Violeta

By depurple

664K 51.4K 4.6K

Violeta Diamona, seorang perempuan gemuk yang harus berjuang seorang diri melanjutkan hidupnya. Hinaan, perla... More

Violeta
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7A
Part 7B
Part 8A
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Just share
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19

Part 8B

20.2K 1.8K 140
By depurple

'Anak adalah anugerah dari Tuhan' dan Violeta tahu betul akan hal itu. Namun saat ini ia tetap tidak siap menerimanya. Meskipun ia tidak tega membunuh anak yang berada di dalam kandungannya begitu saja, tapi Violeta bahkan tidak berani membayangkan masa depannya jika anak itu lahir. Ia bukan pesimis, tapi ia sadar bahwa dirinya tidak akan mampu.

Violeta masih tetap berdiri di depan klinik. Ia tidak tahu ke mana dan apa yang harus ia lakukan. Kedua tangannya terus mengelus seolah membelai janin yang ada di perutnya. Bukan karena ia sudah memutuskan menerima dan melahirkan anak itu, melainkan ada sisi dalam dirinya yang terus ingin membelai anak dalam kandungannya.

Bohong jika ia tidak menginginkan darah daging yang sedang tumbuh di dalam kandungannya, bahkan saat mendengarkan detak jantung dari janinnya tadi, ia dapat merasakan perasaan yang pastinya dimiliki oleh setiap ibu di dunia ini saat pertama kali mendengar detak jantung anaknya. Tidak ada satu kata pun di dunia ini yang mampu menggambarkannya.

Kembali, Violeta melihat foto dari janinnya itu. Perdebatan terjadi di pikirannya. Ia bimbang, di sisi lain ia tidak mungkin membesarkan dan melahirkan anak tersebut. Bahkan jangankan membesarkan, ia tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya selama hamil hingga melahirkan.

Namun di sisi lain, Violeta juga tidak tega membunuh anaknya sendiri. Mendengar detak jantung yang melambangkan sebuah nyawa, membuat ia bagaikan seorang pembunuh berdarah dingin. Bahkan seorang pembunuh belum tentu mau membunuh keluarga dan darah dagingnya sendiri. Ia yakin, dirinya tidak akan bisa hidup tenang setelah mengaborsi anak tersebut. Violeta tidak tahu apa yang harus ia lakukan, hingga matanya menangkap sesuatu. Sebuah rangka gedung tinggi kosong yang menjulang, tak jauh dari tempat ia berdiri.

Kakinya mulai melangkah. Entah apa yang terjadi, kakinya bagaikan bergerak tanpa perintah dari sang pemilik. Ia menapaki tangga demi tangga yang membawanya terus naik, melewati setiap lantai gedung tersebut. Tangan kanannya masih terus membelai lembut perut itu, seakan ia sedang membelai langsung janin yang sedang tumbuh di dalamnya. Ia melangkah bagaikan terhipnotis oleh kesedihannya sendiri.

Violeta tersadar saat ia sudah berada di lantai teratas gedung. Ia melihat sekelilingnya, tentunya tidak ada seorangpun di lantai itu. Hanya onggokan-onggokan bekas kayu dan pasir yang ada di sana. Violeta mengalihkan pandangannya ke arah datangnya hembusan angin. Gedung yang tidak tertutupi tembok itu membuat angin langsung menerpa tubuhnya.

Violeta memberanikan dirinya melihat setinggi apa ia berdiri saat ini. Mungkin sekitar lima sampai enam lantai, ia sendiri tidak menyadari berapa tangga yang sudah ia pijak tadi. Pikirannya sangat kacau. Ia tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Tidak ada lagi 'cahaya' yang bisa menuntunnya melangkah, tidak ada lagi 'jalan' yang dapat ia lalui ... mungkin memang hanya ini satu-satunya cara ... untuk bahagia....

Anakku, mungkin kamu menganggap Bunda kejam, bahkan Bunda hendak membuangmu dan membiarkan kamu kesepian. Andai ... andai Bunda bisa selalu bersamamu, andai Bunda lebih mampu dari sekarang ini....Jika kamu hidup di rahim wanita lain, tentunya mereka akan sangat menyayangimu ... mereka akan mencintaimu.

Salahkan Bunda yang terlalu lemah dan takut. Bunda bukan takut akan cercaan orang, Bunda bukan takut akan tudingan dan hinaan yang akan Bunda dapat, Bunda ... Bunda takut kalau kamu juga harus merasakannya ... merasakan betapa sakitnya hinaan orang, betapa sakitnya saat orang memandangmu sebelah mata.

"Bunda menyayangimu, Nak....Maaf ... maaf karena Bunda hendak membunuhmu tadi. Bunda sadar kalau Bunda salah, tidak seharusnya Bunda meninggalkanmu seorang diri. Bunda ... Bunda...."

Air mata kembali membasahi wajah Violeta. Ingin rasanya ia berteriak pada Tuhan kalau ia lelah. Ingin rasanya ia berteriak pada semua orang bahwa ia butuh pertolongan. Namun semua itu tidak bisa ia lakukan. Perempuan itu hanya bisa menelan bulat-bulat semua itu. Ia sadar, tidak akan ada seorang pun yang perduli padanya. Sama seperti janin di rahimnya saat ini.

