Kecelakaan

1.4K 141 13
                                    

Sepanjang jalan senyuman Veranda terus tersungging melihat pemandangan yang sangat indah disebelah kiri dan kanan; Pohon-pohon, Pertanian, Perkebunan semua ada disini. Sungguh, ia tidak pernah pergi ke tempat seindah ini. Sepertinya Naomi memang benar-benar ingin membuatnya bahagia. Ia ingin bertanya ini tempat apa tetapi selalu diurungkan. Jangankan untuk bertanya, meredakan detak jantungnya sendiri itu sangat sulit

Naomi melirik kekaca spion lalu tersenyum, Veranda terlihat bahagia.

Tiba-tiba Veranda terkesiap saat kecepatan Motornya naik, kontan ia memeluk Naomi. Dalam hati ia berharap Naomi tidak akan merasakan detakan jantungnya tetapi bagaimana bisa? Jantungnya berdetak 10 kali lebih cepat. Ia menarik napas lalu dihembuskan secara perlahan mencoba untuk tenang.

"Kau sedang sakit? Kenapa tersenyum sendiri?" tanya Naomi tersenyum tipis, "ah mungkin aku salah membawamu, seharusnya aku membawamu ke rumah sakit jiwa."

Veranda cemberut kemudian memukul punggung Naomi. "Aku mau turun."

Tawa Naomi langsung pecah. Ia berhenti dipinggir jalan lalu membalikan setengah tubuhnya menatap Veranda. Sebelah alisnya terangkat tinggi, "Kenapa?" tanyanya lalu menghentikan tawa.

Veranda memalingkan wajahnya kearah lain sambil melipat kedua tangan didepan dada tanpa berniat menjawab pertanyaan Naomi.

Senyum masih tercipta dibibir Naomi. Bukan terlihat menyeramkan, Veranda malah terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah seperti ini. Tangannya tertarik untuk merapikan poni Veranda yang tertiup angin. "Kau terlihat sangat cantik." Naomi kembali menghadap kedepan dan mulai memajukan motornya

Setelah beberapa saat Veranda hanyut dalam suasana, ia menghela napas kasar. Sepasang tangannya kembali melingkar diperut Naomi.

"Tapi bohong," lanjut Naomi yang langsung mendapatkan cubitan diperutnya. Bukan mengerang kesakitan ia malah tertawa puas

Veranda tersenyum tipis sambil mengeratkan pegangan dan menyandarkan tubuhnya dipunggung Naomi. Bahkan hanya pelukan sepihak, tetapi itu sudah bisa membuatnya nyaman.

Setelah memarkirkan motor, Naomi langsung masuk kedalam. Tangan kanannya membawa tas berukuran lumayan besar sedangkan tangan kirinya membawa kantong kresek makanan yang ia beli tadi dijalan. Ia menatap kesal Veranda yang sedang memandang kagum pemandangan disekelilingnya

"Bantu aku."

Kening Veranda berkerut. Namun ia menolak untuk nurut dan malah memeluk lengan Naomi sambil terus melangkah.

Beban ditangan kanan Naomi tentu semakin besar, ia mendengus. "Berat, Ve."

Langkah Veranda terhenti, ia memiringkan sedikit wajahnya menatap Naomi dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kau yang mengajakku kesini, jadi mau tidak mau kau harus bertanggung jawab."

Naomi berdecak kesal lalu kembali berjalan meninggalkan Veranda

Veranda hanya memutarkan kedua matanya malas sambil melangkah mengekori Naomi dari belakang. "Kemanaaa?!" tanyanya berteriak keras

Dagu Naomi terangkat untuk menunjukan Gazebo yang sering disebut 'saung' dikota ini
"Makan dulu atau berenang?" tanya Naomi menyimpan barang bawaannya.

Beberapa detik Veranda berpikir lalu menatap Naomi. "Sepertinya udara disini sangat dingin, kita tidak usah berenang."

Mata Naomi terbuka lebar. Sedetik kemudian ia tertawa, "Air disini hangat, nyaris panas. Kita renang dikolam itu" tangan Naomi terangkat sebentar menunjuk kolam yang berada diujung.

"Baiklah aku berenang dikedalaman 2-4 meter, kau disebelahnya. Sepertinya hanya setengah meter jadi kemungkinan tenggelem sangat tipis." tutur Veranda sangat peduli.

Waktu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang