bereaksi aneh saat sudah duduk di dalam mobilnya. Ia mengacak rambut lalu menyandarkan keningnya pada kemudi dihadapannya. "Ah apa yang aku pikirkan." Gumamnya sendiri. Ia menyalahkan sesuatu yang sedang ia pikirkan itu.

Pemuda itu memang menghabiskan waktu cukup lama didalam mobil tanpa beranjak keluar dari parkiran itu.

"Benar, dia memang harus membenciku."

Lalu, ia mulai menjalankan mobilnya dan beranjak pergi.

◎○◎

Cakka tersenyum saat melihat Shilla mencoba memasakkan sesuatu untuknya di dapur. Kini ia hanya duduk manis di meja makan sambil memperhatikan Shilla yang akan menyidangkan makanan padanya.

"Kamu belajar masak?"

"Hm, dari Bibi."

"Sejak kapan?"

"Sejak di Amerika."

Cakka mengernyit, "Benarkah?"

"Hm, benar. Tapi aku hanya memasak untuk diriku sendiri."

"Kenapa tidak pernah memasakkannya untukku?"

Shilla mendekat sambil membawa makanan untuk dihidangkan di meja makan, "Aku takut kamu tidak menyukainya." Jawab Shilla kemudian.

"Sekarang nggak takut?"

"Hm, sedikit."

Cakka tertawa lalu meraih sendok di dekatnya dan mencoba mencicipi sup yang baru saja Shilla bawa.

"Bagaimana?"

"Hm, enak kok. Ayo kita makan bareng." Shilla mengangguk dan duduk berhadapan dengan Cakka.

Setiap gerak tubuh Cakka saat makan, Shilla mengamatinya. Namun, beberapa saat kemudian Cakka menyadari hal itu dan membalas tatapan Shilla, "Kenapa?"

"Saat sudah tunangan nanti, apa kamu bakal tinggal disini?"

"Mungkin saja."

"Apa mereka tidak berlebihan? Ah maksudku, kamu dan aku kan belum menikah. Apa itu tidak apa-apa?"

Cakka mengangkat bahunya, "Kita tidak akan tinggal berdua kan? Masih ada Bibi, supirmu dan nanti juga bakal ada supirku."

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang