Voice Later (Koe Adote) ✔

De inflakey

115K 9.4K 376

Voice Later : The voice that can't be heard ~ COMPLETE [18 Feb 2017] BOOK 1 -------- WARNING ------- ... Mai multe

Kata Pengantar
BAB 1 : PROLOG
BAB 2 : Tokyo
BAB 3 : School
BAB 4 : Blushing?!
BAB 5 : Suka?
BAB 6 : Cocok?
BAB 7 : Kiss?
BAB 8 : Date?!
BAB 9 : Going Out?
BAB 10 : Christmas Gifts
BAB 11 : What Happen With Rui?
BAB 12 : Who?!
BAB 13 : Hospitalization
BAB 15 : Chocolate Valentine
BAB 16 : Not a Date?
BAB 17 : Daiki Past~
BAB 18 : Daiki is a Monster?
BAB 19 : Take Care~
BAB 20 : Rival?
BAB 21 : Date with Mother In Law!!
BAB 22 : Kekasih?
BAB 23 : Game!
BAB 24 : Game Set!
BAB 25 : Beautiful Rui~
BAB 26 : Just Do Anything~
BAB 27 : Sorry~
BAB 28 : Riku -san~
BAB 29 : End of the Beginning
Afterwords

BAB 14 : Fragments

3.1K 277 12
De inflakey

Voice Later

Bab 14


==== Presented by Kimkey2305 ====


Setelah melihat Daiki dan Fu -chan pergi meninggalkan rumah aku kembali untuk sarapan bersama Chie dan ba -chan. Tak berapa lama Chie -pun beranjak dari duduknya kemudian berpamitan padaku dan ba -chan untuk pergi kesekolah. Akupun juga bergegas membereskan meja makan dan ba -chan mulai membuka tokonya. Aku menyuruh ba -chan untuk ke tokonya dan membiarkan aku membersihkan meja makan.

Setelah selesai mencuci piring dan menaruhnya dengan rapi aku memutuskan untuk mandi. Aku belum ada mandi dari kemarin. Apa aku tidak bau? Aku menciumi tubuhku menghirup aroma tubuhku

Tidak terlalu bau sih tapi kan Daiki akan berada didekat ku terus. Aku tidak mungkin membiarkan diriku bau. Aku yang sudah membuka seluruh pakaianku kemudian masuk ke Ofuro dan merendamkan diriku yang sebelumnya sudah membersihkan diriku sebentar.

Eh?!

Tapi semalam Daiki berada didekatku. Apa dia tidak mencium bauku?

Aku tidak bau gitu?

Haduh kenapa malah mikir beginian.

Air panas ini membuatku sangat segar.

Aku terlalu malas untuk memikirkan kejadian kemaren karna itu aku tidak terlalu ingin mengungkitnya.

Lagian Daiki dan lainnya tak menanyakanku juga. Mereka hanya terus menanyakan keadaanku. Tanpa menanyakan bagaimana ini terjadi. Apa mereka tidak ingin membebani aku dengan pertanyaan mereka?

Kalaupun ditanya aku juga bingung harus menjawab apa.

Kemarin aku benar-benar takut. Aku tidak tau kenapa aku merasakan ketakutan yang luar biasa sampai aku tak sanggup menopang kaki ku sendiri. Jantungku juga sangat cemas.

Aku memegang dada kiriku.

Sekarang sudah sangat normal.

Ugh~

Kepalaku tiba-tiba sakit. Sepertinya aku terlalu lama berendam karena keasikan dengan pikiranku sendiri.

Aku berdiri dan keluar dari Ofuro.

Ugh-

Aku terduduk lemas di lantai kamar mandi dan memegang kuat pinggiran Ofuro.
Bayangan cahaya lampu semalam mebuatku lemas.

Ugh-

Kembali bayangan tersebut membuat kepalaku terasa sakit.

Napasku kembali tak beraturan.

Jantungku juga kembali berdetak dengan cepat.

Aku mengambil napas panjang menggunakan mulutku dan kemudian mengeluarkannya melewati mulutku juga. Aku melakukannya berulang-ulang.

Kenapa cahaya lampu itu sangat menyakitkanku?

Lampu-lampu itu seperti sedang mengganggu.

Aku bekeringat banyak, padahal aku baru saja selesai berendam.

Aku terus mengambil napas dengan mulutku dan mengeluarkannya kembali dengan mulutku.

Ada apa ini?

Aku mengalami Hyperventilation?

Cahaya lampu itu membuatku seperti ini.

Ugh-

Kembali bayangan cahaya lampu yang menyakitkan mataku. Aku memegang kuat inggirian Ofuro

Cahaya lampu kemarin seperti terus mengahantuiku.

Tidak!!-

Ini sepertinya bukan cahaya lampu kemarin. Cahaya lampu ini berbeda, dan cahaya lampu inilah yang membuatku seperti ini dan seperti kemarin.

Apa?

Cahaya lampu ini apa?

Napasku tak lama kembali teratur dan jantungku mulai mereda. Keringatku terus keluar akibat aktivitas jantungku yang berlebihan sebelumnya.

Aku tidak perlu memikirkan cahaya itu lagi.

Aku akan seperti ini lagi nantinya. Dan hanya akan merepotkan Daiki, Fu -chan dan lainnya.

Setelah aku mereka aku kembali normal aku mulai berdiri dari dudukku dan kakiku pun sudah dapat menopang kembali tubuhku.

Yosh! Tidak perlu khawatir.

Kalo ba -chan mengetahui ini bisa gawat nantinya.

Aku kemudian keluar dari pintu dengan kaca yang blur dan mengambil baju diatas mesin cuci yang sudah aku siapkan sebelum mandi tadi. Kemudian keluar dan menyusul ba -chan yang sedang berada di toko. Aku masuk ketoko lewat pintu didekat tangga yang menghubungkan rumah dengan toko. Dan aku langsung disambut oleh meja panjang yang menjadi meja kasir pada untuk toko

"Rui -chan? Tidak istirahat?"tanya ba -chan padaku yang sedang merapikan baju pada salah satu manikin yang tak jauh dari meja kasir, aku menggeleng. Aku sudah cukup beristirahat semalaman. Lagian aku akan bosan jika aku tidak melakukan hal apapun seharian ini.

Aku mengambil bolpoin dan kertas yang berada diatas meja dan berjalan kearah ba -chan

"[Biarkan aku membantu ba -chan]"tulisku pada ba -chan

Ba -chan yang awalnya seperti akan melarangku namun menghela napasnya mengangguk dengan senyumannya. Akupun memberikan senyuman senangku padanya. Dan ba -chan mulai memerintahkan ku ini dan itu.

Toko ba -chan tak terlalu besar. Dan pembeli yang datang juga tidak terlalu banyak.
Kebanyakan pembeli yang datang cewe-cewe muda, ya karna baju yang ba -chan jual hanya diperuntukan untuk perempuan. Ba -chan juga menjual beberapa aksesoris yang terbuat dari manik-manik yang indah. Sepertinya ba -chan terampil membuat hal seperti ini. Tapi aku tak pernah melihat ba -chan membuat ini semua. Ba -chan pasti melakukannya di kamarnya. Padahal aku juga ingin belajar membuat seperti ini.

Setelah beberapa lama menemani ba -chan menjaga toko hari sudah mulai sore. Aku melirik jam dinding yang berada di toko ba -chan sudah menunjukkan jam 4 kurang. Mungkin Fu -chan dan Chie sebentar lagi juga akan pulang.

Tiba-tiba suara gaduh yang aku kenali memasuki toko ba -chan dan berlari kearahku yang duduk dibalik meja panjang kasir.

"Rui -chaaaaaan~"teriakan Chio -chan yang datang dan narikku kedekapannya membuatku sedikit tersentak kaget namun sesegera membalas pelukannya.

Di belakangnya aku mendapatkan Daiki yang datang bersama lainnya termasuk Jiro -kun yang sedang menatapku, aku tersenyun padanya lembut.

"Ara!- Kalian kenapa pada ngumpul disini? Nanti pelanggan kāsan akan pergi semua melihat kalian disini"ujar ba -chan yang keluar dari pintu didekatku

"Sana masuk lewat pintu rumah"protes ba -chan lagi

"Tadi juga begitu kāsan, tapi anak satu ini malah berlari kedalam sini"ucap Chie yang diperuntukan untuk Chio -chan yang sudah melepaskan pelukannya dariku dan menatap geram Chie

"Abisnya tadi aku melihat Rui -chan yang duduk disini"ujar Chio -chan dengan cemberutan di bibirnya

"Sudah ayo sana masuk lewat pintu depan"ujar ba -chan membuat keramaian dari toko inipun menghilang

"Rui -chan berikan mereka kue dan minuman"ujar ba -chan, aku mengangguk masuk melalui pintu yang berada didekatku dan langsung menampakkan tampilan dapur.

Aku sampai lebih dulu didapur dari pada mereka, aku terkekeh kecil tanpa suara melangkahkan kakiku ke dapur membuka kulkas kemudian mengambil kue bolu panjang bersamaan dengan itu aku mendengar suara mereka yang masuk kedalam rumah. Aku mangambil kue bolu tersebut dan menaruhnya pada meja dapur kemudian mengambil teko alumunium dan mengisinya dengan air dari keran. Kemudian merebusnya pada kompor yang tersedia. Aku berbalik melihat Fu -chan dan Chie yang menaiki tangga dan pastinya Daiki yang menghampiriku berdiri dihadapanku dengan meja dapur yang panjang yang menjadi pemisah kita.

"Bagaimana keadaanmu?"ujarnya padaku, aku tersenyum mengangguk kuat sebagai tanda aku sudah lebih baik.

Kemudian aku memotong bolu tersebut kemudian meletakkan pada piring lain. Tak lama aku mendengar suara flute dari teko yang aku panaskan dikompor menandakan air didalamnya sudah mendidih.

"Aku bawa kuenya sini"ujar Daiki yang mengambil alih piring yang berisi bolu potongan diatas meja dapur.

"Ehem! Dai -chan berlagak seperti suami yang baik saja"ujar Chio -chan dari kotatsu yang memang dalam meluhat dengan jelas ke arah dapur.

Akupun menunduk malu akan ucapan Chio -chan dan mulai mengotak-atik air yang baru saja mendidih untuk menghilangkan rasa maluku. Tak lama teh yang aku buatpun jadi dan sudah tersusun rapi diatas nampan. Saat aku ingin mengangkatnya Daiki kembali menghampiriku dan mengambil alih nampan yang aku gunakan

"Aku saja"ucapnya yang memang nampan nya sudah berada ditangannya, aku hanya mengangguk pelan dan berjalan

Bersamaan dengan Fu -chan yang sudah mengganti pakaiannya turun dari tangga dan lihat Daiki dengan ekspresi bingungnya kemudian berjalan kembali dan duduk dikotatsu. Daiki dan akupun ikut duduk, kemudian Daiki menaruh nampan yang Ia bawa diatas Kotatsu. Aku mengambil ahli nampan tersebut dan memberikan cangkir yang sudah berisi teh hangat itu satu persatu kehadapan mereka masing-masing.

"Rui kau sudah tidak apa?"tanya Jiro -kun yang saat ini duduk pada sisi meja yang bebeda denganku namun membuat kami bersebelahan dan dekat disebelahnya terdapat Junko -san yang juga memandangku, aku mengangguk pelan dan tersenyum pada Jiro -kun

"Benarkah?"jiro -kun memastikan dengan mengadahkan kedua tangannya di pipiku dan membuatku menatapnya sangat dekat, aku hanya bedeham mengangguk pelan dalam posisi yang sama

"Jangan menyentuh kekasih orang sembarangan"ujar Daiki membuatku sedikit kaget dan aku yakin saat ini pipiku mulai memerah kemudian menyingkirkan kedua tangan Jiro -kun yang berada dipipiku dan menarikku mendekatnya

Jiro -kun terdengar berdecak kecil kemudian membuang pandangannya dari Daiki. Mereka seperti anak-anak saja.

"Memang apa salahnya. Kita juga khawatir dengan Rui -chan"ujar Chio -chan yang berada disisi lain meja yang dekat dengan Daiki, dia berjalan dengan cara merangkak menuju ketempatku duduk

"Minggir sedikit"ujar Chio -chan yang mendorong Daiki dengan bokongnya dan duduk diantara aku dan Daiki

Sekarang Daiki yang berdecak kesal dan bergerak menjauh dari Chio -chan, aku hanya tersenyum melihat mereka.

Kamipun melanjutkan obrolan kami dengan Chio -chan yang berada diantaraku dan Daiki. Aku sempat mencuri-curi kesempatan untuk melirik kearah Daiki yang sedanag menyeruput tehnya saat aku sedang berbicara dengan Chio -chan, lebih tepatnya sih Chio -chan yang berbicara denganku aku hanya membalasnya dengan isyarat saja. Karna aku tak membawa notebookku ataupun pensil dan pena. Chie tak ikut dengan kita karena Ia langsung dipanggil oleh ba -chan untuk segera ketoko membantu ba -chan.

Dari pembicaraan kami, aku mengetahui kalau Jiro -kun dan Junko -san tidak ikut kegiatan club mereka demi datang untuk melihatku, juga Daiki yang tidak mengikuti latihan basketnya. Mereka semua kesini demi aku, untuk melihat keadaanku. Rasanya sangat senang mempunyai orang memperhatikanku selain anggota keluarga.

Jam menunjukkan pukul setengah enaman dan mereka mulai bergegas untuk pulang, mengambil jaket atau mantel mereka yang mereka taruh pada sandaran sofa.

Aku dan Fu -chan mengantar mereka sampe depan rumah, merekapun satu persatu berpamitan dengan cara yang aneh. Chio -chan yang memelukku kemudian mencium pipiku, Jiro -kun yang mengelus kepalaku, Yoshio -san yang mengecup keningku seperti sebelumnya kemudian Junko -san yang aku rasa juga akan memelukku tapi Fu -chan yang cepat meninju perutnya hingga Ia meringis kesakitan dan tak melanjutkan apa yang ingin Ia lakukan. Semuanya mereka lakukan dengan ucapan lekas sembuh -akukan sudah sembuh.

Daiki yang sedari tadi diam mendekatiku dan mendekatkan wajahnya padaku membuatku sedikit kaget dan sedikit menjauhkan wajahku. Namun Daiki menarik daguku dan mengecup bibirku sebentar dengan lembut.

"Aku akan menjemputmu besok"ujar Daiki dengan wajahnya yang masih sangat dekat dengan wajahku.

"Kyaaaaaaa!!"suara teriakan itu membuatku kaget dan melirik kearah suara itu

Aku melihat empat perempuan masih muda yang mungkin masih remaja atau seumuranku lebih tua sedikit mungkin -duh kenapa repot dengan mungkin. Mereka berdiri didepan toko ba -chan, aku rasa mereka habis keluar dari toko ba -chan. Akupun melihat ba -chan yang tergesa-gesa berlari keluar toko dan memghampiri empat gadis remaja itu.

"Youko-san tadi kita melihat mereka berciuman"ucap mereka heboh pada ba -chan sembari menunjuk-nunjuk kearahku dan Daiki

"Ara?! Daiki dan Rui -chan memang sedang berpacaran. Bukankah Rui -chan sangat manis?"ujar ba -chan yang kedengaran sampe tempatku berdiri, karena memang jarak pintu rumah ba -chan dan pintu toko tak terlalu jauh.

"Serius?"ucap mereka antusias dan ba -chan pun mengangguk dengan cepat

"Kyaaaaa!"ucap mereka berlari mendekat kearahku kemudian mengeluarkan ponsel mereka

"Lakukan sekali lagi. Ayo ayo"ucap mereka sembari mengarahkan ponsel mereka padaku dan Daiki.

Mereka ingin memotret kami?

Bukan masalah memotretnya.

Tapi mereka menyuruh kami berciuman dan memotret kami?

Mereka ini apa?

Kenapa reaksi mereka seperti ini.

