Violeta

By depurple

669K 51.5K 4.6K

Violeta Diamona, seorang perempuan gemuk yang harus berjuang seorang diri melanjutkan hidupnya. Hinaan, perla... More

Violeta
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7A
Part 8A
Part 8B
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Just share
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19

Part 7B

18.4K 1.8K 140
By depurple

Violeta terduduk lemas di lantai kamar mandi. Sudah beberapa hari ini ia sering merasa mual. Ia sudah mencoba minum obat maag, namun rasa mualnya tidak juga berkurang. Violeta berusaha untuk bangkit berdiri. Ia tidak mungkin terus duduk, sedangkan waktu akan terus berjalan.

Violeta menguncir rambutnya agar terlihat lebih baik. Ia masih menahan rasa mual yang ia rasakan. Ini pertama kalinya ia merasakan rasa mual yang begitu hebat. Dulu, saat Violeta berusaha untuk diet dan hampir masuk rumah sakit karena itu, ia tidak merasakan rasa mual seperti ini.

Apa lebih baik pulang kerja nanti aku ke dokter aja ya? Mungkin lebih baik aku ke dokter Velly saja, supaya searah dengan jalan pulang, dibandingkan aku harus ke rumah sakit kemarin.

Violeta teringat akan kartu pasien miliknya dan mencoba mencari kartu tersebut. Tidak perlu sampai membongkar seluruh isi kamar, karena Violeta selalu menyimpan kartu anggota dan kartu-kartu yang tidak terlalu ia butuhkan setiap saat di laci lemarinya.

Violeta hendak menutup lemari saat matanya menangkap sesuatu yang ganjil.

Kenapa masih ada ya?Harusnya sudah habis karena Bunda membelikannya empat bulan yang lalu.

Violeta terdiam sambil menatap tiga bungkus pembalutnya yang masih utuh dan satu bungkus yang sudah dibuka dan menyisakan beberapa buah. Ia yakin benar jika empat bulan yang lalu Bunda membelikannya lima bungkus pembalut. Ingatannya tidak mungkin salah karena Violeta sempat bercanda dengan Bunda karena hal itu.

Bagaikan sebuah puzzle yang sudah mulai tersusun, Violeta mulai menyadari sesuatu. Ia langsung duduk di ranjang.

Ya, Tuhan. Jangan sampai kecurigaanku ini benar. Ini tidak boleh terjadi.

***

Seharian ini Violeta sulit sekali berkonsentrasi akan pekerjaannya. Hati dan pikirannya merasa sangat tidak tenang. Ia berharap hari ini cepat berlalu, agar ia bisa memastikan kebenarannya.

Bruukk

Violeta langsung tersadar dari lamunannya akibat bunyi tumpukan map yang dijatuhkan di meja dengan beberapa lembar file yang kini berhamburan. Violeta langsung berdiri saat melihat sosok di hadapannya.

"Maaf, Pak. Ada yang Bapak perlukan?" tanya Violeta memberanikan diri.

"Perlukan? Apa kamu tidak lihat tumpukan map ini?! Lihat hasil pekerjaanmu ini! Semuanya salah!" bentak Dillian sambil menatap Violeta dengan tajam.

Violeta terkejut dengan dengan bentakkan Dillian itu.

"Ma-maaf, Pak. Akan saya perbaiki," ucap Violeta lalu mengumpulkan file-file yang bertebaran di mejanya. Namun seketika Dillian merebut dan melemparkannya ke lantai, membuat kertas-kertas itu kini berterbangan dan jatuh berserakan.

"Kamu!" Dillian menujuk Violeta.

"Satu kali lagi saja kamu melakukan kesalahan atau tidak fokus bekerja, saya tidak segan-segan akan langsung memecatmu! Saya tidak butuh orang seperti dirimu di perusahaan ini! Mengerti?!" ancam Dillian.

Violeta tersentak mendengar ancaman Dilian itu. Seketika ia merasa dadanya bagaikan terhimpit dan menjadi sesak.

"I-iya, Pak," jawab Violeta.

Air matanya jatuh saat Dillian akhirnya masuk ke dalam ruangan.

Kenapa denganku ini? Lagi-lagi aku melakukan kesalahan?

Violeta berlutut di lantai dan mulai memunguti kertas-kertas yang bertebaran. Hatinya sakit, tubuhnya lelah, pikirannya masih tidak tenang jika mengingat kekhawatirannya saat ini. Ia bukan perempuan yang cengeng, namun entah mengapa saat Dillian membentaknya hari ini, seketika air mata itu langsung mendesak keluar.

Ya, Tuhan, kumohon jangan sampai ketakutanku ini terjadi. Bukankah setiap pencobaan yang datang tidak mungkin melebihi kekuatan manusia? Aku tidak sanggup, Tuhan. Oleh karena itu, jangan sampai hal ini terjadi.

***

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, itulah mengapa manusia seringkali mengambil keputusan atau melakukan sesuatu yang ia sesali ke depannya. Namun yang harus dilakukan bukan terus meratapi dan menyesal, melainkan terus melangkah maju dan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pelajaran.

Violeta berdiri di depan cermin di kamar kost-nya. Pandangannya langsung terkunci pada bagian perutnya, tempat di mana kehidupan itu kini sedang berkembang. Tangan kanannya perlahan bergerak hendak mengelus perut itu, namun seakan ada bagian dari dalam dirinya yang menolak.

