PART 7

7.9K 509 40
                                    

Tak terasa sudah dua bulan Tasya mengenal Royan. Mulai dari kebiasaan hingga keburukan Royan, Tasya sudah hafal itu. Dan dia mengetahui satu fakta penting tentangnya.

'Royan Aaron Wijaya' seorang anak pemilik sekolah. Tasya tidak menyangka akan sikap Pak Bram sapaan akrab untuk Papa Royan bisa bersikap sekejam itu. Demi repurtasi yang baik dia tidak mau mengakui anak nakalnya.

Tasya sudah mengetahui tentang pertanyaan kenapa Royan tidak dikeluarkan dari sekolah padahal kelakuannya sudah sangat buruk. Tasya selalu mengingat isi percakapannya bersama Luvita. Bahwa musuh-musuh Royan sangat mengerikan.

Flashback on

"Luvita, Royan orangnya gimana?" tanya Tasya ke Luvita.

"Kenapa emangnya? Lo naksir beneran sama Royan? Kalau saran gue ya, Tas. Mendingan lo jangan deket-deket sama dia, ntar lo ketularan bandel. Walaupun dia ganteng tapi sikapnya minus. Gue gak mau lo kenapa-kenapa. Lo bakalan jadi inceran musuh dia kalau nyampe lo pacaran sama Royan." Tutur Luvita panjang lebar.

"Segitu parahnya ya? Kayaknya dia orang baik deh." Tasya begitu yakin kalo Royan gak seburuk apa yang mereka kira.

"Ya gue gak tau juga sih. Tapi tetep aja lo gak boleh deket apalagi pacaran sama dia. Cukup kagumi dia dari jauh. Royan itu ibaratkan bintang, bagusnya kalau diliat dari jauh. Kecuali kalau lo sanggup ngerubah sikap dia. Semenjak peristiwa 1 tahun yang lalu Royan berubah jadi anak bandel."

"Peristiwa apa? Kayaknya lo tau banyak ya tentang Royan." Tasya meyindir Luvita.

"Belum saatnya lo tau. Kalau lo beneran niat mau deketin Royan, suatu saat dia bakalan cerita sendiri."

Flashback off

Rentetan kalimat yang dituturkan Luvita selalu membuat Tasya waspada. Tasya sangat penasaran karena Luvita terlihat sangat tau tentang seluk-beluk Royan. Bahkan Tasya tak jarang melihat mereka saling mengobrol di halaman sekolah.

"Adek, ayo turun. Saatnya makan malam." Teriakan Rosalin menyadarkan Tasya dari lamunan.

"Iya, Ma bentar."

"Selamat malam mama cantik." Tasya tersenyum manis kepada Rosalin dan mengecup pipinya.

"Kak Arsen gak dicium juga nih?" tanya Arsen sambil menaik turunkan alisnya. Tasya menghampiri Arsen yang sedang tersenyum sok manis kepadanya dan mencium pipi sang Kakak.

"Gue denger tadi lo telat sekolah." Ucap Arsen santai.

"Iya. Gila, untung satpamnya baik kalo gak--eh tunggu lo kenapa bisa tau kalo gue telat?" Tanya Tasya curiga.

"Ha--oh kata Mama." Arsen menjawab dengan nada gugup.

"Mama gak pernah bilang gitu." Sahut Rosalin tiba-tiba yang membuat Tasya semakin curiga.

"Ah enak nih pasti masakan mama." Arsen mencoba mengalihkan pembicaraan. Namun, Tasya tetap menatap curiga Arsen.

"Masak apa, Ma?" Tanya Reksa yang baru menginjakkan kaki di dapur.

"Masak makanan kesukaan kamu." Jawab Rosalin.

"Lo kenapa, Dek?" Reksa heran melihat raut muka Tasya yang kurang mengenakan.

"Tau tuh. Udah jelek tambah jelek." Ejek Arsen.

"Bukan adek gue itu." Reksa menimpali ejekan Arsen.

"Mama, Kak Arsen sama Kak Reksa nakalin adek." Tasya mengadu ke Mamanya.

"Adeknya jangan diledekin terus. Sudah-sudah ayo makan."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PERFECTWhere stories live. Discover now