PART 5

8K 547 51
                                    

Setelah insiden Luvita yang terus berteriak dan heboh sendiri sehingga tidak mau diam dan terus menodong Tasya dengan segala pertanyaan. Tak terasa waktu jam istirahat berlalu cepat.

"Dimana Royan?" sentak seorang perempuan gembul paruh baya membuat murid yang berada di dalam kelas kaget.

"Royan di kantin," jawab sang ketua kelas.

"Cari dia dan suruh ke ruangan saya. Sekarang!" Beno sang ketua kelas langsung berlali terbirit-birit setelah Bu Rahti membentaknya.

"Dan kamu," tunjuknya kepada Tasya

"Kamu murid baru kan? Murid baru sudah berani melanggar aturan. Kamu mau mangkal apa mau sekolah? Pake makeup kok tebalnya ngalahin biduan," omelnya kepada Tasya.

"Emang di sekolah ini ada peraturan tertulis tentang penggunaan makeup? Kayaknya engga ada, jadi suka-suka saya dong bu mau make makeup yang tebel atau yang tipis. Lagian yang beliin saya makeup bukan ibu." Dengan polosnya Tasya menjawab. Padahal teman sekelasnya sedang menatapnya horor.

"Apa kamu bilang? Beraninya kamu membantah. Sekarang kamu ikut ke ruangan saya." Ucap Bu Rahti.

"Lo sih pake ngebantah segala. Guru tadi guru yang paling galak dan sekarang lo akan menghadapi guru galak itu. Mungkin setelah ini orang tua lo dapet undangan spesial." Ejek Luvita disusul gelak tawa teman sekelasnya.

"Lo kenapa baru ngasih tau gue. Padahal disini yang pake makeup gak gue aja. Kenapa gue aja yang kena." Gerutu Tasya.

"Karena lo yang paling menonjol diantara kita. Udah sana ke ruangan Bu Rahti."

***

Sepanjang jalan Tasya tak berhenti mengumpat kepada Bu Rahti. Baru sehari masuk sekolah dia udah terkena masalah. Gimana hari-hari dia selanjutnya. Tasya berkaca meneliti setiap inci wajahnya. Perasaan makeup gue natural deh, batinnya. Bahkan si Novi 'nenek lampir' lebih tebel. Mungkin itu guru iri sama kecantikan gue makanya gue aja yang dipanggil, batinnya sekali lagi.

Setelah sampai di depan ruangan Bu Rahti, Tasya membuka pintu dan baru mengetuknya.

"Saya udah disini, Bu. Boleh saya kembali ke kelas?" tanya nya sok polos. Tasya melihat Royan yang duduk di depan meja Bu Rahti. Dia heran, kenapa cepat amat ditemukannya makhluk halus itu.

"Enak aja. Sini kamu duduk," perintah Bu Rahti.

Tasya menuruti perintah Bu Rahti dan  duduk di sebelah Royan. Dilihatnya cairan pembersih makeup beserta kapas.

"Bersihin makeup kamu pake ini. Jangan lupa kalau sudah selesai kembalikan lagi ke sini." Titah Bu Rahti ke Tasya.

"Saya tidak mau. Masa udah makeup cantik-cantik disuruh ngehapus."

"Hapus atau kamu saya hukum."

"Ini hak saya dong bu mau pake makeup kayak gimana." Sungut Tasya.

Tasya memandang berani wanita paruh baya itu. Nyuruh ngehapus makeup tapi makeupnya sendiri juga tebel. Bener-bener nih guru, perlu gue beliin kaca gede biar dia sadar, ejek Tasya yang hanya keluar di dalam hati.

"Beraninya ya kamu bantah saya. Kamu itu Cuma murid baru di sekolah ini dan seorang murid gak pantas pake makeup setebal kamu."

"Udahlah hapus aja." Sahut Royan yang akhirnya membuka mulut setelah lama memperhatikan debat seorang murid dengan gurunya.

"Gak usah ikut campur lo." Hardik Tasya.

"Bu, anda memanggil saya Cuma untuk melihat adu mulut anda dengan murid ini?" Rahang Royan mengeras karena saking jengkelnya kepada Bu Rahti. Tasya mendadak menciut melihat aura Royan.

"Kalian ini sungguh tidak sopan. Sebagai hukumannya, kalian harus membersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini. Royan kamu jangan sampai telat lagi. Dan kamu murid baru, kalau saya masih melihat kamu pakai makeup, orang tua kamu akan saya panggil ke sekolah. Bawa pembersih makeup ini."

Tasya mengambil pembersih makeup dan keluar ruangan disusul Royan yang berada di belakangnya. "Ngeselin banget tuh guru." Tasya mencoba membuka pembicaraan karena merasa canggung. Namun usahanya sia-sia karena Royan tidak sama sekali menanggapi. Tanpa disadari Tasya mengikuti langkah besar Royan menuju halaman belakang sekolah.

"Lah kenapa malah kesini?"

Lagi-lagi Royan tak menggubris pertanyaan Tasya. Royan berbelok arah menuju halaman belakang sekolah. Dia duduk di bawah pohon lalu mengeluarkan sebatang rokok yang berada di sakunya.

"Gue gak suka asap rokok, Yan." Omel Tasya yang ikut terduduk di samping Royan.

"Pergi lo. Ganggu orang aja." Usir Royan menghembuskan asap rokok ke muka Tasya. Seketika Tasya terbatuk.

Tasya mengambil rokok yang berada di tangan Royan. "Suka amat ngrusakin tubuh."

"Balikkin rokok gue." Royan mencoba merebut rokoknya. Dengan gesitnya Tasya membuang rokok itu dan segera menginjaknya.

"Bajingan. Bisa gak lo pergi dari hadapan gua?" Tasya memejamkan matanya mendengar penuturan kasadmr itu.

"Gak usah ngumpat juga dong. Oke gue bakalan pergi tapi setelah lu bantuin gua ngehapus makeup."

"Sesekali lu harus menyentuh muka seorang bidadari."

"Ogah." Niat Tasya hanya menggoda Royan dan membalas perbuatannya tadi pagi. Dari reaksi Royan yang begitu jutek memaksa Tasya untuk bersikeras kepada dia agar mau membantu membersihkan makeup.

"Lo bawa kaca?"

"Ya kali gue bawa kaca. Lo kira gue banci?!" Tasya terkekeh mendengar jawaban Royan.

"Yah padahal gue gak bisa bersihin makeup tanpa kaca. Bantuin dong, Yan. Ini sebagai bentuk pelatihan buat lu jadi pacar gue nanti. Cuma  bersihin makeup doang."

Rasa jengah, kesal, dan jengkel beradu. Royan meraih kapas dari pangkuan Tasya lalu meenghela nafas. Dengan kasar dia mengusap kapas ke wajah Tasya.

"Pelan-pelan dong Yan. Pake hati. Biar nanti terbiasa."

"Bacot."

Tasya tertawa melihat raut wajah kesel Royan. Tangannya mencubit pelan pipi cowok di depannya.

"Oyan baik deh."

"Makanya kalo ke sekolah gak usah pake makeup tebel-tebel. Gue gak suka sama cewek yang suka pake makeup." Ucap Royan.

"Lah lo kira gue pake makeup buat narik perhatian lo gitu?"

"Ya emang gitu kan."

"Lagian lo itu udah cantik, gak perlu makeup lagi." Tasya sedikit tersipu malu mendengar lontaran pujian. Di amatinya Royan, raut mukanya sangat serius. Tanpa sengaja pandangan mata Tasya terjatuh pada bibir Royan yang berwarna merah muda. Untuk seorang perokok bibir Royan termasuk bagus.

Entah sadar atau tidak, Tasya mendekatkan wajahnya ke Royan. Di kecupnya bibir merah muda itu. Royan terkejut mendapat serangan dadakan dari Tasya.

"Kenapa? Baru pertama kali dicium cewek cantik?" Ejek dia kepada Royan.

"Kurang lama." Royan membalas Tasya dengan seringaian.

"Gak tau malu. Lo itu cewek, jangan maen nyosor sama laki."

"Gue suka lo. Jadi terserah gue dong." Senyuman tipis terukir indah di bibir Royan.

***

Cewek emang ribet, pikir Royan. Udah tau ke sekolah gak boleh pake makeup masih saja pada ngeyel.

Setelah selesai membersihkan makeup Tasya, Royan membaca name tag gadis itu yang berada tepat di atas dadanya. Tasya Andriana Halim. Cewek yang namanya Tasya pasti imut-imut, termasuk cewek ini, batin Royan. Tanpa sadar dia masih memandangi name tag itu.

"NGAPAIN LO LIAT-LIAT DADA GUE?" bentaknya Tasya.

"Siapa juga yang mandangin dada lo. Gue gak nafsu sama dada kayak papan triplek." Sanggalnya. Padahal dada Tasya tidak triplek sama sekali. Bahkan bisa dibilang besar.

"APA LO BILANG?"

***

PERFECTWhere stories live. Discover now