Mocca Hallow

By MelindaAdelia

291K 22.8K 2.4K

[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan seb... More

Prolog
Chapter 1 : Labu
Chapter 2 : Gerbang
Chapter 3 : Kasur
Chapter 4 : Kamar
Chapter 5 : Pakaian
Chapter 6 : Langit
Chapter 7 : Dapur
Chapter 8 : Es Krim
Chapter 9 : Tangga
Chapter 10 : Tidur
Chapter 11 : Jawab
Chapter 12 : Makan
Chapter 13 : Malu
Chapter 14 : Diam
Chapter 15 : Teman
Chapter 16 : Kelas
Chapter 17 : Violet
Chapter 18 : Egois
Chapter 19 : Perpustakaan
Chapter 20 : Reaksi
Chapter 21 : Lixadian
Chapter 22 : Maaf
Chapter 23 : Surat
Chapter 24 : Hukuman
Chapter 25 : Kue
Chapter 26 : Kesal
Chapter 27 : Vampir
Chapter 28 : Sisi
Chapter 29 : Pasir
Chapter 30 : Jahat
Chapter 31 : Lezat
Chapter 32 : Harapan
Chapter 33 : Bukan
Chapter 34 : Kembali
Chapter 35 : Cokelat (1)
Chapter 37 : Cokelat (3)
Chapter 38 : Sakit
Chapter 39 : Lucu
Chapter 40 : Kenapa
Chapter 41 : Alunan
Chapter 42 : Kejutan
Chapter 43 : Gagal
Chapter 44 : Hadiah
Chapter 45 : Phrygian
Chapter 46 : Malam
Chapter 47 : Merah
Chapter 48 : Dingin
Chapter 49 : Api
Chapter 50 : Kuasa
Chapter 51 : Pengikut
Chapter 53 : Cinta
Chapter 52 : Terakhir
Chapter 54 : Salah
Chapter 55 : Jangan
Chapter 56 : Damai
Chapter 57 : Debat (1)
Chapter 58 : Debat (2)
Epilog
CERITA BARU

Chapter 36 : Cokelat (2)

2.8K 259 9
By MelindaAdelia

Mocca's PoV

Di hadapan Hallow, aku berusaha bersikap biasa saja. Tunggu, aku memang selalu bersikap seperti biasanya, bukan? Lalu, kenapa melihat Hallow rasanya mau memukul perutnya? Dan ... melihat cokelat itu di tangan Hallow, aku inginnya cokelat itu berada di tanganku. Bukan untuk memakan cokelat itu, tapi yang aku inginkan adalah meletakkan cokelat itu di tempat sampah.

"Hal-low!" Suara gugup dari seorang gadis itu terdengar jelas di telingaku.

Panas. Telingaku panas.

Aku berusaha tidak memperhatikan gadis dari kelas sebelah itu mengobrol malu-malu dengan Hallow yang sudah lebih dulu membereskan alat tulis dan bukunya ke dalam tas. Tapi, mataku tetap menuju ke arah pintu kelas, di mana Hallow dan gadis itu tengah mengobrol dan kadang mereka tertawa bersama.

Mereka harus tahu bahwa ini tidak lucu. Namun, aku hanya bisa diam dengan memendam.

Di depan gerbang sekolah, aku dan yang lain menunggu kereta kuda datang dan pulangnya semua murid agar tidak ada yang melihat kereta kuda dari kerajaan menuju Akademi Housran.

Begitu juga dengan Belza dan Jeky. Sambil menunggu, mereka melakukan kegiatan masing-masing. Belza berbicara dengan seekor kucing yang dia hampiri. Lalu Jeky tengah berbincang dengan Reo.

"Hei, aku lihat akhir-akhir ini kau sering muncul. Siapa namamu?" tanya Jeky kepada Reo seraya merangkul Reo seakan mereka sudah lama berteman.

"Nama saya Reo, Pange-maksudku-namaku Reo," jawab Reo nyaris mengatakan Jeky 'Pangeran' dan sempat berbicara formal.

"Oh, Reo. Tenang, teman. Kau tidak perlu seformal itu ke aku. Kita, kan, teman," santai Jeky, tertawa-tawa sambil menepuk-nepuk punggung Reo.

Reo hanya merespon Jeky dengan tawa yang hambar. Dia terlihat risih jika di dekat Jeky. Haha, Reo lucu juga. Mereka masih mengobrol, walaupun aku lihat Reo terlihat ingin menutup obrolan, Jeky tidak bosannya membicarakan banyak hal ke Reo. Melihat tingkah laku mereka membuatku lumayan terhibur.

Kemudian aku melihat Beethov dan Greethov sedang bermain suit. Permainan itu membosankan, namun mimik mereka terlihat menikmati permainan yang mereka mainkan.

