Kebersamaan?

1.7K 159 21
                                    


Saat ini Veranda sudah berada di Taman Belakang rumah Naomi, karena Naomi masih berada di Kantor dan mengatakan akan pulang setengah jam lagi, Veranda melakukan pemanasan sendiri dan berlari dua puluh lima keliling seperti yang Naomi suruh sebelumnya. Sambil menunggu, Veranda duduk dengan posisi sila memandang lelah pada dedaunan. Mendadak matanya perih mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu saat ia melihat dengan jelas bagaimana kedua orang tuanya dibunuh secara sadis. Sebulir airmata jatuh membasahi pipinya, ia menepuk dadanya pelan berusaha meredakan nyeri itu tanpa hasil, karena tetes airmata berikutnya terus berjatuhan

"kenapa?"

Dengan cepat Veranda menghapus airmatanya lalu mengangkat wajah, menatap Naomi yang sedang berjalan menghampirinya dengan mengenakan pakaian serba hitam, sama seperti pakaian yang ia pakai sekarang. Segera ia berdiri untuk menyeimbangkan posisinya dengan Naomi yang saat ini sudah berdiri tepat dihadapannya.

Mata Naomi memicing menatap Veranda bingung, mata Veranda yang memerah memunculkan satu pertanyaan dipikirannya. Ia ingin bertanya namun sepertinya Veranda tidak akan menjawab pertanyaannya karena kebungkaman Veranda atas pertanyaannya tadi, cukup menegaskan bahwa Veranda tidak ingin mengatakan apa yang saat ini sedang bergelayut dalam hati dan pikirannya.

"bisa dimulai?" Tanya Veranda mengibas-ngibaskan satu tangannya didepan wajah Naomi.

Naomi mengerjap, ia mengangguk "sudah melakukan pemanasan?"

"tadi" Jawab Veranda singkat membuat Naomi mendelik malas karena nya

"ambil posisi yang kemarin aku ajarkan"

Veranda mengangguk-anggukan kepala dan mulai mengambil posisi kuda-kuda tengah. Ia menyimpan kedua tangannya disamping pinggang

"pukul aku" Naomi berdiri dengan posisi kedua tangan didepan dada

"dari awal kita bertemu, aku memang sudah ingin memukulmu habis-habisan"

"serius!"

Veranda terkekeh pelan kemudian melayangkan pukulannya pada wajah Naomi, namun dengan cepat Naomi menahannya. Naomi menghela napas melihat kepalan tangan Veranda yang salah.

"lipat Ibu jari diantara keempat jari lainnya, jika posisi Ibu jari lurus saat memukul, tenaga yang akan dikeluarkan akan kecil dan Ibu jari juga bisa terluka karena itu" Naomi mengubah posisi Ibu Jari tangan Veranda

BUUUK

"aaaw" ringis Naomi memegangi ujung mulutnya yang berdenyut karena pukulan Veranda, ia langsung melempar tatapan tajam pada Veranda yang saat ini sudah mundur dua langkah menjauhinya, "kenapa kau memukulku?"

Veranda menggeleng-gelengkan kepala, "kau yang menyuruhnya, Nona"

Naomi mengembuskan napas berat, sepertinya kesabaran sangat dibutuhkan untuk mengajari Veranda saat ini. Ia menarik tangan Veranda agar semakin mendekat kearahnya, "aku tidak akan mengajarimu teknik kuda-kuda depan, samping atau belakang. Kau hanya perlu berdiri menumpukan semua tenagamu dikaki dan telepak tangan yang akan digunakan untuk memukul, mengerti?"

Veranda mengangguk paham, "apalagi?"

"jika musuh datang tiba-tiba, kau bisa melakukan sikap Pasang, bagini" Naomi mencontohkan sikap pasang, ia mengambil posisi badan tegak, kedua tangan mengepal disamping, "ada beberapa sikap pasang, sepertinya Teori akan sulit masuk kedalam pikiranmu. Kita persingkat saja, kau hanya perlu berdiri siap seperti posisi kuda-kuda tadi"

Tanpa memperdulikan ucapan Naomi yang terlihat seperti merendahkan, Veranda langsung mengikuti apa perintah Naomi. "jika musuh memukul, apa yang harus aku lakukan?"

Waktu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang