Mocca Hallow

By MelindaAdelia

291K 22.8K 2.4K

[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan seb... More

Prolog
Chapter 1 : Labu
Chapter 2 : Gerbang
Chapter 3 : Kasur
Chapter 4 : Kamar
Chapter 5 : Pakaian
Chapter 6 : Langit
Chapter 7 : Dapur
Chapter 8 : Es Krim
Chapter 9 : Tangga
Chapter 10 : Tidur
Chapter 11 : Jawab
Chapter 12 : Makan
Chapter 13 : Malu
Chapter 14 : Diam
Chapter 15 : Teman
Chapter 16 : Kelas
Chapter 17 : Violet
Chapter 18 : Egois
Chapter 19 : Perpustakaan
Chapter 20 : Reaksi
Chapter 21 : Lixadian
Chapter 22 : Maaf
Chapter 23 : Surat
Chapter 24 : Hukuman
Chapter 25 : Kue
Chapter 26 : Kesal
Chapter 27 : Vampir
Chapter 28 : Sisi
Chapter 29 : Pasir
Chapter 30 : Jahat
Chapter 31 : Lezat
Chapter 33 : Bukan
Chapter 34 : Kembali
Chapter 35 : Cokelat (1)
Chapter 36 : Cokelat (2)
Chapter 37 : Cokelat (3)
Chapter 38 : Sakit
Chapter 39 : Lucu
Chapter 40 : Kenapa
Chapter 41 : Alunan
Chapter 42 : Kejutan
Chapter 43 : Gagal
Chapter 44 : Hadiah
Chapter 45 : Phrygian
Chapter 46 : Malam
Chapter 47 : Merah
Chapter 48 : Dingin
Chapter 49 : Api
Chapter 50 : Kuasa
Chapter 51 : Pengikut
Chapter 53 : Cinta
Chapter 52 : Terakhir
Chapter 54 : Salah
Chapter 55 : Jangan
Chapter 56 : Damai
Chapter 57 : Debat (1)
Chapter 58 : Debat (2)
Epilog
CERITA BARU

Chapter 32 : Harapan

3.5K 221 12
By MelindaAdelia

Mocca's PoV

Betapa senangnya aku bisa bebas dari sisi lainku. Hanya saja, sisi lainku ini sangatlah keras kepala. Aku baru saja ingin melakukan hal yang aku inginkan, dia malah menghancurkan harapannya sendiri. Mengesalkan.

"Hai, lemah! Tidurmu nyenyak?" tanyaku memastikan dia menikmati waktu istirahatnya di atas sana.

"Jika kau melakukan hal menjijikkan itu lagi, kau akan menyesal." Dia membuka setengah matanya. Oh, dia cantik sekali dari atas sana. Seperti bintang di langit malam yang gagal jatuh membawa harapan indah. Ironis sekali.

"Aku rasa itu bukanlah jawaban yang aku inginkan. Tapi, karena aku sudah berada di sini, mungkin sebaiknya aku memberimu sedikit hiburan—hiburan yang akan membuat matamu terbuka sepenuhnya."

Aku mengolah sihir apiku berada di belakang punggungku. Membentuk apiku menjadi sepasang sayap malaikat yang indah dan berkobar merah. Aku terbang oleh sayap menakjubkanku ke tempat sisi lainku bersantai oleh rantai-rantai merahku. Oh astaga, dilihat dari dekat lebih mempesona dibandingkan dari bawah sana. Diriku memang cantik disaat menderita seperti ini. Pantas saja Hallow memilihku. Bukan begitu?

Aku memegang sebelah pipinya. Mendapati banyak keringat yang membuatku tersenyum lebar. Ditambah lagi, dia menatap bengis padaku. Sungguh gadis cantik. Sempurna.

"Apa kau tadi melihat? Ah maksudku, menonton dia menikmati dengan apa yang aku lakukan padanya tadi itu? Jika aku ingat kembali, dia tidak menginginkan aku melakukan hal yang kau katakan menjijikkan itu. Tapi, aku rasa dia akan tetap mau menerima apapun yang aku lakukan jika aku melakukan itu lagi kepadanya nanti?"

Kedua tangannya meronta tiba-tiba menginginkan kebebasan. Lalu kembali diam dalam tundukannya yang terhalang oleh rambut. Balasan dari mulutnya terdengar pilu tapi terasa membahagiakan didengar oleh telingaku.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa?"

"Karena ini adalah keinginanmu. Banyak keinginan yang kau pendam dalam dirimu. Maka aku akan mewujudkan semuanya melalui sisi Mocca yang sekarang. Semua!"

"Tidak ..."

"Ya! Kau memang menginginkan ini. Kau ingin Hallow bahagia. Kau ingin Greyina dan Serta merasakan apa itu rasa sakit. Kau ingin mempunyai kekuatan lebih untuk menghancurkan kelima vampir itu karena mereka sudah mentertawakan kalian atas pakaian yang kalian pakai. Keinginanmu itu terabaikan oleh hatimu yang terlalu biru hingga akhirnya kau menciptakanku di dalam dirimu ini. Aku ada karena kau terlalu memendamnya. Kau terlalu baik untuk melakukan kebaikan, Mocca Lixadian! Kau tidak bisa menjadi jahat sedikit saja! Itulah yang membuatmu lemah!"

Aku mengangkat tanganku membawa kobaran api yang panas di bawah sisi lainku terikat. Melumuri rantai-rantai yang mengikat sisi lainku. Menciptakan erangan keras yang membuatku tertawa atas penderitaan sisi lainku sendiri. Aku meredakan apiku dan erangannya pun juga ikut berhenti. Tanganku memegang dan mengelus rambutnya.

"Ow, jangan khawatir, sayang. Sisi lainmu ini akan membuatmu bahagia karena aku akan mengabulkan semua keinginanmu yang kau pendam begitu lama." Aku merenggut rambutnya dan sebelah tanganku memegang kuat bagian rahangnya. "Dari kecantikan dan kekejaman seorang Mocca Lixadian akan mengubah segala yang diinginkan. Aku akan senang kalau kau menerima kebaikan terbaik dari sisi lainmu ini."

"Segala yang kau wujudkan adalah sia-sia, karena tidak akan lama lagi kau akan menangis di atas perbuatan yang kau lakukan."

"Hahaha!"

"Tertawalah sebanyak yang kau bisa. Siksalah dirimu sendiri sebanyak yang kau mau. Sebelum akhirnya kau akan menangis di hadapanmu sendiri."

"Hahahaha ... kau menjengkelkan. Aku harap kau bukanlah diriku dasar sialan sok berkata."

Aku merenggut baju sekolah Akademi Housran yang dia pakai. Merobek semuanya hingga tak ada yang tersisa. Kulit putih dan tubuh seorang wanita yang terlihat mengilaukan. Jika bukan sisi lainku yang membuatku berada di sini, mungkin Hallow sudah melihatku seperti ini setelah aku membuatnya lumpuh dalam kenyamanan. Sial.

"Indah sekali. Tuhan sangat baik memberikan tubuh indah seperti ini. Aku ingin secepatnya Hallow melihat ini. Dia pasti akan membuatku nyaman."

Dia mengeraskan rahangnya. "Aku tidak percaya."

Aku terbang sedikit menjauh darinya. "Ah, kau harus percaya ini, sayang. Sebentar lagi dia akan melihatmu tanpa busana. Apa kau senang?"

"Kenyamanan yang kau maksud hanyalah sesaat. Penyesalan akan terasa lama dan membuatmu menderita oleh apimu sendiri." Dia masih saja berintonasi. "Aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan kau lakukan lagi untuk Mocca Lixadian. Aku sudah memperingatkanmu."

"Lagi-lagi jawaban yang bukanlah jawaban. Aku bosan. Kapan aku akan kembali membuka mataku??" Aku mengeluarkan api dan meninggikannya di bawahnya, membuatnya lagi-lagi mengerang sakit. Menjengkelkan. Benar-benar menjengkelkan.

🎃

"Mocca! Akhirnya kau mau bangun juga! Ini yang ketiga kalinya kau tiba-tiba pingsan dan yang ketiga kalinya kau membuatku khawatir! Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau keluhkan sekarang di tubuhmu. Aku hanya berharap kau akan terus baik-baik saja."

Suara Hallow yang setengah berteriak membuatku terlonjak kaget saat aku sedang berusaha sadar. Kedua mataku langsung membulat saat Hallow mengeluarkan kata-katanya yang begitu mengkhawatirkanku dan wajahnya sudah ada saja di depan wajahku. Oh, rupanya aku berbaring di rengkuhannya. Sayang sekali, Hallow. Ini bukanlah pingsan. Melainkan, aku ada pertemuan penting dengan diriku sendiri. Kau tidak akan pernah tahu ini.

Mataku mengarah ke jam dinding. Jarum jam itu menunjukkan angka pukul 8. Itu artinya ini sudah pagi. Juga jendela panjang di dekat kami terlihat terang walaupun tirainya belum dibuka. Astaga.

"Hallow, kau tidak tidur? I-ini sudah pagi. Dan, jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Kita terlambat untuk ke sekolah." Ya meskipun sekolah itu sebenarnya tidak penting untuk dikunjungi, aku akan mengikuti sedikit kebiasaan sok peduli dari sisi lainku agar Hallow tidak bertanya macam-macam.

Hallow tersenyum hangat. Mengelus sebelah wajahku dan rambutku yang terasa kusut. "Tidak apa-apa. Tidak tidur semalaman sudah menjadi hal biasa untukku. Aku khawatir kalau kau tidak bangun-bangun dan sia-sia saja jika aku berusaha untuk tidur. Hari ini kita libur saja, karena kau terlihat tidak enak badan, sebaiknya kau banyak-banyak beristirahat saja."

Aku mendadak bangun. "Tapi ..."

"Mocca." Hallow memelukku dari belakang. Dia terdiam. Hanya suara napasnya yang terdengar lirih
Menenangkan namun seperti menyesakkan. Setelah itu kembali bersuara. "Aku ingat tentang ceritamu mengenai dirimu yang mengatakan bahwa kau selalu bertemu dengan sisi lainmu di mimpimu."

Aku terkejut mendengar itu. Aku memang pernah menceritakan hal itu padanya. Dan itu diceritakan disaat sisi lainku membuka mata ini. "Memangnya kenapa?"

Tubuhku bisa merasakan dia memelukku semakin erat. Entah kenapa yang harusnya nyaman, terasa menyesakkan. "Aku pernah berjanji. Jika sisi lainmu menguasai dirimu dan bisa mengubah sikap dan sifatmu, aku akan tetap menganggap kau adalah Mocca, karena kau memang Mocca. Dirimu hanyalah satu. Dan hanya untukku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Kenapa?"

"Tidak perlu bertanya, karena pasti kau sudah tahu jawabannya."

"Aku hanya memastikan."

Hallow tertawa. "Baiklah, aku akan jawab agar kau tidak perlu memastikannya lagi. Aku mencintaimu."

Ow, manis sekali. Mana ada gadis yang menolak kata-kata cinta dari seorang Raja Mixolydian yang tampan nan mempesona. Betapa beruntungnya seorang gadis cantik sepertiku. Tapi, tentu saja aku juga punya perasaan yang sama padanya. Hanya karena aku yang menyelamatkan nyawanya, seorang Raja berhati dingin dengan mudahnya mencairkan hatinya kepadaku. Bagaimana? Kisah cinta yang romantis sekali, bukan?

"Kalau kau membicarakan soal sisi lain yang pernah aku ceritakan, itu artinya kau pasti sudah mengetahui sesuatu," kataku.

Hallow melepaskan pelukannya. Berpindah tempat ke depanku. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dahi dan hidung kami saling bersentuh. Saling merasakan aroma napas. Dan saling menatap dalam jarak yang tidak bisa lagi dikatakan jauh. Tangannya menyentuh wajahku.

"Ya. Kau benar. Itu benar. Benar sekali." Hallow membuang pandangan ke bawah. "Sesuatu yang mengejutkanku. Dan sulit untuk dipercaya, tapi aku bisa mempercayainya."

Aku menjauhkan wajahku darinya dan berpaling. "Kau mulai membenciku."

Mendadak Hallow menarik tanganku dan itu membuat wajahku kembali menghadap padanya. "Aku tidak membencimu! Hanya saja—"

"Hanya saja apa, Hallow??" potongku setengah berteriak. "Katakan saja kalau kau telah membenciku!"

"Kau ingin aku berbohong untuk mengatakan itu?? AKU TIDAK MEMBENCIMU, MOCCA!! Berapa kali harus aku katakan agar kau percaya!" Mengagetkan sekali. Dia benar-benar berteriak. "Kau memotong ucapanku. Hanya saja kali ini kau liar."

Mulutku menyungging senyum sinis. Aku mendekatkan diri. Dahi dan batang hidung yang saling bersentuhan kembali. Lalu tanganku mendorong tubuhnya hingga dia terebah. Seperti malam itu, aku memojokkannya.

"Ah, iya mungkin yang kau katakan itu adalah benar. Aku liar. Dan yang pasti kau tidak akan mudah menjinakkanku seperti kau pernah memojokkanku pada malam Halloween di balkon itu. Kali ini akulah yang akan sering memojokkanmu." Aku menyentuh kerah bajunya. Sedangkan Hallow tampak menggeleng.

"Mocca, jangan bilang kalau kau—"

"Oke, aku tidak akan bilang," potongku namun belum selesai. Hallow menghela napas lega, tetapi setelah aku berkata lagi, matanya seketika membulat. "Tapi tetap aku lakukan."

"Mo-Mocca—"

"Kalau kau menerima diriku apa adanya, seharusnya kau menerima kekuranganku juga."

"Tanpa diberitahu pun aku tahu itu, Mocca. Tapi, tidak seperti ini cara aku membuktikan kata-kataku. Ini cara yang ... tidak aku harapkan untuk kau lakukan." Hallow menopang wajahku. "Mocca, sekarang kau harus dengarkan aku. Ya. Begitu. Tatap mataku. Dengarkan suaraku. Aku tidak ingin kau melakukan hal yang kau lakukan padaku kemarin malam. Itu bukanlah harapan yang aku inginkan. Kau juga seharusnya tidak menginginkan itu. Aku tahu kau ingin aku bahagia. Tapi, tidak dengan cara seperti ini. Dirimu berada di sisiku sudah sangat membuatku bahagia. Singkatnya, aku akan mudah bahagia hanya karena dirimu."

Aneh sekali. Seharusnya tak ada kesedihan di sini. Lalu, apa alasan air mata ini keluar? Kenapa kata-kata Hallow terdengar indah? Apa benar ini air mataku? Tak ada ekspresi yang aku buat. Bisa dibilang ekspresi yang datar. Tapi, aku bisa merasakan air mataku keluar deras. Bahkan aku melihat air mataku jatuh di dekat mata Hallow.

"Mocca, air matamu terlalu banyak. Matamu seperti langit malam hujan yang lebat. Aku bisa basah kuyup," kata Hallow menghapus air mataku yang jatuh di wajahnya. Dia tersenyum. Kedua tangannya memegang lenganku, menjatuhkanku di sampingnya berbaring. Jemarinya menjauhkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajahku. "Mau kembali tidur? Atau sarapan?"

Aku menggelengkan kepala tanpa menatap kepadanya. "Tidak mau keduanya."