Selanjutnya ...

Ah aku malas melihatnya.

"Mocca."

"Hm?"

"Marah?"

"Tidak."

"Lantas, kenapa kau tidak menoleh padaku?"

"Harus, ya?"

"Marah, nih?"

"Tidak, tuh."

"Kalau tidak, lihat ke sini."

Penuh paksa, aku akhirnya mengarahkan wajahku padanya. Tampak mata biru langit itu tidak sabar melihat mataku. Dia tersenyum hangat, lalu mendadak bebek.

"Tuh, memang marah, kan?"

Akhirnya ketahuan. Sekeras bagaimana pun aku sembunyikan, nantinya pasti akan ketahuan.

Tanganku mengarah ke dada Hallow, mendorong tubuh itu menjauh dariku. Perasaanku campur aduk. Jantungku berdetak tidak nyaman saat aku mendorong dirinya, namun begitulah yang aku inginkan sekarang, diriku MARAH. Puas??

"Mungkin tidak semudah itu aku bisa mendapatkan seorang cowok bangsawan sepertimu. Walaupun aku tidak pernah menginginkan cowok bangsawan, setidaknya aku harus bersyukur sudah mengenalmu dengan baik sejauh ini," kataku melihatnya membelalak tidak mengerti maksudku.

Ya, dia tidak akan mengerti, karena aku tidak mau mengatakan kalau aku kecewa padanya.

"Apa maksudmu, Mocca? Kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Kesalahan apa yang telah aku lakukan? Aku tidak mau kau marah padaku, jadi katakan kesalahan apa yang aku lakukan sehingga membuatmu marah?" tanya Hallow mencoba mengerti, tangannya berusaha meraihku.

Namun aku langsung mengelak sebelum tangan itu meraih wajahku. Disaat itulah Hallow terhenyak. Sedikit mengepalkan tangannya karena tidak bisa meraihku, dia hanya bisa menatapku.

Terlihat di matanya, dia sedih tidak bisa menyentuh diriku setitik pun.

"Yang Mulia, keretanya sudah tiba," kata Reo kembali formal dan aku lihat murid-murid yang berlalu keluar dari sekolah sudah tidak ada lagi. Sekolah sudah sepi.

Hallow tidak menjawab. Masih menatapku, seakan berharap dia bisa menyentuh wajahku lagi.

Aku memutuskan kontak mata melewati Hallow, menghampiri Reo yang sedang bingung melihat Rajanya tidak menanggapi kata-katanya.

"Sepertinya dia sedang melamun. Sadarkan dia untuk segera masuk ke dalam kereta," perintahku kepada Reo lalu berlenggang masuk ke dalam kereta.

* * *

Malam harinya, tubuhku terasa dingin karena mungkin dari cuaca yang sedang turun hujan lebat. Colla memilihkanku baju tidur yang lebih tebal dari yang biasanya agar suhu tubuhku tetap normal.

"Kau kalah!"

Itulah seruan heboh Jeky Phrygian yang terdengar membahana sampai diriku yang tengah sibuk belajar, tertarik untuk menengok ke ruang tengah istana.

Sudah pasti, dia sedang bermain. Tapi kali ini, bukan dengan Hallow, melainkan Reo. Ternyata mereka sedang adu panco. Dan aku baru tahu kalau Pangeran penyuka permainan apa saja itu berada di sini, sedang santainya bermain.

Sedari tadi, mataku beralih pandangan. Ada yang aku cari. Tapi, kenapa tidak ada? Entahlah, mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang raja.

Kepalaku menggeleng kuat. Kenapa aku mencarinya? Untuk apa? Dia hanya membuatku kesal atau mungkin lebih tepatnya marah. Dia menyebalkan. Rese. Bego. Semuanya aneh!

"Hehe," Reo hanya terkekeh kecil, masih canggung.

"Hei! Sudah aku bilang bersikap santai dan biasa saja. Lagi pula, aku dengar umurmu lebih tua dibanding umurku," Jeky melayangkan meja yang memisahkan jaraknya dengan Reo dengan sekali jentikan sihir lalu merangkul Reo. Meja itu mendarat dengan sedikit hentakan, "Kau bahkan lebih menyenangkan dari pada Hallow."

"Jadi, mulai sekarang kau tidak akan bermain denganku lagi?"

Mataku ke sana ke mari mencari sumber suara itu. Suara Hallow terdengar dekat tapi wujudnya tidak tahu ada di mana.

"Ah! Ya ampun! Hallow cemburu, pemirsa!"

Aku tertawa kecil. Terdengar lucu menurutku. Hallow cemburu hanya karena sekarang Jeky bermain dengan Reo menggantikan Hallow. Aku ingin tahu di mana Hallow berdiri sekarang, karena helaan napas berat Hallow terdengar jelas di telingaku. Atau jangan-jangan ...

"Heh! Kalau bicara jaga! Ingat dulu bicara dengan siapa kau??"

"Dengan Hallow Mixolydian, Raja yang telah bangkit penuh harapan baru karena cinta!"

"Kau bisa pergi dari istanaku sekarang? Aku ingin tidur dengan tenang saja tidak bisa karena mendengar kehebohanmu dengan Reo bermain hampir jam tengah malam begini."

Aku menoleh ke kiri.

Tidak ada Hallow.

Kanan. Tidak ada juga. Belakang? Juga tidak. Terakhir? Di atas.

"Aku baru tahu lantai yang sedang aku pijak sekarang adalah atap istanamu yang baru," kataku datar melihat Hallow berdiri di atas atap, aku jadi teringat kelelawar yang suka tidur di atas dengan posisi menggantung terbalik kepala ke bawah sedangkan kaki di atas. Tapi bedanya, dia menggunakan sihir.

Hallow mengarahkan matanya padaku, tersenyum. "Kau selalu menghindariku. Jadi, aku bisa mendekatimu tanpa perlu kau hindari. Jeky, sebaiknya kau pulang sekarang sebelum aku akan menendangmu ke langit bergabung dengan bintang."

"Huh. Tidak mau!"

"Reo, kau urus si Pangeran Jeky. Aku dan Mocca ingin ke kamar. Waktunya kami tidur."

Reo membungkuk untuk Hallow. "Baik, Yang Mulia," Lalu dia kembali menghadap Jeky dan memberi hormat. "Pangeran Jeky, sebaiknya Anda pulang ke istana Anda. Besok Anda bisa bertemu dengan saya dan bermain lagi di lain waktu. Terima kasih atas segala yang Anda berikan hari ini."

Jeky merengut. Menghela napas, lalu mendadak dia memeluk Reo seraya menepuk-nepuk punggung Reo.

"Sama-sama! Kalau begitu, bye-bye! Dah juga, Raja dan Ratu Mixolydian! Sampai jumpa besok di sekolah!"

Reo mengantarkan Jeky sampai di depan kereta dan membuka kereta kuda itu untuk Jeky. Kereta kuda kerajaan Phrygian itu pun jalan dengan damai keluar dari halaman istana kerajaan Mixolydian.

Hallow turun dari atas dia berdiri, tepat mendarat di depanku. Dia sedikit mengangkat sebelah tangannya. Namun dia urungkan dan malah mengepal ringan. Dia masih tahu bahwa aku masih tidak ingin disentuh olehnya. Dia berjalan melewatiku.

"Ayo tidur."

Dua patah kata yang anehnya menusukku. Nadanya dingin dan wajahnya datar. Apa itu sikap yang Hallow punya sebelum aku bertemu dengannya?

* * *

Di kasur yang luas ini, aku menjaga jarak. Dengan risih, aku berpura-pura tidur nyenyak. Sekali-kali aku menengok ke belakang. Tampak Hallow menutup mata langit siangnya. Tidak ada tanda-tanda dia masih terjaga. Atau, dia juga sedang pura-pura tidur. Hm, mari aku cek.

Pelan-pelan, aku membalikkan posisiku padanya, namun masih membuat jarak. Jari telunjuk kuacungkan, mengarahkan ke sebelah pipinya. Sekali sentuh, aku langsung menjauhkan tanganku dan kembali ke posisi awalku berbaring, tidak menghadapnya. Merasa tidak ada respon, aku mengintip lagi. Dia masih berada di posisi tidurnya.

Jariku menekan pipinya lagi. Tidak ada respon yang membuatnya risih atau terjaga. Sampai lima kali, akhirnya aku yakin, dia sudah tidur nyenyak setelah aku diam selama 1 jam ini. Usahaku tidak sia-sia.

Aku akan menjalankan rencanaku.

Tubuhku beranjak dari kasur secara perlahan dan waspada. Sekali-kali melihat Hallow jikalau dia tiba-tiba bangun. Sampai aku sudah berdiri di lantai, kakiku berjingkat-jingkat meraih pintu. Menarik gagang pintu yang tidak terkunci dengan sangat lembut. Dan ... aku berhasil keluar dari kamar.

Yes.

Langsung saja aku menuju dapur istana, tempat di mana aku akan memulai rencanaku.

Di dapur, aku melihat Lof dan Chino sedang memasak sesuatu. Aku pikir semua pelayan istana sudah tidur. Dan seharusnya mereka sudah berada di kamar masing-masing.

Pintu dapur ini berdecit, menimbulkan dua kepala itu menoleh pada sumber suara. Melihat diriku yang membuka pintu, mereka langsung membungkuk hormat.

"Yang Mulia Ratu."

Panggilan yang terlalu cepat untuk diriku pakai, karena aku belum menikah dengan Hallow. Selama Hallow mengatakan itu tidak apa-apa, tetap saja panggilan terhormat itu sedikit merisihkanku. Aku akan berusaha terbiasa.

"Sudah malam dan para pelayan sudah menyelesaikan pekerjaan. Kenapa tidak tidur?" tanyaku sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Maaf, Yang Mulia. Saya sedang mengajari Chino cara memasak sayuran. Tapi, karena waktu berjalan tidak terasa, kami jadi lupa waktu," jawab Lof membungkuk untuk yang kedua kali.

"Hm, kalian belum mengantuk?" tanyaku lagi.

"Belum, sih, Yang Mulia," jawab Chino lebih dulu.

Aku tersenyum lebar. Rencanaku akan berjalan lebih cepat jika ada beberapa pasukan yang siap membantu.

"Kalau begitu, bantu aku membuat cokelat. Bisa?"

Lof terdiam sebentar. Sedangkan Chino mengangguk-angguk menyetujui dirinya akan membantu.

"Yang Mulia, kalau boleh saya tahu, cokelatnya untuk siapa?" tanya Lof.

"Untuk Hallow. Aku ingin dia menelan semua cokelat buatanku," jawabku asal.

Ya, memang cokelat yang ingin aku buat itu untuk diberikan pada Hallow. Tapi sepertinya kata 'menelan' tidak cocok didengar, malah terdengar kasar. Sayangnya aku tidak peduli.

"Baiklah, Kak! Sudah pasti aku akan membantu!" kata Chino berbicara tak formal, sehingga Lof langsung menjitak kepalanya.

"Tidak apa-apa, Lof. Selagi tidak ada Hallow di sini, dia boleh berbicara tidak formal padaku. Lagi pula dia itu adikku. Kau mau membantuku, Chino? Sip!"

Lof menggaruk tengkuknya. "Tapi, Ratu.."

"Kau mau membantuku juga, kan? Oke, kalau begitu mulai dari mencari beberapa potong cokelat," potongku tanpa memperdulikan kata-kata Lof.

"Saya ingin membantu, tapi, Ratu-"

"Lof, waktuku tidak banyak. Aku akan ketahuan keluar dari kamar oleh Hallow jika tidak bergerak cepat sedikit saja. Setelah menyelesaikan ini, aku akan kembali ke kamar dan tidur. Kau bisa mengerti keadaanku, kan?"

Lof menghela napas. Dia membungkuk hormat pertanda mengerti.

Malam itu juga aku menjalankan rencanaku yang sebenarnya tidak terlalu penting. Tapi, hatiku berkobar untuk membuat cokelat. Aku yakin, cokelat buatanku akan lebih enak dari pada cokelat milik gadis dari kelas sebelah itu.

Memakan waktu 1 setengah jam untuk membuat cokelat. Chino sangat bersemangat membantuku. Sedangkan Lof terlihat memasang wajah gelisah. Sampai selesai cokelatnya jadi, Lof terus-terusan bercucuran keringat. Padahal cuacanya lumayan dingin.

Cokelat itu Chino masukkan ke dalam lemari es agar cokelatnya dingin. Setelah melihat mereka berdua menuju ke kamar masing-masing, aku juga ikut menuju kamar di mana aku tidur dengan Hallow. Tidak terasa aku telah terbiasa sekamar dengan seseorang. Dan orang yang sekamar denganku adalah orang yang memimpin kota Mejiktorn ini, Raja Mixolydian.

Mengendap-endap, aku masuk ke dalam kamar. Tampak di kasur itu ada Hallow masih terbaring nyaman. Posisi tidurnya sudah berubah dari sebelumnya. Terlentang.

Di mana aku akan berbaring?

🍫TO BE CONTINUE ...

Continue Reading

You'll Also Like

126K 6.2K 13
☑️ tanda chapter yang sudah direvisi *bila terdapat perbedaan dengan cerita sebelum revisi itu dikarenakan perubahan beberapa adegan. Tapi tidak mer...
30.5K 2K 33
seorang namja cantik yg dijodohkan dengan CEO Tampan, tapi perjodohan itu tidak diterima baik oleh laki-laki yg dijodohkan dengannya. Namja cantik it...
298K 30.1K 26
Di bawah laut terdapat Kerajaan putri duyung bernama "Seashania" yg agung. Namun terdapat satu putri duyung yang berbeda dari yang lain.
23.9K 922 12
Kelanjutan UNPAID Season 1 Masih dengan karakter yang sama bersama beberapa tokoh baru dan akan banyak kejutan didalamnya. ☑️ tanda chapter yang suda...