Mocca Hallow

By MelindaAdelia

291K 22.8K 2.4K

[15+] Pada hari yang menyenangkan sekaligus hari ulang tahun, bagaimana jika hari istimewa itu menjadikan seb... More

Prolog
Chapter 1 : Labu
Chapter 2 : Gerbang
Chapter 3 : Kasur
Chapter 4 : Kamar
Chapter 5 : Pakaian
Chapter 6 : Langit
Chapter 7 : Dapur
Chapter 8 : Es Krim
Chapter 9 : Tangga
Chapter 10 : Tidur
Chapter 11 : Jawab
Chapter 12 : Makan
Chapter 13 : Malu
Chapter 14 : Diam
Chapter 15 : Teman
Chapter 16 : Kelas
Chapter 17 : Violet
Chapter 18 : Egois
Chapter 19 : Perpustakaan
Chapter 20 : Reaksi
Chapter 21 : Lixadian
Chapter 22 : Maaf
Chapter 23 : Surat
Chapter 24 : Hukuman
Chapter 25 : Kue
Chapter 26 : Kesal
Chapter 27 : Vampir
Chapter 28 : Sisi
Chapter 29 : Pasir
Chapter 30 : Jahat
Chapter 32 : Harapan
Chapter 33 : Bukan
Chapter 34 : Kembali
Chapter 35 : Cokelat (1)
Chapter 36 : Cokelat (2)
Chapter 37 : Cokelat (3)
Chapter 38 : Sakit
Chapter 39 : Lucu
Chapter 40 : Kenapa
Chapter 41 : Alunan
Chapter 42 : Kejutan
Chapter 43 : Gagal
Chapter 44 : Hadiah
Chapter 45 : Phrygian
Chapter 46 : Malam
Chapter 47 : Merah
Chapter 48 : Dingin
Chapter 49 : Api
Chapter 50 : Kuasa
Chapter 51 : Pengikut
Chapter 53 : Cinta
Chapter 52 : Terakhir
Chapter 54 : Salah
Chapter 55 : Jangan
Chapter 56 : Damai
Chapter 57 : Debat (1)
Chapter 58 : Debat (2)
Epilog
CERITA BARU

Chapter 31 : Lezat

3K 269 31
By MelindaAdelia

Mocca's PoV

Aku berusaha membuka mataku dan di saat itu juga aku mendengar suara Hella menyebut gelar Ratu. Nadanya sangat cemas. Selesai mataku sukses membuka sepenuhnya, aku mengarahkan mataku kepada seorang gadis berambut coklat berkepang dua. Dia menggabungkan tangannya dan mengatakan syukur beberapa kali. Lalu dia berjalan keluar dari kamar sambil memanggil gelar Raja Hallow.

Dia berisik sekali. Kalau aku bertemu dia lagi, lain kali aku akan menutup telingaku. Oh iya, bukankah seharusnya aku berada di perjalanan pulang menuju istana? Saat itu, kereta kuda kedua kalinya diserang oleh kesatria vampir brengsek itu. Aku harap Hallow dan ketiga penjaga berhasil melenyapkan kelompok vampir itu.

Baju sekolahku sudah ditukarkan dengan baju tidur. Aku mendudukkan diriku dan meregangkan otot-otot tubuhku. Tidur ataukah pingsan, tapi rasanya tubuhku seperti baru saja bangkit dari kematian. Atau ... merasa seperti hidup kembali? Haha ... tidak. Aku kan sudah hidup dari awal aku dilahirkan. Bodoh sekali aku ini.

Ah, akhirnya aku bisa bebas dari sisi lainku. Aku akan memanfaatkan waktuku sebisa mungkin. Tanpa sisi lainku itu, aku bisa membahagiakan diriku termasuk cintaku, Hallow.

“Mocca!” Akhirnya suara yang aku tunggu-tunggu terdengar juga. Aku menoleh dan mendapati sosok Hallow melangkah cepat ke arahku. Rambut putih dan sayap malaikat itu sudah tidak ada pada dirinya. Dia telah kembali dengan sosoknya yang dulu. “Mocca, kau membuatku khawatir lagi.”

