Teror Pertama

1.4K 140 16
                                    


"Mulai hari ini, aku akan mengambil alih kepemimpinan kak Ryan."

Semua pekerja tersentak kaget mendengar ucapan dari atasannya. Sedangkan Veranda hanya berdiri tegas menggenggam tangan Naomi yang berdiri disampingnya

"Kalian sudah mengetahui, bukan? Bahwa dia kekasihku."

Naomi hanya memasang wajah dingin, memperhatikan semua gerak-gerik karyawan Veranda. Namun, ada satu yang menghisap perhatiannya yaitu seorang pemuda bernama Ryan. Ryan terlihat sangat gelisah mengusap lehernya sendiri.

"Maaf, Ve."

"Aku di Kantor ini pemimpin sekarang. Kak Ryan, tolong jaga ucapanmu." Veranda menatap tegas pada Ryan kemudian mendelik, mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Maaf, Bu. Anda tidak harus terjun langsung ke Perusahaan ini." lanjut Ryan setelah memperbaiki kelimatnya.

Alis Veranda terangkat bingung, ia kembali menatap Ryan dengan mata memicing curiga. "Kenapa?"

"Aku bisa menanganinya sendiri."

"Aku pemilik Perusahaan ini!" bentak Veranda membuat semua orang terkejut. Tiba-tiba ia merasakan genggaman tangan Naomi berubah menjadi cengkeraman, seolah memberi isyarat agar ia bisa menjaga sikapnya. Akhirnya ia menarik napas dan dihembuskan keras, berusaha menahan emosi agar tidak menggebu-gebu.

"Kembali ke ruangan kalian masing-masing." suruh Veranda melepaskan genggamannya pada Naomi lalu duduk, menenggelamkan wajah di kedua tangannya. "Kenapa menahanku?! Kak Ryan jelas-jelas sudah menantangku!"

Naomi mengembuskan napas berat kemudian duduk dikursi yang berhadapan dengan Veranda. Ia menurunkan kedua tangan Veranda yang menutup wajahnya. "Jangan memutuskan sesuatu saat kau emosi, karena kau akan melakukan kesalahan padahal sebenarnya tidak."

"Kemarin kau mengatakan bahwa pembunuh itu ingin menguasai harta ku, lalu apa kak Ryan tidak bisa dicurigai?"

"Kita cari tau kebenarannya secara perlahan tanpa emosi, kau harus bisa sabar. Semua butuh wak---"

"Aku bosan mendengarmu membicarakan soal waktu." Veranda memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut lalu meminum segelas air putih sampai habis.

Naomi tidak memperdulikan ucapan Veranda, sekilas ia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul sembilan pagi. "Aku harus pergi ke Kantor sekarang."

"Ayo." Veranda berdiri, menggenggam tangan Naomi dan mulai berjalan keluar ruangan. "Kita harus terlihat mesra." bisiknya pelan.

Naomi hanya mengulum senyumnya mendengar itu, ia mengangguk pelan seraya mengeratkan genggaman tangannya. Sudut matanya memutar ke samping, melirik ekspresi wajah Veranda yang kembali berbinar ceria. Ia menggeleng pelan tidak mengerti dengan sikap Veranda yang cepat sekali berubah.

Pandangan Naomi tak sengaja berhenti pada Ryan yang sedang membicarakan sesuatu dengan seorang karyawan di ujung Koridor. "Itu Ryan? Sedang apa?"

Veranda memandang ke arah yang sama kemudian mengangkat bahunya tidak tau.

"Itu siapa?"

"Kalau tidak salah namanya Rico, teman kak Randy juga."

Naomi mengangguk paham dan memusatkan semua perhatiannya ke depan.

"Aku jemput?" tanya Naomi setelah langkahnya sampai di Parkiran. Satu tangannya sudah bersiap membuka pintu.

"Naomi," seru Veranda tepat saat Naomi duduk di Jok kemudian, "kau,"

Waktu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang