PERFECT

Oleh tyyongg

284K 4.3K 505

"Gue bukan pacar lo, Tas." - Royan "Oyan gitu ya. Padahal kalo Tasya gak ada, pasti dicariin." - Tasya Bagai... Lebih Banyak

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 7

PART 6

7.5K 553 36
Oleh tyyongg

Tasya menatap Royan horor. Kedua tangannya menutupi dada. Seakan-akan takut jika dijamah. Akan tetapi sesekali Tasya memastikan apakah dada dia memang rata seperti yang dilontarkan Royan.

"Udahlah mendingan lo pergi aja. Sepet mata gue ngeliat lu dimana-mana." Usir Royan dia mengibaskan tangannya sambil menghembuskan nafas kesal.

Namun Tasya tetaplah Tasya. Gadis keras kepala jika sudah menemukan mangsanya. Dia berdiri lalu merapikan penampilannya.

"Ayuk pergi. Balik ke kelas." Dia menarik paksa tangan Royan yang terlihat malas-malasan.

"Lo jangan sok kenal sama gue. Jangan pegang-pegang juga. Risih tau gak." Semakin Royan mengelak. Tarikan Tasya semakin mengencang sampai Royan meringis tidak menyangka bahwa kekuatan gadis tersebut lumayan besar.

"Makanya ayo balik ke kelas bareng."

"Oke." Balas Royan jengah. Jika tidak menuruti gadis gila dia yakin akan terus merengek.

Suasana koridar yang berisik dan ramai mendadak hening karena kedatangan Tasya dan Royan. Semua mata tertuju pada kedua sosok itu.

"Dia bukannya murid baru ya, kenapa bisa deket sama Royan?"

"Mereka punya hubungan apa?"

"Ganjen banget tuh cewek deket-deket sama Royan,"

"Sok cantik,"

"Dia tadi yang di tegur Bu Rahti gara-gara makeupnya tebel kayak mak lampir,"

"Hahahaha dasar cewek kegatelan"

Tanpa mereka sadari, Tasya menghampiri segerombolan cewek yang mengatainya dan langsung ngejambak.

"Ngaca dong bitch yang mak lampir itu lo. Walaupun makeup gue tebel, gue tetep cantik. Engga kayak lo, pake makeup malahan kayak ondel-ondel." Amuk Tasya.

"Arrgghhh lepasin bego!" Cewek itu meronta-ronta.

"Gue gak bakalan ngelepasin lo sebelum lo minta maaf."

"Lepasin Karina. Kurang ajar ya lo main jambak-jambak. Asal lo tau, Karina itu anak guru di sini." Dengan sekali hentakan, Bela yang merupakan teman Karina gadis yang rambutnya di tarik Tasya berahasil melepaskan tangan Tasya.

"Lo kira gue takut," Ejek Tasya.

"Awas ya lo. Gue bakalan bales dan lo bakalan dikeluarin dari sekolah ini." Balas Karina.

"Gak usah diladenin." Tiba-tiba Royan menarik lengan Tasya. Kepala kecil Tasya langsung mengeluarkan ide jahil. Dia mengangguk atas ucapan dari Royan dan memeluk lengannya.

"Iya. Yuk sayang, buang-buang waktu kalau ngomong sama mereka." Tasya tersenyum meremehkan para pasukan ondel-ondel.

"Karina! Gue gak salah denger kan? Barusan cewek gatel manggil Royan 'sayang'. Calon pacar lo direbut sama dia." Samar-samar terdengar suara jeritan teman Karina.

"Dasar Cabe." Olok Royan kepada Tasya.

"Gue denger."

Sesampainya di kelas, Tasya langsung menghampiri Luvita yang sedang bergosip dengan seorang cewek berambut panjang, tinggi, berlesung pipi yang dia ketahui bernama Selly.

Luvita menyambut Tasya dengan senyum yang mengembang begitupun dengan Selly.

"Hello my friend welcome back," ucap Luvita dan Selly berbarengan.

"Apaan nih? Kayak Teletubbies aja maen peluk-pelukkan."

"Gimana oleh-olehnya dari Bu Rahti? Kenyang?" Tanya Luvita penasaran.

"Maksudnya gimana?"

"Lo dapet hukuman apa dari guru singa?"

"Oh seperti itu, Cuma disuruh bersihin semua toilet yang ada di sekolah," ucap Tasya santai.

"Minggir," suara bass menyadarkan Luvita dan Selly. Secara reflek bergeser mereka memberi jalan kepda Royan agar dia bisa lewat.

"Eh ada si ganteng," tutur Selly diselingi cengengesan. Tampaknya Luvita tak menghiraukan Royan.

"Terus gimana?" tanya Luvita.

"Ya engga gimana-gimana." Tasya memutuskan duduk di kursi yang kosong.

"Lo jalanin hukumannya?"

"Engga. Tadi gue bersihin makeup. Lihat nih muka gue, masih cantik gak? Sebenernya gue gak pede kalau gak pake makeup.

"Eh siapakah gerangan ini? Kayaknya gue kenal sama lo," ucap Vino teman Royan.

"Iya. Lo murid baru kan? Cantik amat neng. Lain kali jangan pake makeup lagi. Asal lo tau ya, tadi gue liat lo waktu masih pake makeup mirip mak lampir. Ditambah kejudesan lo. Merinding bulu kaki dedek." Gelak tawa memenuhi kelas karena ucapan Marvel yang merupakan teman Royan juga.

Tasya melempar penghapus ke arah Marvel.

"Dasar lo cowok gak bermutu. Mata lo katarak ya? Cewek cantik kayak gue lo bilangi mirip mak lampir."

"Ciee si cantik marah." Rico cowok itu mencolek dagu Tasya.

"Gak usah colek-colek. Lo kira gue sabun?"

"Yaelah gitu aja ngambek."

"PULAAAANGGGG PAAGIII WOIIIII. GURU NGADAIN RAPAT DADAKAN." Teriak Bastian yang tiba-tiba muncul.

"YEEEE PULANG PAGIII"

"ASSIIIKKK AKHIRNYA GUE BISA BOBOK SIANG"

"Geli njirr bahasanya si Marvel melambai."

"Apaan sih abang, dedek sekarang jarang bobok siang." Marvel mendekati Bastian dan memeluknya.

"Udah-udah dramanya. Jijik gue liatnya," seru Selly. Kini giliran Selly yang menjadi sasaran kejahilan Marvel.

"Eneng cantik kok banyak bacot. Mau juga ya bobok siang sama abang? Kalau iya, yuk kita pulang sekarang."

"Jijijk."

"Oh Ya Tas, lo disuruh ke ruang kepsek buat ngelengkapin data-data kepindahan lo. Katanya ada yang kurang lengkap." Dengan berat hati Tasya menuju ke ruangan Kepsek.

***

Di kelas hanya menyisakkan Royan yang sedang berdiri menghadap kaca sehingga dia bisa melihat aktivitas orang-orang yang berada di halaman sekolah. Sedan hitam mengkilap berhenti saat memasuki halaman sekolah dan keluarlah seorang pria tua yang sangat mirip dengan Royan.

Royan memandang pria tua itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Punya orang tua seraya gak punya orang tua. Itulah nasib yang dialaminya. Tak sengaja mata mereka bertemu memandang. Royan yang menyadari tatapan itu langsung memutuskan pergi dari kelas.

From Papa : +085*******

Temui papa di tempat biasa.

To Papa : +085********

Ya.

Selalu begini. Setiap ada rapat pasti mereka bertemu di lorong yang sepi untuk menghindari murid lain.

"Berangkat sekolah telat lagi? Kamu ini benar-benar bikin malu. Apa kata orang lain kalau nanti mereka tau kamu anak papa. Papa mindahin kamu ke apartemen supaya kamu gak bandel dan buat renungin apa saja kesalahan kamu. Kemaren lusa kamu juga ketangkep ngerokok kan? Kapan kamu buat papa bangga nak? Kerjaannya Cuma nyusahin. Papa sudah capek ngurusin kamu." Keluh Bramasta.

"Justru papa mindahin Royan ke apartemen malahan bikin Royan tambah kesepian. Kalo di rumah Royan masih mending ditemenin sama Bibi Sarah. Di apartemen? Royan Cuma sendiri. Bilang aja niat papa mindahin Royan ke apartemen biar temen-temen papa gak tau tentang Royan karena sekarang teman-teman papa sering berkunjung ke rumah. Royan udah gede. Papa gak bisa bohongin Royan lagi. Royan juga capek. Walopun Royan jadi anak baik, papa tetep aja gak mau ngakuin kalau Royan anaknya. Dan inget, Royan begini juga gara-gara papa. Coba kalau dulu.." ucapan Royan di sela oleh papa nya.

"Suduh cukup. Ini gak ada kaitannya sama dulu." Royan mengepalkan tangannya erat-erat agar tidak melayangkan tinju kepada pria tua di depannya. Tiba-tiba Royan mendengar suara teriakan dan umpatan seorang gadis.

"Auuu tempat sampah sialan."

"Urus yang satu ini, kalo sampai ada yang tau, papa benar-benar tidak akan menganggap kamu anak." Setelah mengatakan itu Bramasta berlalu meninggalkan Royan. Royan segera menghampiri gadis perempuan yang berani-beraninya menguping pembicaraan orang lain.

"Udah lama disini?" Tasya mendongak dan menatap Royan terkejut.

"Gue gak bermaksud nguping kok." Elaknya. Padahal Royan tidak menuduh, kalo kayak gini berarti dia denger semuanya.

"Lo tau pria tua tadi?" tanya Royan mamastikan.

" Dia pemilik sekolah ini bukan?" jawab Tasya dengan sedikit gugup.

"Oh."

"Ehm. Lo anaknya?" Seperti yang Royan duga pasti Tasya akan menanyakan hal ini.

"Menurut lo? Lo gak boleh ngasih tau tentang gue ke siapa-siapa termasuk sahabat lo. Gue yakin lo bisa dipercaya."

"Kenapa dia kayak gitu? Oke, rahasia dijamin aman."

"Bacot. Lo udah denger semua kenapa nanya lagi." Ditatapnya Tasya yang sedang mengerucutkan bibirnya.

"Gak usah sok imut deh. Sana pulang lo." Dengan sengaja Royan mendang pelan kakinya.

"Aduh Royan kaki gue lagi sakit malah lo tendang."

"Bodo."

"Tanggung jawab."

Ngeladenin Tasya lama-lama bisa gila. Pasti ulahnya aneh-aneh. Udah kedua kalinya dia minta tanggung jawab ke Royan.

"Eh tunggu," Tasya menarik celana sekolah Royan yang hendak meninggalkannya.

"Apaan."

"Gendong, kaki gue sakit Oyan." Tuhkan, baru aja mau ngehindar udah ditahan lagi, batin Royan.

"Males. Nama gue Royan bukan Oyan"

"Oyan jahat ya sama Sasa"

"Sasa?"

"Ih, pokoknya lo harus anterin gue nyampe mobil kalau engga gue bakalan teriak."

"Bomat."

"ARRGGHHH." Royan segera menabok bibir Tasya agar dia menutup mulutnya.  Kedua tangannya ditarik Royan dan langsung menggendongnya.

"Aduh, pelan-pelan dong Oyan. Kaki Sasa sakit tau," Tasya memeluk leher Royan dengan erat.

"Bego. Lo kekencengen meluk leher gue."

Tasya tersenyum bahagia. "Maaf."

"Lewat belakang sekolah aja. Depan masih rame."

Selama perjalan menuju ke parkiran Tasya Cuma diam. Dia enggan mengajak Royan berbicara karena raut wajah Royan sangat mengerikan.

"Setiap gue keluar dari sekolah pasti ketemu sama lo," ucap Royan.

"Jodoh kali."

***

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

697K 54.8K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
761K 37.2K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1M 50.7K 67
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
343K 42.1K 32
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...