"Ah~ Nona nona kalian heboh sekali"ucap Junko -san yang kemudian mendapatkan tatapan tajam dari keempat gadis tersebut.

"Hehe tak jadi"ucap Junko -san yang sangat kaget kemudian perlahan sembunyi dibelakang Jiro -kun.

"Kalian hati-hati"ujar Fu -chan dan memberikan kode pada lainnya untuk segera pergi. Mungkin Fu -chan merasa tak nyaman.

"Kalau begitu kita pulang"ujar Daiki yang membuatku sedikit menatapnya dan mata kami bertemu, kemudian tersenyum kecil dan berjalan bersama lainnya.

"Yaaaaaah~ kok pergi"ucap mereka dengan nada melas menatap kepergian Daiki dan lainnya.

"Kalian juga pergi sono"ujar Fu -chan kasar pada empat gadis tersebut

"Fu -chan sangat jahat"kelas mereka pada Fu -chan kemudian pergi meninggalkan kami berjalan kearah toko ba -chan kembali dan berpamitan kepada ba -chan.

Jadi mereka mengenal Fu -chan?

Untuk memanggil Fu -chan dengan sebutan Fu -chan tandanya mereka dekat bukan?

Tapi aku tak pernah melihat Fu -chan berbicara dengan mereka, salah satu dari merekapun aku tak pernah melihatnya.

"Rui ayo masuk"ajak Fu -chan dan akupun mengangguk mengikutinya.

"Pelanggan kāsan itu benar-benar merepotkan"umpat Fu -chan sembari menggaruk kepalanya kasar, aku berjalan menatapnya penuh tanya

"Mereka pelanggan kāsan. Mereka itu sudah kuliah. Dari SMA mereka sering kesini membeli baju dari toko kāsan"jelas Fu -chan sembari membantuku merapikan kotatsu dari piring dan cangkir-cangkir yang sudah kosong, aku mengangguk mendengarkannya

"Aku dulu sering membantu kāsan sebelum ada Chie. Jadi aku sedikit mengenal beberapa pelanggan kāsan. Salah satunya ya mereka"Fu -chan kembali menjelaskan dan mengikutiku yang sedang berjalan menuju tempat cuci piring dengan tangan kita yang penuh.

"Mereka memanggilku seperti itu karna kāsan selalu memanggilku seperti itu saat mereka ada"setelah sampai di tempat cuci piring aku menaruh bawaanku didalamnya begitu pun juga Fu -chan.

"Rui -chaaaan~"suara ba -chan yang memunculkan kepalanya saja

"Tolong makan malamnya ya"ucap ba -chan dengan wajah memohonnya, aku tersenyum dan mengangguk pelan.

"Kāsan dan Chie sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting. Jadi Fu -chan bantu Rui -chan memasak. Kau mengerti?"ucap ba -chan menatap tajam Fu -chan, Fu -chan hanya menghembuskan kasar napasnya kemudian mengangguk pelan.

Aku memberikan senyuman pada Fu -chan dan mengalihkan diriku pada cangkir-cangkir yang ada pada tempat cuci piring. Fu -chan terlihat berjalan membuka kulkas yang tak jauh dari tempatku mencuci piring.

"Ingin memasak apa?"tanya Fu -chan yang saat ini tubuhnya tak terlihat tetutup oleh pintu kulkas yang terbuka.

Aku yang masih dalam kegiatanku menghentikan kegiatanku dan ikut melihat kedalam kulkas. Memperhatikan isi kulkas kemudian membuka pintu khusus freezer dan mendapatkan daging disana. Akupun tersenyum karna mendapatkan ide apa yang akan aku masak untuk makan malam. Aku mengambil sticky note dan pena yang berada pada pinggiran kulkas dan menuliskan sesuatu

"[Daging teriyaki]"Fu -chan menatapku setelah membaca tulisanku

"Okey! Kita masak itu"ucap Fu -chan sembari menggulung lengan kaosnya hingga siku.

Cucianku tadi akan kuteruskan nanti saja. Sekalian dengan alat yang kotor nantinya. Aku kembali mengambil sticky note dan menulis kembali

"Aku menyiapkan ini?"tanya padaku dan akupun menggangguk cepat

"Okey!"Fu -chan mulai berkutat dengan kulkas dan mencari bahan yang tuliskan.