"Lho? Tidak mau keduanya?"

"Kau tahu, kata-katamu yang tadi itu indah sekali. Aku sangat bahagia mendengar itu. Hanya saja, sangat disayangkan air mata yang aku keluarkan bukanlah air mataku." Aku tersenyum tajam. Tanganku dengan cepat membuka bajunya dengan menggunakan sihir apiku. Melenyapkan baju berkerah miliknya sampai tak ada jejak yang tertinggal. "Mengenai sisi lain diriku, dia adalah aku dan aku adalah dia. Kami sama. Hanya saja yang membedakan adalah dari warna yang kami ciptakan."

Hallow melihatku dengan tatapan terkejut. "Api?"

Aku beranjak dari rebahan. Hallow juga ingin beranjak, namun aku langsung menahannya dengan mendorongnya untuk terus berbaring. Mungkin senyumanku kali ini terlalu lebar.

"Ya. Api. Anak kecil pun tahu kalau sudah melihatnya. Anggap saja itu adalah sihir terbaruku." Aku mengelus bagian perut dan mengenai pusatnya berada. "Mocca sebelumnya mengatakan kalau dia tidak ingin aku melakukan ini padamu. Tapi Mocca yang sekarang, dia sangat menginginkan semua harapannya terwujud."

Hallow menatapku tegang. "Harapan?"

Aku menopang wajahnya. "Ya! Harapan. Sesungguhnya, ada banyaaaaak sekali keinginan Mocca yang tidak kau ketahui. Mulai dari rasa kebencian, kekejaman yang Mocca dapatkan, hingga akhirnya terkumpullah banyak harapan yang diabaikan. Dendam bahkan cinta darimu membuat sisi lain tercipta."

Hallow terdiam. Sementara aku mengelus dadanya yang kini tampak berkeringat. Sesekali tubuhnya tersentak kecil karena menerima sentuhan lembutku. "Kapan masalah sisi lain ini akan berakhir?"

"Hanya Tuhan yang tahu. Dan Tuhan akan menjawab pertanyaanmu dengan waktu yang Dia inginkan itu terjadi nanti," jawabku.

Mata Hallow memejam. Tapi bukan maksud untuk tidur. Dia kembali membuka matanya. Kali ini tidak ada rasa tegang maupun kaget pada mata biru langit siang itu. Tatapan yang serius. Aku ingin mengetahui alasan matanya menatapku seperti itu.

"Kau dengan mudah melenyapkan baju yang aku pakai. Tapi, aku harap aku tidak melihat dirimu berusaha membuka bajumu di hadapanku," kata Hallow.

"Apa? Jadi, kau tidak mau melihatnya?" Aku membuang muka dan berhenti menyentuh tubuhnya. Beranjak dari kasur. Berdiri dalam diam dengan perasaan kecewa.

"Kau tidak mengerti." Aku bisa mendengar suara Hallow terdengar di belakangku. "Aku tidak pernah kecewa pada apa yang kau punya. Ada saatnya kau bisa memperlihatkannya. Setelah kita menikah nanti, melenyapkan semua bajuku pun aku tidak akan keberatan."

"Aku tahu kau berusaha menjauhkan keinginanmu yang sebenarnya," sanggahku.

"Aku tidak menginginkan itu, Mocca!" Hallow juga ikut menyanggah. "Kau menyentuh tubuhku. Aku masih bisa menerima itu. Tapi tidak untuk melihat maupun menyentuh tubuhmu. Pikirkan lagi, Mocca. Kalau kau tetap bersikeras, apa itu akan membuatku bahagia? Bahkan kau yang akan menyesalinya!"

Kenyamanan yang kau maksud hanyalah sesaat. Penyesalan akan terasa lama dan membuatmu menderita oleh apimu sendiri.

