Rencana

1.4K 140 8
                                    


Veranda terbangun dari tidur ketika mencium aroma masakan yang khas entah dari mana. Sambir berjalan keluar, ia tersenyum sendiri membayangkan kejadian semalam saat Naomi menyatakan cinta kepadanya. Meski ia belum bisa resmi menjadi kekasih Naomi, namun setidaknya ia sedikit bahagia mengetahui bahwa Naomi menyimpan perasaan yang sama. Ternyata benar, cinta tidak melulu tentang kesakitan dan kesedihan. Dibalik itu, cinta juga menyuguhkan kebahagiaan

Naomi yang sedang mengaduk-aduk sayur jadi mengangkat wajah dan tersenyum ketika menyadari keberadaan Veranda disampingnya, "Sudah bangun?" tanyanya dengan wajah ceria. Ia berjalan mengambil mangkuk berukuran besar dan langsung menuangkan sayur itu kesana setelah sebelumnya mematikan kompor

"Pagi-pagi seperti ini kau membuatkanku makanan berat?" Tanya Veranda mengusap dagunya sendiri, memandang pada sayur yang dibuat Naomi

Naomi mendengus membawa sayur itu seraya berjalan mendekati meja makan, "Ini sudah jam sembilan, perempuan macam apa kau ini? Jam segini baru bangun" jawabnya mendelik geli pada Veranda yang sedang menguap lebar

"Aku terjaga semalaman" Veranda merentangkan kedua tangan lalu berjalan mendekati wastafel. Ia mencuci wajahnya disana kemudian mengelapnya menggunakan baju yang ditarik keatas

Naomi yang melihat itu jadi bergedik sedikit jijik, "Jorok sekali!"

Veranda mendesah malas, kemudian berjalan menghampiri Naomi dan langsung duduk dikursi. Bersiap untuk menyantap makanannya, "Apa ini enak?"

Naomi mengangkat bahu sambil memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya, "Aku libur hari ini. Apa kita bisa pergi?"

"Kemana?"

"Jalan-jalan"

Veranda yang hendak menyuap nasi jadi berhenti, mengangkat wajahnya menatap Naomi dengan wajah berbinar bahagia, "Benarkah? Apa kau akan mengajakku pergi ke tempat indah? Atau kau akan memberikanku cincin dan kita akan bertunangan"

Naomi menepuk dahinya, "Berhentilah berkhayal"

Veranda mendengus kesal kemudian menyuapkan nasi itu dengan sangat malas. Pandangannya ia alihkan dari Naomi, "Sepertinya kau memang tidak bisa melihatku bahagia"

"Saat ini, itu tujuan hidupku" balas Naomi cuek masih mengunyah nasinya

"Apa?"

"Tentu saja membahagiakanmu"

"BENARKAH?!!!" Tanya Veranda berteriak bahagia

Naomi langsung menutup kedua telinganya, "Jangan berteriak!"

Veranda tertawa kecil menutup wajahnya sendiri, "Aku malu sekali"

Naomi hanya terkekeh melihat sikap Veranda yang terlihat seperti anak kecil


*


Mobil Naomi berhenti di sebuah Pantai terdekat. Hanya menempuh jarak enam jam, meski ia tidak tau apa tujuannya kesini sementara waktu yang ia miliki tidak banyak karena besok siang ia harus kembali bertugas. Entah kesialan atau apa, hujan menyambut kedatangannya di Pantai itu. Ia berdecak kesal sambil menghempaskan punggungnya di Jok

"Kenapa harus hujan?" Tanya Naomi mendesah lemah. Butuh waktu yang lama untuk sampai ketempat ini, tentu saja ia merasa sangat kesal

"Kenapa kau bertanya padaku?" Veranda menjulurkan lidahnya

Dari pada menjawab pertanyaan Veranda yang sangat menyebalkan itu, Naomi memilih membuka Jaket yang langsung ia gunakan untuk menutupi kepalanya

Waktu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang