Website Pribadi untuk Para Ps...

By Rahmater

61.2K 4.8K 532

#1 Terror Series Hidup ini penuh dengan misteri, bisa kau bayangkan jika dirimu dikelilingi oleh pembunuh... More

PART 1 - PRIA MISTERIUS
PART 2 - SECARIK KERTAS
PART 3 - WEB PRIBADI
PART 4 - TEROR
PART 5 - HALU
PART 6 - NOSTALGIA
PART 7 - HOUSE OF AMBER STREET (1)
PART 8 - HOUSE OF AMBER STREET (2)
PART 9 - AKU MELANGGARNYA!
PART 10 - PERMAINAN HIDUP DAN MATI
PART 11 - KEMATIAN DERY
PART 12 - WANITA BERGAUN MERAH
PART 13 - LONIA
PART 14 - SANG PENYELAMAT
PART 15 - PENYESALAN
PART 16 - SEBELUM PUKUL SEPULUH
PART 18 - VENTRILOQUIST
PART 19 - BAKAR MEDIUMNYA!
PART 20 - HILANG
PART 21 - PERLAWANAN
PART 22 - TEODOR

PART 17 - IPOVLOPSYCHOPHOBIA

1.8K 129 9
By Rahmater

Kami berdua telah berhasil menuruni setapak demi setapak anak tangga. Kini aku dan Lonia sudah berada di depan jalan menunggu mobil taksi untuk kami tumpangi. Lonia fokus menatap jalan besar di depannya. Sementara aku, Entahlah. Pikiran-ku sangat kacau dan tubuhku terasa amat letih akibat perlakuan pria tua itu. Aku berharap bisa menghabisi nyawanya secepat yang ku bisa. Mataku menatap ke depan dengan tatapan kosong. Aku sendiri tidak tahu apa yang sedang kulihat. Kurasa aku mulai gila.

Tak lama setelah itu, sebuah mobil kuning berhenti di hapadan kami. Aku tersadar dari lamunan yang tidak berguna. Aku merasa seseorang sedang memperhatikanku, langsung saja aku menoleh ke arah yang ditunjuk instingku. Ternyata benar saja. Lonia menatapku dengan tatapan bingung.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Lonia memastikan.

Aku hanya mengangguk.

"Oh, ayolah! Ku tau harimu sangat berat. Bersabarlah."

"Terima kasih atas semua bantuanmu, Lonia."

Sebuah pelukan berhasil mendarat di tubuh Lonia. Aku tidak peduli dengan pria yang sedang mengendarai mobil taksi di depan kami. bisa kurasakan tubuh Lonia menegang dan sedikit risih dengan pelukanku. 

"Baiklah sudah cukup."

Lonia menjauhkan tubuhnya dariku. wajahnya mengeluarkan rona merah yang setara dengan warna tomat segar. Bisa kulihat dari kaca diatas sang pengemudi, ia hanya menoleh ke arah kami sebentar kemudian tersenyum dan pandangannya kembali terfokus pada jalan.

"Selama aku hidup, baru kali ini seorang wanita memelukku sangat erat."

"Benarkah? Bagaimana dengan ibu-mu?" Tanyaku polos.

Lonia terkekeh dan mengeluarkan senyuman khasnya, Senyuman arogan. setelah itu ia hanya terdiam membisu.

"Ada apa dengan ibumu?"

Aku terus mendesaknya dengan pertanyaan. Berharap ia mempercayai diriku untuk menuangkan segala cerita masa lalunya.

"Ayolah! walaupun kita belum lama saling mengenal. tapi aku orang yang bisa dipercaya. Aku janji."

Pada akhirnya, Lonia luluh dan menceritakan semua kisahnya di masa lalu. Aku sempat tidak percaya, wanita sempurna sepertinya memiliki masa lalu yang kelam. Ayahnya pergi ketika usianya menginjak 8 tahun. semenjak itu, ibunya lah yang harus menjadi tulang punggung untuk menghidupi Lonia. Tapi pada kenyataannya, kehidupan tak semudah meremukkan kertas dengan tangan telanjang. Ibunya terlibat kasus pembunuhan seorang anak dari pria nomor satu di Amber Town. Semenjak itu, sikap ibunya berubah drastis. Ia sering mengucapkan kalimat aneh di kamar ketika malam. Dan titik puncaknya ketika ibunya sering bertingkah tidak masuk akal dan mencoba membunuh Lonia yang masih berusia sekitar 9 tahun ketika itu. Kemudian ia tidak melanjutkan ceritanya setelah itu.

"Tampilan seseorang bisa saja menipu, Nad."

Kurasa Lonia baru saja memberikan satu lagi pelajaran yang berharga untuk diriku. walaupun sosoknya sedikit angkuh, Lonia tetaplah Lonia yang banyak memberikan pelajaran tentang kehidupan bagiku.

"Baiklah kita sampai," teriaknya semangat.

"Ini adalah rumah nenek-ku. setelah kepergian ibu, aku dirawat oleh sosok wanita yang hebat yaitu nenek." timpalnya lagi.

Mobil taksi kami berhenti tepat di depan rumahnya. Rumah yang cukup besar dihiasi dengan pagar kayu jati yang mendulang sebagai pembatas. 

"Kau tahu, nenek pasti khawatir denganku. sejak teror bodoh itu, aku belum bertemu dengannya lagi."

Wajahnya kini sangat ceria. aku sangat senang melihat wajah cerianya, karena sangat Limited untuk melihat hal tersebut.

"Kalau begitu langsung saja kita masuk."

Dekapan tangannya pada tanganku berhasil membuatku terbawa. tarikannya cukup kencang hingga aku tidak bisa mengendalikan tubuhku.

"Nenek!!!" teriak Lonia antusias.

"Bagaimana Nenekmu bisa mendengar? rumah ini terlalu besar. tekan saja belnya."

Senyuman kekanakan ia lontarkan. ekspresi malu memenuhi wajahnya, kini wajahnya kembali mengeluarkan rona merah.

"Hehe, Aku terlalu excited untuk pulang dan bertemu dengan nenek."

Setelah tiga kali menekan, muncul seorang wanita tua dari balik pintu. Bibirnya yang tipis seketika melengkung keatas hingga terangkat ketika melihat tamu yang datang. Sedikit terpampang rangkaian gigi putih yang sudah tak rapih susunannya.

"Nenek!!!"

Seketika sambaran pelukan berhasil mendarat pada tubuh wanita tua di depannya.

"Kemana saja kamu? Nenek Khawatir. Dan siapa yang kamu bawa?" Tanya-nya sambil melirik ke arahku. 

"Oh, aku lupa. Nek, ini Denada. Teman baruku,"

Setiap sudut bibirku langsung terangkat. Aku tersenyum, dan kubungkukkan tubuhku sedikit sebagai simbol perkenalan.

"Salam kenal, Denada. Panggil saja aku dengan sebutan Nek Roman." Tukasnya lembut.

"Baik, Nek Roman." Sahutku dengan sopan.

"Silahkan masuk ke rumah kami yang sederhana ini." ajak Nek Roman dengan ramah. aku hanya mengangguk sebagai tanda menyetujui ajakannya. 

Bagaimana bisa ia menyebut rumah sebesar ini dengan sebutan 'Sederhana'. Ketika melihat bagian depan rumah ini saja sudah membuat ternganga-nganga. Jika dibandingkan dengan rumah di sekitarnya, kurasa rumah Nek Roman-lah yang paling besar dan mewah.

Aku berjalan mengikuti langkah Nek Roman dan Lonia. Dan tibalah kami di ruangan yang cukup besar yaitu ruang keluarga. Sepertinya. 

"Silahkan duduk, aku akan membuatkan minum." Perintah Nek Roman yang langsung saja kuturuti. ia melangkah menjauh menuju lorong yang di depannya terdapat sebuah ruangan. nampaknya ia menuju dapur. 

"Aku punya rencana untuk terbebas dari semua teror ini." Ujarku. Lonia langsung menegakkan duduknya dan memperhatikanku.

"Apa?" Tanya Lonia singkat. aku langsung menjelaskannya secara detail tentang rencana-ku ini. Lonia mendengarkan dengan serius dan sesekali menimpali omonganku. Setelah selesai menjelaskan, Lonia tersenyum picik dan menganggukan kepalanya pelan.

"Ayo kita mulai!"

Aku tersenyum mendengar hal itu. Ternyata tidak sulit mengajak Lonia bekerja sama. Kupikir harus dengan cara khusus agar Lonia mau menyetujui rencana-ku ini, ternyata tidak.

Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk pergi ke rumah lama ibuku. Kau tahu bukan, ibu sudah lama tinggal di rumah Amber Street dan menelantari rumahnya sendiri. Pasti banyak hal yang akan kami temukan di rumah lama ibu mengenai pria tua itu dan juga Marry Daisy.

Kami berpamitan kepada Nek Roman dan segera berjalan meninggalkan rumah besar nan mewah ini. Setelah mendengarkan cerita dari Lonia semalam, tampaknya Nek Roman mempersilahkan kami pergi dan tak lupa juga ia mendoakan agar teror ini segera berakhir.

"Apa kau siap?" Tanya Lonia memastikan. kami berdiri di depan pintu gerbang yang berpapasan dengan jalan besar. aku menatap Lonia mantap dan mengangguk percaya diri. Tidak ada peralatan khusus dalam penyelidikan ini. kami hanya membawa beberapa alat bantu seperti gunting, pemantik, botol berisi minyak, tali tambang, dan juga stopwatch emas milik ibu. Kami menunggu kendaraan yang akan membawa kami ke tempat itu, lebih tepatnya kendaraan yang biasa kugunakan. Tak ada perbincangan antara aku dan Lonia selama menunggu. Masing-masing dari kami hanya fokus memperhatikan jalan yang sedikit padat dengan kendaraan bermobil.

Tak lama, sebuah mobil sedan berwarna kuning yang berhiaskan pelang bertuliskan 'Taxi' pada atapnya berjalan mendekat ke arah kami.

Tak perlu menunggu lama, kami langsung setengah melambai dan mobil itu pun langsung menghampiri kami.

"Tolong antarkan kami ke Margo Street." ujar Lonia kepada pria di depan kami yang langsung di balas dengan anggukan kepala.

Kami-pun tiba di sebuah rumah yang sederhana, Tempat aku dan ibu menghabiskan waktu bersama waktu kecil. Tapi semua itu sudah berubah, suasana seperti itu tidak akan aku dapatkan lagi sekarang.

"Ayo kita masuk." ajak Lonia yang langsung menarik tanganku, membuyarkan segala lamunan tentang masa kecilku.

Kami pun menyusuri ruangan pertama yang kami jumpai, ruang tamu. Semua barang yang ada di sini masih tersusun lengkap seperti terakhhir kali aku berkunjung.

Aku dan Lonia memilih untuk berpencar. Aku menelusuri seluruh ruangan yang ada di lantai bawah, sementara Lonia menelusuri lantai atas.

"Beritahu aku jika menemukan petunjuk." ucap Lonia yang langsung berlari kecil menuju tangga.

Aku berjalan menuju laci rak yang sebelumnya sudah pernah ku geledah. Ku ambil setumpuk kertas di atas laci rak tersebut dan melihatnya satu per satu. 

Hingga pada kertas terakhir, aku tidak menemukan petunjuk apapun selain kertas yang berisi daftar belanja dan foto-foto keluargaku.

Aku tidak menyerah dan berjalan menuju ruangan selanjutnya. Sebuah pintu kayu berdiri tegak di hadapanku, pintu yang cat-nya sudah sedikit mengelupas menjadi ornamen keantikan barang tersebut. Ditambah dengan kenop pintu yang sedikit menjuntai.

Dengan sedikit usaha, aku berhasil membuka pintu tua tersebut. Betapa terkejutnya diriku ketika melihat seisi ruangan ini. pemandangan yang amat mengerikan terekam jelas di kedua mataku. Ya, sangat mengerikan. Coretan krayon merah-entahlah aku tidak dapat memastikan bahwa itu benar krayon-menghiasi dinding ruangan ini dengan tulisan-tulisan yang aku tidak dapat mengerti, juga sebuah lemari yang terkulai di lantai dengan beberapa serpihan kayu yang berserakan di sekitarnya. 

Aku berjalan menyusuri ruangan ini dengan penuh harap dan rasa cemas. Aku terus berjalan perlahan sambil memperhatikan sekitar, aku berharap menemukan sebuah objek yang akan ku jadikan pelerai sekaligus petunjuk dari semua teror bodoh ini. Kuperhatikan satu per satu coretan merah di dinding, tapi tak ada satupun yang dapat ku mengerti. Sebuah tulisan mengalihkan perhatianku. Tulisan itu adalah kalimat yang sering di ucapkan oleh ibu atau mungkin Marry Daisy.

Ik ben de moeder van een moordenaar.

dan juga beberapa kalimat yang merupakan sebuah peringatan,

Ik werd bevolen om je zoon te doden! en laat hem aan mij.het boek lezen en te doden!

Dood!

Dood!

Dood!

Arggh! Lama-lama aku bisa gila membaca semua kata-kata ini. lebih baik aku melupakannya untuk sementara dan fokus pada tujuan utamaku. Aku mencoba mengangkat sedikit lemari yang tertidur di lantai ini dengan sisa tenaga yang kumiliki. Dewi batinku mengatakan ada sesuatu yang aneh di bawah lemari tersebut.

Kali ini dewi batinku benar, aku berhasil menemukan Album foto usang dilapisi sampul berwarna hitam, menurutku bisa dijadikan sebuah petunjuk. Terdapat catatan di halaman pertama,

Tidak ada hal yang bisa membuatku bahagia selain menghabiskan setiap menit bersama orang yang paling kucinta, Robert. Ya, dialah satu-satunya orang yang membuatku bahagia. Robert memberikan album foto ini pada hari yang menurutku bersejarah. Aku ingat saat itu Robert mengajakku pergi ke San Marta Beach tepat pada ulang tahun pernikahan kami yang ketiga. Hari itu aku mengabadikan beberapa momen yang menurutku sangat berharga dan untuk mengisi kekosongan di album baru kami. Dan sejak hari itu, sifat Robert berubah dan semakin hari kian memburuk. Ia tidak pernah berbicara saling menatap denganku, ia lebih sering menyendiri di kamar dan puncaknya ketika Robert tertangkap basah sedang menangis di sudut kamar. Ketika mengalami hal itu, aku langsung membawa Robert ke psikiater untuk memeriksa kondisi kejiwaannya dan tanpa kuduga phobia yang sejak dulu ia sembunyikan, terungkap. ia memiliki phobia yang amat langkah pada masa itu yaitu Ipovlopsychophobia. setelah dijelaskan mengenai phobia tersebut, aku terkejut mendengarnya. Ternyata seseorang bisa mengalami gangguan kejiwaan setelah dirinya di abadikan dengan kamera dan begitulah yang Robert alami sejak aku mengambil gambar bersamanya di San Marta Beach. Tapi Robert bisa kembali pulih jika dirinya di jauhkan dengan segala hal yang berhubungan dengan gambar dirinya. Entah, perkataan itu seakan hanya sebagai penenang, sikap Robert semakin hari semakin memburuk. Robert mencoba membunuhku dengan melemparkan pisau dan tatapan matanya pada saat itu sangat menyeramkan dan aku tahu itu bukan Robert. Hingga hari ini, hari di mana aku menulis catatan ini, Robert masih terus mencoba membunuhku. Oh Robert andai saja aku mengetahui itu semua, pasti hal ini tidak akan terjadi. Maafkan aku, Robert.

17 Maret 1978, 
Marry Daisy.

Setelah membaca catatan itu, aku membuka halaman berikutnya. Aku amat terkejut ketika disuguhi gambar seorang pria tua. Bukan pria tua biasa, Ya, dia pria tua biadab!

Sontak, aku berteriak memanggil Lonia. Ternyata, Lonia sudah berdiri mematung di depan pintu sambil menatap tulisan di hadapannya dengan mata terbuka lebar. 

"Dia akan membunuhmu, Denada." ucap Lonia masih dengan tatapan sebelumnya. Rasa takut kembali menggebu-gebu di dalam diriku. 

Tiba-tiba saja suara dobrakan pintu terdengar nyaring di dinding telingaku.

"DOOD!!!!"

***

Hai, Ketemu lagi sama gw. Semoga aja masih pada inget ya sama alur ceritanya ya :v

Maaf banget kalo banyak kalimat yang gk efektif di part ini, karena belum ada revisi sama sekali. tolong bantu di comment kalo ada kalimat yang gk efektif. semoga kalian masih mau baca cerita super gabut dan slow update ini.

I Appreciate u 👏

Btw, jangan lupa Vomment, biar author semangat nulisnya ☺

See u next part, dude.

Salam dari Marry Daisy untuk pembaca tercintah. 😘

Continue Reading

You'll Also Like

142K 17.6K 15
Book 2 Sekuel I'm not Stupid! "KAMI ADA DAN BERLIPAT GANDA!" __Basis New Generation. 3 tahun sudah kasus tenggelamnya Anarkali di danau Magnesium Hig...
MONSTERS? By rachel

Mystery / Thriller

3K 205 19
" Aku membutuhkan darahmu sayang, untuk hidup ku " - monsters. *** Di malam hari, banyak manusia yang menghilang karena muncul suara seruling yang t...
557K 84.9K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
1.6M 207K 39
[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] BELUM DI REVISI!! SEBAGIAN PART SENGAJA DI HAPUS!!🙏🙏 PLEASE YANG BACA CERITA INI KALAU UDAH TAU ENDINGNYA JANGAN SPOIL...