Semua harapan dan doanya tidak terjawab. Garis dua pada tiga buah testpack yang ia beli menunjukkan hal yang ia takuti. Meskipun berulang kali Violeta berusaha membantah hal itu, namun dua garis itu tidak juga berubah, sama seperti kenyataan yang harus ia hadapi sekarang.

Sungguh Violeta tidak menyangka kalau semuanya akan jadi seperti ini. Hubungan satu malam itu mampu menghasilkan sebuah kehidupan yang kini berada di rahimnya. Ironis bukan? Di saat banyak wanita yang begitu berusaha untuk segera hamil namun mengalami kesulitan, Violeta yang tidak menginginkan hal itu, bisa mendapatkannya hanya dengan hubungan satu malam.

Terkadang apa yang kita benar-benar inginkan sulit untuk didapatkan, sedangkan orang yang tidak menginginkannya bisa langsung mendapatkannya. Itulah kehidupan. Tidak ada yang pernah tahu, tidak ada yang mampu menduga.

Apa yang harus kulakukan?

Violeta melihat ke sekeliling kamarnya. Kamar kost berukuran 2,5 x 3 meter yang ia tempati itu memang hanya terdapat kasur kayu, kaca, dan lemari kecil. Apa yang ia harapkan? Merawat dan membesarkan seorang bayi di ruangan ini pastinya akan membuat sebuah keributan, apalagi dinding kamarnya bukan terbuat dari batu bata, melainkan dari tripleks.

Tatapannya kembali beralih pada pantulan dirinya di cermin. Kini tangan kanannya sudah berada di perutnya. Mengelus, membelai, mencoba merasakan kehidupan di dalam sana.

Rasanya ia ingin menertawakan dirinya sendiri. Ia ingat betapa takjub dirinya saat menyentuh perut milik wanita hamil itu. Bahkan ia membayangkan betapa bahagianya kelak saat ia juga bisa merasakan hal yang sama. Namun kini, bayangan yang ia pikir masih jauh di depan sana, ternyata sudah da di hadapannya. Konyol bukan? Bahkan di saat ia membelai lembut perutnya, pikirannya masih saja berusaha menolak.

Seketika air matanya jatuh dan terus mengalir. Mungkin tidak ada yang tahu apa yang dirasakan Violeta saat ini. Hanya ia yang tahu betapa hancur hatinya. Betapa remuk ia rasakan di saat ia sadar ia tidak layak menjadi seorang ibu.

Di saat kehidupan itu hadir di dalam hidupnya, bukankah seharusnya ia bersyukur? Namun entah mengapa sulit bagi Violeta merasakan hal itu. Apakah ia sanggup? Apakah ia layak? Apakah anak itu akan bahagia kelak? Apakah anak itu akan menerima hinaan seperti dirinya?

Menjadi anak yatim piatu cukup membuat Violeta merasakan bully-an saat itu. Kini dapatkah anak itu tumbuh lebih baik, di saat Violeta bahkan tidak bisa menjanjikan apapun. Lahir tanpa seorang ayah, ya ... bagaimanapun Violeta sudah menandatangani semuanya. Ia tidak bisa meminta bantuan atau bahkan status ayah pada Dillian.

Apakah Tuhan tidur hingga Ia tidak mendengar doanya? Ingin rasanya Violeta berteriak pada Tuhan bahwa ia lelah, ia lelah harus menanggung semua ini. Tidak cukupkah hinaan dan bully-an yang selama ini ia terima? Tidak cukupkah kerja keras yang ia lakukan? Tidak cukupkah sakit yang harus ia tutupi dan sembuhkan? Kini ... apakah ia harus membuat anaknya kelak mengalami hal yang sama?

Atau ... ya ... Violeta bisa mencegah hal itu terjadi. Inilah satu-satunya cara. Ia tidak ingin anaknya menderita kelak. Ia tidak ingin anaknya itu harus merasakan kejamnya kehidupan. Hanya itu satu-satunya cara ... hanya itu....

###

Part 7B selesai sebelum matahari terbit, hihihihi. Entah kenapa pas banget adegannya untuk closing part. Nah, untuk part ini aku dedikasikan untuk Vita Resta. Thank you, ya untuk comment-nya kemarin malam. ^^

Buat yang bingung, kenapa aku mulai mendedikasikan cerita pada beberapa reader? Alasannya simple, sama seperti aku lagi suka pakai gif, hihihi. Intinya sama seperti kalian memberikan vote dan comment pada cerita yang kutulis, jadi aku memutuskan untuk memilih satu orang untuk kudedikasikan (kalau Wattpad bisa dedikasi ke semua orang pasti akan kudedikasikan ke kalian semua). Gak ada penilaian atau hal-hal lain kok. Aku hanya mengikuti angin yang berhembus dan air yang mengalir. #EAAAAA.

Okay deh, buat yang belum tidur, ayoooo, tidurrrrrr. Aku mau nemenin Arvemo, Dillian, and George bobo dulu. hihihihihihi

Love,

Depurple

Continue Reading

You'll Also Like

241K 18K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
314K 2.7K 18
WARNING 21+ **** Jeriko mesum, Jeriko sangean, Jeriko nafsuan. Jeriko sudah memiliki lebel yang sangat buruk dalam otak Keyna. Tapi, kenyataan dunia...
553K 4.3K 24
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
1.8M 59K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...