Kata-kata itu tiba-tiba saja terngiang di dalam ingatanku. Seakan kata-kata itu menyuruhku untuk memahami sesuatu. Tapi, aku tidak mengerti apa yang harus aku pahami. Dari dalam hatiku yang terluka oleh banyak sayatan, aku harus menyembuhkan hatiku sendiri dengan obat yang aku racik sendiri. Dan obat yang bisa membuatku sembuh adalah mewujudkan semua yang aku inginkan. Haha. Penyesalan? Tidak ada penyesalan. Malah, aku akan bahagia-bahagia karena aku bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan.

"Aku tidak akan berusaha membuka kancingku lagi. Tapi aku akan tetap membuka kancingmu karena kau mengatakan bisa menerima itu," kataku seraya membalikkan badan menghadapnya dan tanganku menyentuh lehernya. "Dan pasti aku tidak salah dengar."

Hallow menghela napas. Lalu tersenyum tipis. "Kau memang tidak salah deng—Moc ... " Dia tidak mampu berkata dengan jelas tatkala aku membuatnya terbungkam. "K-kalau mereka melihat kau mel-lakukan ini padaku .."

"Oh, tak apa. Mereka tidak akan melihat ini. Karena kemarin aku sudah mengunci pintunya dan tidak bisa mendengarkan pembicaraan kita di dalam sini. Tenang saja. Aku akan menggantikan keringatmu dengan yang lebih baik agar tubuhmu terasa segar di pagi hari yang cerah ini."

Aku mendudukkannya di kasur. Tanganku menyentuh dadanya dan melakukan seperti yang aku katakan padanya. Aku mendapat banyak hal darinya saat aku sibuk menghilangkan keringatnya maupun tidak ada keringat sama sekali. Seperti mendengar kata-kata yang sama sekali tidak aku mengerti tetapi bagian yang paling jelasnya dia menyebut namaku meskipun selalu tidak lengkap maupun terpenggal.

"C-cukup. Sudah." Napasnya terengah-engah. Dia memegang kedua pundakku dan membuat jarak. Namun aku langsung mendorongnya terebah di kasur. Aku melihatnya terlihat letih. Itulah yang membuatku tidak mau mendengarkan perkataannya. Dia terlalu lezat.

"Ini baru sebentar. Kau harus bisa menahannya dan mencoba tidak bersuara, karena kau bukanlah seorang gadis. Melainkan kau adalah Raja. Benar?"

Hallow memejamkan kedua matanya. Memalingkan wajah dengan rona merah ketika aku memilih sebelah telinganya. "Be-n-benar."

"Kalau kau berkata benar, kau cuma harus merasakan dan menutup mulut. Bisa?"

Dia tampak sulit sekali berbicara. Namun dia berusaha memaksakan mulutnya yang telah mengeluarkan banyak cairan bening itu berkata dan aku pun mendengar jawabannya. "Ak-kan kuc-coba."

Aku mengangkat sebelah lengannya. Merebahkan lengannya di samping kepalanya. Aroma yang harum seperti mawar terkumpul di sini. Selanjutnya, bagian yang ini. "Walaupun jawaban yang aku inginkan bukanlah itu, tapi berusahalah." Reaksinya bahkan semakin parah. Dia tidak mampu menahan diri. Begitu juga aku. Hahaha!

🎃 TO BE CONTINUE ...

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 349K 200
(Novel Terjemahan) Judul : Bewitching Prince Spoils His Wife: Genius Doctor Unscrupulous Consort Author : Gu Ran Jin - 顾 染 锦 Dia adalah kepala keluar...
38.9K 4.4K 61
Sistem perbudakan, peringkat kekuatan, hukum rimba, makan atau dimakan, dijatuhkan atau menjatuhkan, persaingan yang ketat. Kami setia, hanya pada ka...
561K 61.3K 65
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...
46.8K 5.9K 83
Clare, seorang 'penyihir gagal', tiba-tiba diterima di Neuvrost Academy, sekolah sihir paling bergengsi di Aeternum World. Namun, kehidupannya beruba...