Waktu (END)

Oleh iiaMlk

36.2K 2.9K 233

Rahasia apa yang disembunyikan waktu? Lebih Banyak

Pertemuan Pertama
Senyuman?
Silat
Kebersamaan?
Cinta?
Bahagia
Rencana
Teror Pertama
Kecurigaan
Kecelakaan
Hay
Ada Apa?
Terluka
Mulai Terungkap
Masalah Baru
Naomi...
Kenyataan Sebenarnya
Pilihan Sulit
Akhir Dari Semuanya
Kehidupan Baru (END)

Prolog

7.5K 246 5
Oleh iiaMlk


Sudah lima jam lamanya Naomi menunggu Veranda didepan rumahnya.

Malam yang semakin dingin menyengat kulit Naomi. Angin malam berhembus menusuk-nusuk kulitnya, tetapi ia tidak peduli. Ia harus segera bertemu dengan Veranda untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting, mungkin lebih tepatnya ia ingin mengetahui apa alasan Veranda menjauhinya. Sebelumnya ia memang tidak tau apa yang membuat Veranda tiba-tiba memutuskan untuk menjauh, disaat ia sudah terbiasa menjalani hari-hari dengan keberadaan Veranda disampingnya. Tentu saja ia merasa sangat kehilangan

"Ve, aku mohon" teriak Naomi untuk kesekian kalinya meski ia harus ikhlas jika pada akhirnya hanya keheningan yang ia dapatkan karena Veranda masih tidak mau keluar dari rumahnya

Naomi terduduk lemas didepan pintu rumah Veranda, memeluk lututnya sendiri yang ditekuk. Sesekali ia menggosokan kedua tangannya untuk sekedar meminimalisir rasa dingin yang menjalar kesekujur tubuhnya.

Tiba-tiba pintu terbuka. Karena terlalu mendadak, tubuh Naomi langsung terjengkang kebelakang, pandangannya langsung mengunci pada Veranda ketika kedip mulai bergerak

"apa yang kau lakukan? Aku sudah mengatakan, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi" ujar Veranda

Segera Naomi bangkit dan berdiri tepat didepan Veranda, ia menggapai tangan kanan Veranda untuk digenggamnya, "kenapa kau berusaha untuk menjauhi ku? Apa aku melakukan kesalahan?"

Veranda menggeleng, menarik tangannya dari genggaman Naomi lalu bersandar diujung pintu memandang jauh kedepan

"aku sudah mengetahui siapa pembunuh kakak ku, jadi untuk apa kita bertemu lagi?" ucap Veranda tanpa mau menatap Naomi.

Naomi menatap Veranda tidak percaya, ia menggigit bibir bawahnya, entah kenapa mendadak dadanya menyesak mendengar ucapan Veranda.

"apa kebersamaan kita hanya sebatas itu?" tanya Naomi lirih

Veranda menatap Naomi serius lalu mengangguk pelan, "ya, apa kau pikir aku mau menganggapmu sebagai temanku?"

Naomi mengerjap beberapa kali mencoba menepis semua rasa sakit dihatinya, ia kembali menggenggam tangan Veranda "jangan berusaha membohongiku"

Untuk kedua kalinya Veranda menepis kasar tangan Naomi, tatapannya sudah sedikit tajam "tidak, Naomi! Mengertilah, aku tidak ingin menemuimu lagi"

Veranda mendelik tajam lalu mundur satu langkah, dengan keras ia membanting pintu tanpa menyadari bahwa sebelum pintu itu ditutup, ada satu tangan yang berusaha menghalanginya

"aaaargh" teriak Naomi merasakan sakit di keempat jarinya

Mata Veranda terbelalak, ia membuka pintu dan langsung menggenggam tangan Naomi

"maaf, aku tidak tau. Maafkan aku" Veranda terlihat panik mengusap lembut tangan Naomi sambil sesekali ditiup untuk meredakan rasa sakit itu. Ia menuntun Naomi untuk duduk dikursi ruang tamunya


Lima menit berlalu, Naomi tidak melepas pandangannya dari Veranda yang masih mengusap lembut tangannya. Ia meringis kesakitan merasakan tiupan Veranda yang sebenarnya membuat rasa perih itu bertambah tapi dengan sekuat tenaga ia harus menahannya, jika tidak ia yakin Veranda akan melepas genggamannya

"menjauhlah dariku, aku mohon" ucap Veranda masih menatap tangan Naomi, menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"beri aku alasan" Naomi menarik tangannya kemudian mengangkat dagu Veranda agar menatap kearahnya, ia bisa melihat mata Veranda berkaca-kaca dan pada saat itu juga ia menyadari bahwa Veranda sedang menyembunyikan sesuatu, "aku butuh penjelasan"

"mereka tidak akan membiarkanku hidup, aku hanya takut mereka akan menyakitimu. Naomi, aku mohon" Veranda memejamkan matanya beberapa detik membiarkan semua airmata yang sedari tadi ia tahan, keluar membentuk patahan-patahan kecil dipipinya, patahan yang menunjukan betapa ia sedang berusaha menahan rasa sakit, patahan yang seolah menjadi lambang dari penderitaannya selama ini.

Sepasang tangan Naomi terangkat menghapus airmata dipipi Veranda, "selama ada aku, mereka tidak akan bisa membunuhmu, kematianmu hanya bisa menjadi angan-angan untuk mereka"

Veranda menggeleng kuat, "aku tidak memikirkan kematianku tapi kamu Naomi, mereka akan membunuhmu"

Naomi mengembuskan napas berat lalu bersandar, memandang lelah kebawah lantai, "jika seseorang siap menjalani hidup, dia juga harus siap menghadapi kematiannya"

"aku hanya merasa takut"

Kembali Naomi menatap Veranda, ia menghela napas sebelum akhirnya menggenggam kedua tangan Veranda untuk menguatkannya, "ketakutan hanya bersemayam pada diri seseorang yang lemah, ketakutan hanya boleh dirasakan oleh seseorang yang berada dalam lingkaran kesalahan. Kenapa kita harus takut?"

"ketakutan itu manusiawi, apa aku tidak boleh merasakan takut? Sedangkan aku adalah seorang manusia"

"aku tidak akan membiarkan rasa takut itu melemahkanmu"

"kenapa? Bukankah tujuan kita dari awal hanya ingin mengetahui siapa pembunuh kakak ku, aku sudah mengetahuinya"

Naomi melepaskan genggamannya, lalu menundukan sedikit wajahnya tidak tau apa yang harus ia katakan. Gadis itu benar, untuk apa ia berada disini? Mengemis sebuah kebersamaan, sementara ia tau Veranda sudah menjauhinya seolah tidak ingin bertemu dengannya

Dirasa tidak ada jawaban, Veranda bangkit mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam namun baru beberapa langkah, ia merasakan sepasang tangan melingkar diperutnya

Naomi menyandarkan dagu dibahu Veranda, ia menghela napas lalu berbisik lembut, "jangan menjauh aku mohon"

Untuk beberapa detik Veranda terdiam mendengarkan ucapan setengah kaku itu, apa yang harus ia lakukan saat ini? Ia tidak bisa bersama dengan Naomi karena ia tau, nyawa Naomi terancam jika Naomi tetap ada disampingnya namun ia juga tidak bisa menjauh dari Naomi dan membiarkan hati gadis itu tersakiti hanya karena ketakutan yang tengah menyelimuti hatinya.

"jika mereka tidak bisa menjatuhkan jari tanganku, bagaimana mungkin mereka bisa membunuhku? Mereka tidak akan mampu dan tidak memiliki kekuatan sedikitpun untuk bisa menghancurkanku. Kenapa kau mengkhawatirkan hal itu dengan berusaha menjauhi ku dan mambuat hatiku hancur? Penjahat sebenarnya bukan mereka tapi kamu, Veranda"

Veranda semakin terisak, ia melepaskan rangkulan tangan Naomi diperutnya dan langsung berbalik untuk memeluk Naomi

"maaf, Naomi" ucap Veranda menenggelamkan wajahnya dicaruk leher Naomi dan membiarkan semua airmatanya tumpah dalam pelukan Naomi, pelukan yang selalu mampu menghangatkan hatinya, pelukan yang selalu bisa memberikannya kedamaian, pelukan yang menjadi sumber atas semua ketenangannya.

Naomi mengangguk pelan seraya mengusap lembut rambut Veranda, ia menghela napas lega, merasa sangat tenang melihat satu masalah sudah memutuskan untuk pergi menjauh dari hidupnya

"bagaimana jika mereka membunuh kita?" tanya Veranda masih tidak mau melepaskan pelukannya

"sama seperti waktu, kematian juga tidak akan bisa dihambat. Tapi sebelum kematian itu benar-benar datang, aku akan selalu berusaha melindungimu"

Sebuah suara mendarat ditelinga Naomi, ia memejamkan mata berusaha mengenali suara apa itu. Seperti suara langkah kaki seseorang dari luar, sejurus kemudian ia tersadar ada sesuatu yang tidak beres dan segera melepaskan pelukan Veranda.

Veranda terkesiap menatap Naomi seolah menanyakan ada apa. Naomi menggeleng menggenggam tangan Veranda untuk masuk kedalam rumah namun sepertinya ia terlambat ketika merasakan sebuah batu berukuran sedang menimpa kepala belakangnya

"mau kemana kalian?" tanya seseorang dari ambang pintu

Naomi dan Veranda berbalik. Melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi, Naomi langsung menarik tangan Veranda agar bisa bersembunyi dibalik punggungnya

"ada urusan apa?!" tanya Naomi tajam

Tangan Veranda bergetar hebat melihat darah keluar dari kepala Naomi, apa yang baru saja ia takutkan berubah menjadi nyata, tepat dihadapannya

Orang itu memutar sebuah pistol ditangan kanannya, "drama romantis, tapi sepertinya kalian harus mengucapkan kata perpisahan"

"aku sudah memberikan setengah dari hartaku! Bahkan perusahaanku! Kenapa kau masih menggangguku?!" tanya Veranda mulai histeris. Rasa takut, sedih dan emosinya seolah berkerja sama untuk melemahkannya, "aku tidak menyangka, orang yang selama ini bersamaku bisa melakukan hal sejahat ini!"

Naomi menatap Veranda lalu menggeleng pelan memberi isyarat agar Veranda tidak berbicara. Ia mengembuskan napas berat lalu kembali menatap tajam orang itu, "keluar!"

Orang itu tertawa keras, "aku tidak akan keluar sebelum melihat salah satu dari kalian mati, masalah ini bukan hanya soal harta tapi juga kepuasan hati"

Perlahan orang itu mengangkat pistolnya dan bersiap menekan pelatuk, "selamat tinggal"

DOOOR DOOOR DOOR

"Naomi!!"

"Veranda!!"

***

Oh ya, ini covernya nyolong di admin VeNomi. Siapapun yang bikin atau yang kenal sama yang bikin(?) bilangin saya minta izin yaa

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

ENIGMA [END] Oleh iia

Fiksi Penggemar

95.2K 12.9K 19
Kisah sepasang kekasih yang baru menikah dan sebuah kelompok rahasia yang harus dihadapkan dengan kasus rumit. Dibenturkan dengan teori rasional dan...
8.6K 2.7K 39
Pare, kota yang membungkus kenangan dan rindu dalam sebuah perpisahan pahit. Jl. Anyelir, Juli 2018
53.5K 5.8K 25
Kumpulan Flashfict VinShan
409K 33.2K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.