Hallow menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Terlalu erat sampai kedua tanganku memberontak karena pelukannya sudah cukup bagiku. Dia tertawa dan melepaskanku.

“Maafkan aku sudah membuatmu khawatir lagi. Tapi, apa yang sudah terjadi? Bukankah kita masih berada di dalam perjalanan? Kalian berempat sedang berusaha melenyapkan kelima vampir itu lalu ...”

“Mocca, aku kaget sekali ketika darah tiba-tiba saja keluar dari mulutmu. Padahal kelima vampir itu sama sekali tidak bisa menyerangmu bahkan menyentuhmu, karena kau berada di dalam perlindunganku. Aku memerintahkan Reo menggunakan sihirnya kemudian kita semua melarikan diri ke istana sebelum sihir Reo berakhir. Demi keselamatanmu, aku menunda pertarungan. Aku tidak tahu apa yang membuatmu terluka lagi,” potong Hallow seraya menyentuh wajahku. “Atau, aku telah gagal lagi menjagamu?”

Aku tersenyum. Tanganku mengambil tangannya yang memegang wajahku. Menggenggam erat tangannya yang dingin. “Tidak. Kau menjagaku dengan baik. Buktinya kau menunda pertarungan demi diriku.”

Hallow masih menatapku sendu. “Tapi Mocca, waktu mulutmu mengeluarkan darah tanpa sadar, kau juga mengerang keras sekali. Seakan kau sedang disiksa oleh sesuatu yang tidak bisa orang lain lihat kecuali dirimu. Aku takut sekali kau akan terjadi apa-apa yang tidak aku inginkan.”

Aku mengulurkan kedua tanganku meraih tubuhnya yang rapuh. Memberikan pelukanku untuk membuatnya kembali memikirkan hal positif. Hallow menerima pelukanku. Bisa aku rasakan dia sedang menahan tangis. Aku mengelus kepala kemudian punggungnya.

“Kau tidak perlu cemas lagi, karena aku masih baik-baik saja. Tidak ada rasa sakit lagi di dalam diriku. Tenanglah. Hei, jangan sampai aku melihat kau menangis hanya karena ini. Aku bisa menyebutmu cengeng meskipun kau adalah Rajaku, Hallow.”

Aku merasakan tangan Hallow mencengkeram belakang bajuku. “T-tapi, waktu itu kau berdarah. Kau ...”

Mendadak aku melepas pelukanku. Menjauhkan dia dariku dengan cara mendorong kedua pundaknya. Aku tercengang melihat keadaan Hallow sekarang.

“Ah, ya ampun Hallow, aku baru saja bilang padamu jangan sampai aku melihatmu menangis. Aku tidak mau menghapus air matamu dan aku akan menyebutmu cengeng jika begini caranya.”

Aku tak menyangka Hallow akan menangis hanya karena masalah sepele begini. Bagaimana jika nanti aku mati? Mungkin akan lebih parah lagi dari pada ini. Bisa saja dia juga akan memilih ikut mati dengan cara mengakhiri hidupnya. Oh tidak, tidak, jangan sampai itu terjadi.

“Terserah! Kau boleh bilang aku bego sekalian saja tidak apa-apa! Aku akan terima hinaanmu seberapa pun yang kau mau!!” teriak Hallow dan itu semakin membuat air matanya berjatuhan.

“Kalau kau berkata begitu, aku jadi tidak tega.” Aku bimbang ingin menenangkannya berhenti menangis atau membiarkannya seperti ini saja sudah lebih dari cukup membuat hatiku senang.

“Tidak perlu kasihan padaku. Hina aku sekarang. Mungkin itu akan membuatku berhenti menangis.”

“Mana ada orang lain menangis ditenangkan dengan kata-kata kasar! Kau ini ada-ada saja! Aku cuma bercanda! Argh! Kau ini payah sekali!”