Aku akan membuat sausnya, dan bahan untuk saus berada diluar kulkas semua jadi aku membiarkan Fu -chan berkutat dengan kulkas. Kurang lada hitam, apa ba -chan kehabisan lada hitam?

Aku berjinjit dan memastikan pada lemari gantung dapur yang sedari tadi aku berkutat dengan lemari ini. Aku mungkin sampai untuk menggapai bagian rak pertamanya, namun untuk menggapai bagian rak kedua itu menyulitkanku.

Eugh-

Susah sekali.

Aku berjalan mundur dan melihat lemari gantung yang terbuka ah ketemu di bagian rak ketiga

Apa?!
Bagian rak ketiga?

Bagian lemari kedua saja aku susah apalagi ketiga.

"Adapa apa Rui?"ucap Fu -chan yang sedang memegang paprika hijau dan mereah dan daging yang masih terbungkus rapi.

Aku menunjuk keatas lebih tepatnya dalam lemari gantung.

"Kau ingin mengambil itu?"tanyanya, aku mengangguk

"Pfftt- "Fu -chan seperti menahan tawanya, aku menatapnya bingung

"Kau harus banyak bergantung Rui, agar kau lebih tinggi sedikit ahahaha"ucap Fu -chan yang tawanya semakin menjadi, aku memasang wajah cemberutku pada Fu -chan

Dengan kata lain Ia mengatakan aku pendek bukan?

Yah~ walaupun aku tau memang pendek.

"Oke oke jangan marah. Aku akan ambilkan"ujar Fu -chan saat tawanya mulai mereda, menaruh bahan yang Ia bawa pada meja dapur dan mengambil botol yang berisi lada hitam pada rak ketiga lemari. Fu -chan terlihat sedikit menjijit juga tapi diadapat dengan mudah saat mengambilnya.

"Hai!- Hime -sama"ucap Fu -chan dengan menyodorkan botol lada tersebut padaku, aku pun tersenyum karena panggilannya padaku sangatlah lucu kemudian mengambil lada tersebut dan memberi isyarat padanya terima kasih.

Setelah mendapatkan lada hitamnya aku kemudian mulai memanaskan minyak wijen dan mencampurnya dengan bahan lainnnya sehingga menciptakan aroma khas saos teriyaki.

"Rui apa sepert ini?"suara Fu -chan membuat aku menoleh kearahnya dan melihatnya yang sedang momotong paprika dengan potongan besar, aku membulatkan mataku kaget dan langsung melambaikkan tanganku padanya isyarat kalau dia salah.

Setelah mengecilkan api komporku aku beralih pada Fu -chan dan memberikan contoh bagaimana untuk memotong paprika kemudian memotong dagingnya juga agar dia dapat mencontohnya nanti.

"Begitu. Oke! Aku lanjutkan"ujar Fu -chan mengmbil pisau ditanganku dan kembali memotong.

Aku melihatnya dengan seksama dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Karna Fu -chan dapat mengikutinya dengan benar walaupun tak terlalu lihai tapi Fu -chan cukup pintar mengikuti contoh yang aku arahkan tadi. Tapi kenapa orang-orang selalu bilang Fu -chan bodoh? Padahal kalau dia diajarkan sekali dia dapat menerima dengan baik. Apa memasak dan akademik berbeda bagi Fu -chan?

Aku menaikkan bahuku tak memperdulikan nya dulu. Beralih kembali kesaus yang aku buat dan kembali membesarkan api nya.

"Rui aku selesai"ujar Fu -chan yang membawa telenan yang berisi paprika merah hijau yang sudah terpotong-potong.

Aku tersenyum dan mengambilnya kemudian memasukkannya dalam osengan saus yang aku buat pada teflon.

"Aku akan lanjutkan dagingnya"ujarnya mengambil kembali telenan putih yang ada ditanganku.

Setelah beberapa menit daging teriyaki buatanku dan Fu -chan telah siap dihidangkan. Aroma teriyakinya sangat khas sehingga aku dapat menciumnnya dengan sedap.

"Huaaaaa~ aromanya wangi sekali"ujar Fu -chan yang berdiri didekatku yang masih berada didepan kompor memegang sutil kayu

"Rui kau akan menjadi Istri yang idaman"ujar Fu -chan membuat wajah ku memanas dan menunduk malu.

"Beruntung sekali Daiki kalau kalian bersama"lanjut Fu -chan lagi yang tambah membuatku semakin malu.

"Cieeee~ malu nih?"goda Fu -chan padaku

Aku pun mendorong Fu -chan pelan kemudian menyuruhnya mengambil piring untuk menyalin daging teriyaki yang masih didalam teflon

"Hai! Hai! Jangan marah gitu dong hehe"ujar Fu -chan yang membuka lemari bawah yang menyatu dengan meja dapur dan mengambil piring yang ukuran lumayan besar dengan bentuk lonjong.

Aku menerima piring tersebut kemudian menyalin daging teriyaki pada piring tersebut. Fu -chan kembali mengeluarkan piring dan alat makan lainya dan membawanya kemeja makan. Aku juga membawa piring yang sudah aku isi dengan daging teriyaki ke atas meja makan. Kemudian kembali pada dapur untuk membereskan dapur dan mencuci alat yang aku pakai tadi beserta cangkir yang belum sempat ku cuci tadi.

"Kāsaaaan~ kalian masih lama? Kami sudah selesai memasak"panggil Fu -chan dan tak lama ba -chan dan Chie keluar dari pintu toko dengan wajah mereka yang membuatku penuh tanda tanya

"Huaaaa~ wangi sekali"ujar Chie menghampiri meja makan, aku hanya tersenyum

"Kāsan, bukankah toko sudah tutup dari tadi? Kenapa lama sekali?"ujar Fu -chan yang mulai duduk pada kursi meja makan

"Kāsan kan sudah bilang kalau kāsan dan Chie membicarakan hal yang penting"ujar ba -chan ikut duduk

"Hhhmm~"guman tak peduli Fu -chan

"Tadaima~"suara Oji -san yang masuk kedalam rumah

"Ara!-"suara ba -chan bengkit dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Oji -san

Setelah Oji -san masuk dan menempati tempat dudknya kami pun makan malam bersama dengan pujian-pujian yang diberikan Oji -san kepada ku akan makan malam yang aku buat. Fu -chan tak mau kalah karena ini makan malam yang kami buat berdua bersama-sama.


= TO BE CONTINUE =

a/n : Ofuro > Bak mandi
Hime -sama > Tuan Putri

Haloooooo In disini ingin menayakan sesuatu /serius/ menurut kalian cerita per bab ini terlalu pendek atau bagimana? soalnya perbab update tidak sampai 3000 word. Jadi yagitu apa gak terlalu pendek? >0<

Terima kasih sudah membaca dan mengikuti cerita In ini. Harap di tunggu apdetan selanjutnya.

Jika kalian menyukai cerita ini jangan lupa untuk beri VOTE dan KOMENT agar In lebih giat menulis cerita selanjutnya.

Okeh sampai di bab selanjutnya lagi

JANGAN LUPA VOTE AND KOMENT


Continuă lectura

O să-ți placă și

8.7K 389 41
🥀Tengku Rayden Albert Nama seorang jejaka yang tampan,berdarah dingin dan disegani oleh orang ramai kerana dia adalah anak kepada Tengku Albert Rean...
5K 693 44
📑Setelah kematian Ibu bapanya. Umino Iruka ditarik untuk berlatih dibawah Shimura Danzo. Kakashi adalah Kakashi, yang penuh dengan rasa ingin tahu �...
644K 25.8K 73
Ian Hanafi Tan Sri Mukhriz.. Kisah silam cuba dilupakan. Dia mencari sebab untuk berubah. Namun ego setinggi puncak Himalaya itu tidak mudah untuk di...
100K 1.4K 19
Cerita realiti sepanjang berada di alam kampus bermula 2012... Katanya indah tapi hanya sementara saja ibarat habis madu sepah dibuang... Sebelum da...