Bunda, maafin Mona. Mona tidak bisa mewujudkan impian Bunda. Mona ... saat ini ada yang lebih membutuhkan Mona. Mona tidak ingin menjadi seperti Ibu yang membuang Mona. Hanya ini, Bun, hanya ini cara agar ia tidak harus merasakan kejamnya dunia dan kesepian....

Violeta melangkahkan kakinya semakin mendekati sisi gedung itu. Ia memejamkan matanya, menikmati napas yang akan menjadi napas terakhirnya.

Bunda akan menemanimu, Nak. Bunda tidak akan meninggalkanmu sendiri. Kita pergi sama-sama ya.... Di sana ... di sana nanti kita akan bisa bahagia 'kan? Tuhan, jika memang Engkau ada, biarkan aku bahagia bersama anak ini. Biarkan aku menemaninya dan berada di sisinya, di alam sana.

Bunda menyayangimu, Nak. Hanya ini yang bisa Bunda berikan padamu, nyawa Bunda....

Violeta mulai melemaskan tubuhnya dan hendak menjatuhkan tubuhnya dari lantai itu. 

Sebuah nada yang mengalun dari ponselnya membuatnya terhenti. Sebuah nada dering yang ia gunakan khusus untuk Bundanya. Seketika bayangan Bunda dan masa kecilnya dulu terlintas. Ia teringat ucapan sayang dari Bunda yang selalu menguatkan dirinya. Ia teringat akan kata-kata Bunda yang membuat ia bertahan hingga saat ini.

Mengapa? Mengapa harus sekarang, Bun?

Violeta langsung memundurkan langkahnya. Rasa takut akan kematian itu seketika muncul. Kebimbangan kembali melanda dirinya.

Apakah ini pilihan yang tepat? Meninggalkan dunia ini bersama anak yang aku kandung? Bahkan tanpa membiarkan anak ini menghirup udara bebas.

Bayangan Bunda yang akan menangis saat melihat mayatnya terlintas di pikirannya. Violeta terduduk lemas di lantai.

Tidak! Aku tidak bisa melakukannya....

Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?? Aku tidak bisa meninggalkan Bunda, tapi aku juga tidak bisa memiliki anak ini....Kenapa? Kenapa Engkau memberikan pilihan seperti ini? Tidak bisakah sekali saja Engkau memberikanku kebahagiaan, Tuhan?!

Isak tangis keluar dari dirinya. Hatinya terasa sakit dan perih. Tubuh dan pikirannya lelah. Ia terus menangis dan menangis, seolah berharap Tuhan akan iba dan menarik semua penderitaannya.

Tuhan, aku tidak pernah memohon apapun padamu. Hanya satu ini saja, satu ini saja ... kumohon bantu aku. Aku gak sanggup, Tuhan. Aku gak mampu....Bisakah sedikit saja, ringankan semua beban ini? Sedikit saja, biarkan aku bernapas lebih lega. Sekali ini, Tuhan. Sekali ini saja, ku mohon....

Violeta sudah tidak tahan. Mungkin ada baiknya jika ia gila, karena dengan begitu ia bisa melupakan semua masalah yang ia hadapi.

"Tuhan, jika Engkau memang ada ... ku mohon bebaskan aku dari semua ini. Aku lelah, Tuhan ... aku lelahhh...."

Violeta terus menangis dan menangis. Mengeluarkan seluruh emosinya, mengeluarkan seluruh rasa sakitnya, mengeluarkan apa yang selama ini ia tahan.

Sering kali kita meragukan Tuhan dan menganggap ia tidak ada di saat kita mengalami cobaan, seringkali kita menyalahkan Tuhan akan penderitaan yang kita alami? Apakah Tuhan memang begitu kejam memberikan sebuah penderitaan? Apa Tuhan begitu kejam pada ciptaanNya?

Manusia atau Tuhan kah yang kejam? Karena seringkali yang manusia lakukan bukanlah berjuang, melainkan memilih jalan pintas mengakhiri segalanya. Di saat Tuhan membuka tangan di ujung sana, manusia sudah terlebih dahulu menyerah dan menghentikan langkahnya....

Masihkah kita menyalahkan Tuhan atas ketidaksanggupan kita? Masihkah kita menyalahkan Dia karena kita yang putus asa? Berkacalah, sesungguhnya Tuhan bukan diam. Ia sedang menunggu ... menunggu kita menghampiri dan berserah padanya....

###

Kalau baca comment yang versi lalu, katanya pada nyesek sampai ikut nangis. Kalau udah baca kedua kalinya udah biasa aja atau masih seperti gambar ini?

Hahahaha, penulisnya lebayyyy >o<

Atau bahkan ada yang gemes sama Dillian dari part awal sampai part ini sampai-sampai nyiapin senjata ?

Terus datangin rumah Dillian dan pas Dillian buka pintu ... nongolnya....

Langsung speechless, semua rasa gendek dan kesel langsung ilang. Wushhh....

Hahahahaha. Inilah kalau update malam, makin ngawur isi Author's note nya. hahaha.

Love,

Depurple.

Continue Reading

You'll Also Like

342K 1.4K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
375K 20.7K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
2.5M 38.1K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...