Chandra & Kirana

بواسطة DoctorKey

815K 42K 3.1K

Kirana memiliki segalanya. Kecantikan, harta, sahabat, kasih sayang kedua orang tuanya, dan pacar tampan yang... المزيد

Blurb
[01] Kirana's World
[02] Perjodohan Ala Siti Nurbaya
[03] Kejutan yang Gagal
[4] Brokenheart
[5] Accepted!
[6] Nikahan Mantan
[7] We Got Married
[8] Katanya 'honeymoon'
[9] Home Hell Home
[10] I'm Dizzy
[11] Kirana's Action
[12] Wifey
[13] Bittersweet
[14] Women's
[15] Stranger
[16] Between Two Guys
Cuplikan Part Selanjutnya
[17] Ada Apa dengan Kirana?
[19] Selingkuh?
[20] Dia Kartika
[21] Down to The Earth
[22] Misteri dan Rencana yang Gagal
[23] Persit? Gue?
[24] Analogi Siput
[25] Keceplosan
[26] Do you love her?
[27] Nekat
[28] Behind The Mask
[29] Kembalikan Dia
[30] Karena Aku Mulai Suka Dengan Dia
[31] Firasat
[32] Saat Tubuhku Menyatu Dengan Pelurumu
[33] Wake Up Baby, Wake Up
[34] Rahasia Masa Lalu

[18] Stomachache or Heartache?

17.9K 1.1K 168
بواسطة DoctorKey

"Gue bilang gue gak mau di operasi!" Kirana berteriak keras ke arah Chandra.

Chandra menjambak rambutnya sendiri. Mengapa meminta sesuatu pada Kirana begitu sulit? ia hanya meminta demi kebaikan wanita itu.

Ia menatap Dokter dan beberapa suster yang siap mendorong brankar Kirana dengan pandangan memohon maaf.  Dokter tersebut hanya mengangguk maklum.

Chandra mendekati brankar Kirana. Meraih tangan wanita itu di dadanya. "Aku mohon sekali aja, Ran. Please dengarin aku."

Kirana menarik tangannya dari dada Chandra, "Gue gak mau di operasi! Lo budek?"

Tiba-tiba Kirana tertawa keras sambil menunjuk Chandra, "Gue tahu! lo mau bunuh gue kan? Haha gue tahu lo mau segera cerai dari gue jadi lo pake jalan picik ini."

Chandra menghela napas. Ia memukuli kepalanya dengan keras berulang kali.

Beberapa suster berusaha menghalangi tingkah Chandra yang berusaha menyakiti dirinya sendiri.

"Mas, udah mas jangan gitu!"

"Ran, aku gak akan berhenti gini sampai kamu mau dengar aku."

Kirana memutar bola matanya, "Bodo!"

Chandra berhenti memukuli kepalanya saat menyadari hal itu sia-sia saja. Ia sedang berhadapan dengan Kirana, bukan wanita sembarang.

Ia kemudian mendekati dokter dan membisikkan sesuatu. Dokter tersebut tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Aku minta maaf, Ran."

"Lo! " Kirana menatap tajam ke arah Chandra hingga sebuah suntikan di lengannya membuatnya pingsan.

***

Chandra merasakan pipinya dingin hingga ia mendongakkan kepala menatap sosok jangkung di hadapannya.

Ia mengambil botol minuman di tangan pria itu dan segera meneguknya.

"Dia akan baik-baik aja," ucap pria itu dan mengambil duduk di samping Chandra.

Chandra menganggukkan kepalanya walaupun nyatanya ia ikut gelisah menunggu hingga operasi itu berakhir.

"Gue awalnya gak nyangka lo bakalan cepat nikah. Gue pikir lo bakalan nungguin dia. "

Ucapan Dylan sontak membuat Chandra berbalik menatap tajam Dylan.

Dylan menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa? gue salah?"

Chandra menggelengkan kepalanya, "Gue juga berpikir begitu. Tapi gue gak bisa buat orangtua gue sedih. Lo tahu harapan mereka cuman gue."

Dylan menepuk bahu sahabat masa kecilnya itu. Ada sedikit rasa khawatir  bahwa suatu hal besar akan segera terjadi. Walapun peluangnya hanya 1% tapi siapa yang tahu rencana Tuhan.

"Dia ada disini."

***

Kirana mengerjapkan matanya. Sinar lampu seakan langsung menerjang kornea matanya membuat matanya sedikit perih. Bau obat-obatan yang sangat ia benci mulai menguar. Ia benci di rumah sakit.

"Udah bangun mbak? " sapa seorang suster muda.

Kirana mengangguk lemah. Ia berusaha bangun dari tidurnya namun kemudian rasa perih di perut bawahnya langsung menerjangnya.

"Mbak istirahat aja dulu." ujar Suster itu.

Kirana mengangguk dan kembali tidur. Tiba-tiba ia merasakan ada hal yang aneh.

"Lo lihat suami gue gak? " tanya Kirana setelah sadar bahwa pria brengsek yang memaksanya operasi itu malah tidak berada disini menemani saat siuman.

"Oh Mas ganteng itu. " Suster itu terlihat tersipu malu.

"Lagi keluar mbak. Katanya ada yang mau dibeli dulu. Dia nitip mbak sama saya."

Kirana hanya membulatkan bibirnya.

"Oh ya, kalau mbak udah kentut bilang yah mbak! selama belum, mbak harus puasa." ucap Suster muda itu sambil tersenyum manis. Kirana melirik nametag suster itu.

Andi Tenri Maharani.

"Maksud lo gue harus kentut dulu baru boleh makan? " Kirana menyimpulkan.

Suster itu mengangguk.

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Membuat Kirana menghadap ke arah pintu putih itu.

"Lo kenap-"

Ucapan Kirana tiba-tiba menguap ke udara bersamaan dengan kemunculan seorang pria bertubuh jangkung dengan buket bunga di tangannya dan tak lupa cengiran lebarnya.

"Lo udah bangun?" tanya pria itu sambil berjalan menuju vas bunga dan mengganti bunganya.

Kirana mengangguk walaupun sedikit bingung alasan seorang Dylan datang menjenguknya.

Pria itu mengambil duduk di bangku dekat ranjang Kirana.

"Gue dengar dari Chandra lo kena usus buntu yah? "

Kirana mengangguk, "Gue gak tahu kenapa bisa kena. Nyebelin banget ada di tempat gini. "

Dylan tersenyum sembari memperhatikan wanita itu menggerutu kesal.

"Chandra mana sih? lama amat tuh anak. Dia belanja di luar negeri apa?" gerutu Kirana.

Ia berbalik dan menatap Dylan yang hanya tersenyum ke arahnya.

"Gue cerewet amat yah?" tanya Kirana tak enak.

Dylan menggelengkan kepalanya, "Gue suka lo cerewet."

Kirana mendengus walaupun pipinya memerah.

"Lo nyindir gue. "

Dylan hanya tertawa renyah, "Lo mau gue ajak jalan-jalan? "

Kirana melotot tajam, "Gue abis operasi, Dylan!"

Dylan tertawa, "Kan kita keliling rumah sakit aja bukan keliling Makassar. Lagian lo bakal pake kursi roda kok."

Kirana tersenyum, "Tapi susternya nanti tahu. Gue kena marah entar. " ucap Kirana seakan berbisik karena suster muda itu masih di ruangan itu.

"Kita kabur? " Dylan menaik-turunkan alisnya membuat Kirana tertawa sambil memukul pria itu.

***

Dan disinilah mereka berada. Dylan yang mendorong kursi roda Kirana dengan hati-hati sambil berceloteh tentang banyak hal.

"Jangan-jangan lo sering makan batu jadi kena usus buntu gitu. " celetuk Dylan.

"Sialan. Lo pikir gue anggota debus."

"Kali aja lo ternyata muridnya Limbad. "

"Anjing." umpat Kirana walaupun sudur bibirnya terangkat.

Dylan menoel pipi Kirana, "Tuh kan lo jangan sok malu-malu kucing gitu."

"Apaan sih. "

"Gue suka kalau malu-malu gitu" ucap Dylan sambil tersenyum.

"Lo aneh"

"Sayang aja gue datang terlambat. " celetuk Dylan lagi yang membuat Kirana menautkan kedua alisnya.

"Lo ngomong apa sih? dasar aneh."

Kirana tertawa ringan sambil menatap suasana disekitarnya. Beberapa pasien dan perawat tampak ikut menikmati berada di taman rumah sakit itu.

Tiba-tiba Dylan memberhentikan kursi rodanya membuat Kirana hampir terjungkal ke depan.

"Kenapa berhenti dadakan sih? " gerutu Kirana

Tiba-tiba kedua mata Kirana ditutup oleh tangan Dylan. Kirana berusaha memukul tangan pria itu dan tak lupa berceloteh kesal meminta pria itu melepaskan tangannya.

"Lepasin Dylan! tangan lo bau terasi!"

"Dylan!"

Dylan tidak menjawab. Tatapannya terpaku pada pemandangan dihadapannya. Tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini.

Akhirnya kekhawatirannya selama ini terjadi juga. Pemandangan yang dulu selalu ia pandang. Kedua sahabat masa kecilnya yang saling berpelukan erat seakan mereka tak bisa dipisahkan lagi. Melepas rindu yang telah ada bertahun-tahun karena takdir yang memaksa mereka berpisah.

Entah Dylan harus senang atau sedih. Ia tak tahu.

prett...

Sebuah suara tiba-tiba terdengar. Membawa kembali jiwa Dylan ke dunia setelah terlempar ke masa lalu.

Sudut bibirnya berkedut dan kemudian tanpa bisa ditahan lagi tawanya pun meledak. Ia bahkan tanpa sadar telah melepaskan tangannya dari mata wanita di hadapannya itu.

"Lo kentut?" tuduh Dylan sambil tertawa.

"Enggak! " Kirana menggelengkan kepalanya.

Wanita itu terus saja membantah tuduhan Dylan walaupun kedua pipinya sudah memerah padam.

Dylan pura-pura menutup hidungnya dan kemudian melempar tatapan mengejek pada Kirana, "Kentut lo bau, Ran! habis makan berapa bangkai? "

"Lo! "

Kirana berdiri dari kursi rodanya. Masa bodo tentang fakta bahwa ia baru saja operasi dan selang infus masih bertengger manis di tangannya.
Ia menendang keras tulang kering Dylan hingga tawa pria itu berhenti dan berganti dengan ringisan kesakitan.

Kirana berbalik badan dan mengibaskan udara di pantatnya, "Sialan lo!  Nih, Cium bau kentut gue! hirup baunya!"

Kirana terus mengomel kesal pada Dylan. Dylan yang mengadu kesakitan pun tanpa sadar menarik sisi bibirnya dan tersenyum.

Ini yang ia suka dari Kirana. Mungkin ia bukan wanita idaman semua pria atau mungkin ia lebih cocok jadi tokoh antagonis bagi semua orang. Tapi Dylan suka sikap apa adanya khas gadis itu. Semua orang boleh membantahnya tapi itu pendapat Dylan.

"Cium baunya!"

"Gue maunya cium elo. " celetuk Dylan sambil memasang senyum mesum yang hampir membuat Kirana berpikir melempar kursi roda ke arah pria itu.

"Hadapin Chandra dulu kalau berani. "

Ucapan Kirana seakan menarik kembali perhatian Dylan pada kejadian beberapa saat sebelumnya.

Ia segera berbalik dan tak
menemukan kedua manusia itu. Ia mengelus dadanya yang seakan salto akibat kejadian tak terduga itu. Ia segera berbalik dan memasang cengiran lebarnya pada Kirana yang melotot padanya.

"Lo harus berterima kasih ke gue,Chan." gumam Dylan dalam hati.

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

713K 139K 46
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
6.3M 324K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
4.8M 176K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1M 48.2K 38
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...