Secara tak sabar dan sedikit kasar, tanganku menghapus semua air matanya sampai tak ada yang tersisa. Hallow masih memasang wajah sedihnya. Karena kesal, aku mencubit kedua pipinya agar tersenyum.

“Cemberut sekali. Kau jadi jelek. Ayo tersenyum untuk dunia dan untukku!”

“Tidak bisa.” Hallow semakin mengerutkan bibirnya.

“Huh.” Aku berhenti mencubitnya. “Terus, kau akan tetap cemberut seperti itu? Kau bisa cepat tua!”

Hallow membelalakkan matanya mendengar ucapanku. Dia memegang wajahnya sendiri. “B-benarkah yang kau katakan itu? Kalau cemberut terus, aku bisa cepat tua?”

Lantas tak bisa aku tahan, aku tertawa terbahak-bahak sampai diriku terebah di kasur kembali. Sedangkan Hallow memandangku bingung meminta penjelasan dan masih menunggu jawaban. Dia gemas sekali. Aku menarik dirinya ikut berbaring denganku. Dan itu semakin membuat dirinya bertanya-tanya.

“Jawab pertanyaanku, Mocca. Apa sering cemberut akan membuat kita cepat tua? Dan juga kenapa kau mengajakku berbaring tanpa izin seperti ini? Kau seakan sedang mencoba menggodaku!”

Aku kembali tertawa tapi tidak terlalu kencang seperti tadi. “Kalau kau ingin jawabannya, tersenyum dulu.”

Hallow menghela napas. Lalu tersenyum. Setelah itu kembali datar. “Puas? Nah, jawabannya apa?”

“Aku lihat, kau sama sekali tidak niat dalam melakukannya. Jadi, tidak ada jawaban untuk pertanyaanmu itu.”

“Hah? Oh, ayolah Mocca. Kenapa hari ini kau tega sekali padaku?”

“Aku merasa itu bukanlah pertanyaan yang harus aku jawab, kan? Nah, karena kau tadi memalukan sekali, sepertinya aku harus memberimu hukuman.”

Aku bangun sebentar untuk mematikan lampu ruangan dan mengunci pintu kamar. Hanya lampu kamar di nakas yang dibiarkan menyala. Setelah itu aku merangkak di kasur dan sampai berada di atas Hallow. Dia terlihat terkejut.

“Mocca, kenapa kau mematikan lampu dan mengunci kamar? Lalu, kenapa kau melihatku saat kau berada di atasku? Kau—”

“Sstt!” Aku mengunci mulutnya dengan menempelkan jari telunjukku di depan bibirnya. “Kau selalu saja bertanya. Aku bukan muridmu yang dipaksa diberikan banyak pertanyaan. Aku ini Mocca—Mocca yang mencintaimu.”

“Mocca, ada apa denganmu?”

“Ada apa denganku? Tidak apa-apa. Sudah aku katakan aku baik-baik saja.”

“Tapi, Mocca—”

Tidak sempat lagi dia berkata, karena kali ini aku memotong perkataannya melalui bibirku. Menciumnya tiba-tiba membuatku ingin melakukannya lagi. Tapi rasanya, menciumnya saja itu tidak cukup. Aku ingin lebih.

“Hei, apa kau merasa kepanasan? Aku akan membukakan bajumu,” kataku seraya menyentuh wajahnya, leher, sampai tanganku berada di kancing atas bajunya. Baru satu aku membuka kancingnya, dia kembali berucap.

“M-Mocca, ap-apa yang ingin kau lakukan?” tanya Hallow. Aku bisa melihat wajahnya yang memerah membuatku tersenyum geli.

“Memberimu hukuman karena hari ini kau telah membuat banyak sekali kesalahan. Maka, aku harus membuatmu jera,” jawabku.

Aku membuka seluruh kancing bajunya. Memperlihatkan tubuhnya yang indah menggoda. Betapa meliuknya otot-otot pada dada dan perutnya. Jadi, di mana titik yang harus aku serang dulu? Tunggu. Aku melihat ada keringat menetes di lehernya. Kebetulan tenggorokanku terasa kering.

“M-Mocca—” Lagi-lagi dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya tatkala aku langsung memilih bagian lehernya. Aku menghilangkan keringat di lehernya dan itu membuatnya sedikit merintih. Setelah leher, aku turun ke bagian dada dan perutnya. Aku tertawa kecil melihat wajahnya lebih merah dari sebelumnya.

Aku sedikit mengangkat diriku. “Kau tahu, aku baru saja menyegarkan tenggorokanku. Sembari itu, aku menghirup harumnya dirimu.”

“Mocca, kau tahu kan ini tidak ben— h-hentikan ini, Mocca!” Aku tidak peduli dengan semua kata-katanya yang bertujuan menghentikanku. Tangan kiriku menyentuh ke bawah dan itu membuatnya kembali tidak mampu berkata.

Aku menyentuh sebelah pipinya. Ada setetes air bening dari sudut bibirnya. Napasnya terengah-engah. Aku tertawa kecil. “Lezat sekali.”

“C-cukup. Ampuni aku.”

“Ah, tidak bisa. Kau harus merasakannya juga, karena hukumanmu masih belum selesai.”

“T-tidak. Ini tidak benar. Tolong dengarkan aku. Kau tidak boleh melanjutkan ini!”

Aku membuka ikatan dasi pita baju tidurku tanpa mendengarkan perkataannya. Saat aku ingin membuka semua kancing bajuku, dadaku tiba-tiba saja merasa sakit sekali. Kepalaku juga berdeyut hebat. Di dalam pikiranku, aku dapat mendengar seseorang berteriak padaku.

“JANGAN LAKUKAN ITU PADA HALLOW!”

Tch. Sial, ini suara dari sisi lainku. Setelah aku diamkan dia, baru aku tinggal dia sudah bisa berteriak sekencang itu sampai membuatku kesakitan seperti ini. Hallow beranjak menghampiriku yang sedang menahan sakit. Sampai pada akhirnya aku tidak dapat menahan rasa sakit ini, mataku pun terpejam lama dan mendaratkan diriku kepada Hallow. Beberapa kali Hallow menyebut namaku. Suaranya terdengar melemah hingga tak bisa didengar lagi. Itu artinya aku sudah sampai di tempat kedua sisiku bertemu. Dan aku sangat membenci tempat ini.

“Ah, rupanya kau yang sudah menghancurkan waktu bersamaku dengan Hallow.” Aku menatap bengis kepada sisi lainku.

Dia berada di atas. Terikat oleh rantai-rantai api yang aku buat spesial untuknya. Dia terlihat cantik dengan rantai api itu. Sisi lainku yang terlalu baik dan juga lemah. Dialah sisi yang membuat seorang Mocca selalu dibedakan, dikucilkan, dihina, bahkan disiksa saja dia senang hati menerima itu semua! Bodohnya aku yang dulu!

“Bajingan.”

Aku tertawa kencang mendengar sebutan itu. Dia menyebutku bajingan. Ah tidak, dia menyebut dirinya sendiri bajingan. Lucu sekali.

“Hai, lemah! Tidurmu nyenyak?”

🎃 TO BE CONTINUE ...

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 246K 56
Mempersiapkan diri untuk kuliah adalah fokus utama Naya sejak lulus sekolah beberapa bulan lalu. Namun, rencananya berubah setelah dia bertemu dengan...
519K 41.3K 24
SERI PERTAMA GODDESS SERIES Apa kalian percaya kutukan??? Menurut kalian kutukan itu ada di zaman modern?? Fos Athena adalah sebuah negara fantasy ya...
612K 54.4K 48
#10 in fantasy 18/04/2017 Ketika seorang bayi harus terlahir dengan pengorbanan nyawa sang ibu yang membuatnya harus berada diantara hidup dan mati m...
30.5K 2K 33
seorang namja cantik yg dijodohkan dengan CEO Tampan, tapi perjodohan itu tidak diterima baik oleh laki-laki yg dijodohkan dengannya. Namja cantik it...