"Sebenarnya apa yang kalian berdua pikirkan hah?" Ucap Ayah sambil memijit kepalanya.
Gue cuma diem sambil nunduk doang. Sementara Suho duduk dengan santainya.
Gue jadi inget kejadian beberapa saat yang lalu pas Suho hampir aja ngelakuin sesuatu yang bisa merenggut masa depan gue dan menyebabkan semua kekacauan ini.
Ayah dan paman Kim dateng sambil memandang kami berdua dengan tatapan tajam dan horror.
Gue yang tau bakalan mati setelah Ayah teriak langsung buru-buru dorong Suho dengan cara nendang perutnya pake dengkul.
Dia teriak tapi gue gak peduli. Nyawa gue bener-bener lagi ada diujung tanduk sekarang.
Ayah sama paman Kim langsung nyuruh kami berdua duduk di sofa dan mereka berdiri di depan kami sambil mondar mandir.
Sesekali mereka natap kami kemudian menghembuskan nafas frustasi. Ugh. Gue harap gue masih bisa hidup setelah ini.
"Daddy pikir kamu sudah berubah, nyatanya kamu tambah parah saja." Ucap paman Kim sambil natap Suho, tapi yang ditatap malah ngeliat kearah lain.
"Appa ini semua tidak seperti yang kalian pikirkan. Tadi itu kami cuma—"
"Cuma apa? Mau alasan apalagi kamu? Kamu pikir appa ini bodoh sampai gak tau apa yang akan kalian lakukan kalau appa gak dateng ha?"
Aish. Lebih baik gue diem aja tadi dari pada kena semprot kayak gini. Semuanya gara-gara Suho. Kalau aja dia gak berbuat kayak gitu pasti semuanya gak akan jadi kayak gini.
Gue nendang kakinya dia dan dia natap gue seolah terganggu. "Bantu jelasin bego." Bisik gue.
"Jelasin apa? Emang bener kok yang dibilang sama paman." Ucapnya dengan gamblang.
Gue noleh dengan panik kearah Ayah dan paman Kim. Sekarang mereka kompak ngusap wajah dengan kasar dan mijit kepala masing-masing.
"Appa ini bukan kayak gitu! Dia yang maksa, aku udah berusaha berontak tapi gak bisa."
"Dih apaan segala nyalahin gue. Lo nya juga mau." Hell. Ini orang mulutnya minta di tabok.
"Kapan gue mau ha? Lo itu yang dorong gue ke kasur dan langsung naik diatas gue. Lo buka kancing seragam gue! Lo bilang tanda kepemilikan atau apalah itu! Lo itu sadar gak sih lo itu bisa gue laporin atas tindakan pemerkosaan!" Emosi gue tersulut sudah.
"Laporin aja. Bekas merah kayak gitu doang gak bakal berpengaruh besar buat gue."
"Mwo? Apa lo bilang barusan? Gak akan berpengaruh? Oke mari kita buktiin dasar cowok mesum gak tau diri!"
"Haha silakan aja silakan. Yang ada lo yang bakalan malu dasar nona munafik."
"Apa? Munafik? Ya!"
"Cukup!!" Teriakan Ayah menyadarkan gue, hampir aja gue lupa kalau mereka ada disini.
"Kim gimana kalau kita jodohkan aja mereka? Gak ada cara lain." Ucap Ayah ke paman Kim.
Paman Kim ngangguk-ngangguk kemudian natap kami berdua bergantian.
"Persiapkan diri kalian. Pernikahannya kita adakan seminggu lagi." Ucap paman Kim yang berhasil buat mulut gue menganga lebar.
"Me-menikah? Om gak bercanda kan?"
"Gak ada jalan lain. Kalian memang harus menikah." Ucap Ayah menambahi.
"Ta-tapi appa aku masih sekolah."
"Itu gampang. Selama gak ada yang tau semuanya aman."
"Tapi gimana kalau ada yang tau?"
"Paman yang akan mengurusnya." Ucap paman Kim santai. Oh ya gue lupa, Ayahnya Suho kan pemilik baru gedung sekolah kami.
"Appa plis, aku gak bisa nikah sekarang. Aku gak mau aku gak siap." Gue hampir nangis, gue gak pernah bayangin bakalan nikah muda.
"Siap gak siap kalian harus siap. Kami gak tau sudah sejauh mana kalian berhubungan selama ini. Ini jalan paling aman untuk kalian."
"Om kami bener-bener gak ada ngelakuin sampe kesitu. Suho jelasin dong!"
"Jelasin apa?"
Ugh. Cowok satu ini bener-bener gak bisa diharapkan sama sekali.
"Appa gak mau denger penolakan apa pun. Minggu depan kalian langsung menikah gak ada tapi-tapian."
Ayah dan paman Kim kemudian berjalan kearah dapur, kayaknya mereka haus abis ngomong panjang lebar.
Sementara gue masih natap Suho dengan pandangan gak percaya. Bisa-bisanya dia diem dan duduk manis seolah pernikahan kami itu bukan masalah sama sekali.
"Apa?" Ucapnya kearah gur karna sadar gue liatin dari tadi.
"Gue bener-bener gak habis pikir sama lo."
"Apanya?"
"Kenapa lo gak nolak pernikahan ini?"
"Kenapa? Buat apa gue nolak kalau itu buat gue bisa bebas ngelakuin apa aja ke lo."
"Mwo?!" Dasar cowok mesum gila.
"Semuanya bakal lebih gampang kalo kita udah nikah. Ah, jadi gak sabar bikin lo mendesah keenakan dibawah gue." Bisiknya ditelinga gue.
"Ya! Dasar cowok mesum! Gila! Gak punya otak! Musnah aja lo sana!"
"Y/n! Suho! Apalagi sekarang hah?!" Teriak Ayah dari arah dapur, gue kicep.
"Cepat bereskan barang-barang kalian. Kita pindah kerumah Kim sekarang."
"Mwo? Appa!"
"Cepet beresin atau appa majuin tanggal pernikahan kalian!"
Aish! Kenapa hidup gue jadi kayak gini sih.
●●●
Selama beberapa hari ini gue gak bisa tidur. Setelah pindah kerumahnya Suho yang mewahnya minta ampun, gue jadi galau tingkat akut.
Pasalnya dari belasan kamar tamu yang ada, gue malah disuruh tidur sekamar sama Suho.
Padahal hari itu mereka marah sampe mau menikahkan kami karna ketahuan hampir melakukan perbuatan terlarang, tapi sampai rumah malah nyuruh kami sekamar.
Gue curiga ini emang akal-akalan appa sama paman Kim buat jodohin kami berdua.
Dan yang paling aneh di hari pertama jam sembilan malem, Suho sama sekali gak berubah jadi Myunie.
Dia gak ngerengek minta main, dia bisa pake piyamanya sendiri, dia gak cadel lagi, pokoknya dia bukan Myunie lagi di jam sembilan malem.
Gue pikir itu mungkin karena dia shock atas kejadian hari itu makanya gak mau muncul. Tapi sampai malam-malam selanjutnya dia juga gak muncul sama sekali.
Apa Myunie udah pergi? Apa itu artinya Suho udah sembuh? Myunie, Suho, pernikahan. Tiga hal yang bikin gue gak bisa tidur tenang.
H-3 pernikahan, gue sama Suho sepulang sekolah sibuk fitting gaun pengantin. Gue gak terlalu peduli mau gaunnya kayak gimana, guenya aja belum siap nikah ini.
Pernikahannya dilaksanain hari sabtu besok. Dan ini udah hari jumat. Kepala gue makin pusing.
Rara udah beribu kali nanya kenapa gue beberapa hari ini jadi aneh, tapi gue gak bisa bilang kalau gue nikah sama Suho biarpun dia sahabat gue.
Bukannya gue gak percaya sama Rara, tapi gue belum siap sama sekali buat ceritain hal ini. Gue belum siap sama kenyataannya.
Pulang sekolah Suho bilang mau ke dorm exo dulu jadi gue ditinggal gitu aja sama dia. Pasti mau ngasi tau temen-temennya tentang acara besok.
Kemudian tiba-tiba gue inget sama Sehun. Gimana nanti perasaannya kalau tau gue nikah sama Suho? Gimana nanti hubungan kami bertiga bakalan berjalan.
Apa dia bakalan nerima begitu aja? Apa dia bakalan sakit hati? Apa dia bakalan ngejauhin gue?
"Hei." Gue noleh dan ternyata yang manggil gue itu Sehun. Panjang umur.
"Gak pulang?" Tanyanya kemudian duduk di sebelah gue.
Gue menggeleng pelan. Murid-murid yang lain udah pada pulang jadi tinggal gue berdua sama Sehun disini.
"Lo kenapa? Beberapa hari ini gue perhatiin lo jadi lebih pendiem, ada masalah?"
Gue nunduk, air mata gue hampir jatuh mengingat besok itu hari pernikahan gue sama Suho.
"Hei lo kenapa? Cerita sama gue."
"Sehun?"
"Hmm?"
"Gu-gue"
"Ya?"
Ugh. Gue gak sanggup bilangnya. Gue takut nyakitin perasaannya Sehun.
"Gue besok nikah sama Suho."
Anehnya, Sehun sama sekali gak kaget malahan dia tenang-tenang aja dan malah ngusap pipi gue lembut.
"Gue udah tau." Ucapnya sambil senyum.
"Dari mana lo tau?"
"Lo lupa keluarga kita bertiga sahabatan? Appa gue yang bilang."
"Lo gak kaget?"
"Jujur awalnya gue kaget banget. Semuanya terlalu mendadak dan lo sama sekali gak ada ngasi tau gue."
"Mian, gue sendiri pun masih belum percaya kalo besok gue nikah."
"Hmm kenapa lo terima pernikahan ini?"
"Gue gak nerima Hun. Gue itu udah nolak tapi appa sama paman Kim gak mau dengerin gue sama sekali. Gue kesel. Gue itu belum siap nikah apalagi nikahnya sama Suho!"
"Lo gak suka sama Suho?"
"Gak. Dulu emang gue pernah suka sama dia, tapi sekarang gak lagi."
"Kenapa?"
"Ngapain jadi bahas itu sih Hun. Gak penting ah. Gue lagi uring-uringan nih."
"Trus, lo suka gak sama gue?" Kepala gue mendadak tambah pusing denger pertanyaannya Sehun yang makin gak jelas.
"Ngapain nanyain itu? Lo bikin gue tambah pusing tau gak."
"Jawab aja dulu."
"Hhh gak tau. Gue masih bingung sama perasaan gue sendiri."
"Hmm jadi gak suka ya."
"Eh? Bukan gitu Hun maksudnya."
"Jadi lo suka?"
"Ha? gak gitu juga sih."
"Oh jadi lo benci."
"Aish iya gue suka gue suka! Puas?" Dia ketawa ngakak liat muka kesel gue.
"Aigoo, gue juga suka kok sama lo." Ucapnya sambil ngusap-ngusap puncak kepala gue lembut.
"Hun ini bukan waktunya ngomong suka-sukaan. Besok itu gue nikah Hun. Pusing kepala gue."
"Mau gue kasi solusi gak biar gak pusing lagi?"
"Ha? Apaan emangnya?"
Dia kemudian senyum sambil liatin gue. "Gampang aja, jangan nikah dan kabur sama gue."
Tbc
Haluuuu. Sorry banget gue kemaren gak apdet. Buat yang nungguin kemarin gue udah bikin status loh padahal tapi pada gak liat kayaknya T.T
Gue gak apdet gegara kemaren itu lagi pergi kan trus nyasar, duh. Orang bali nyasar di bali T.T dan nyasarnya itu jauh banget gengs. Dari bedugul maunya ke ubud malah nyasar ke kintamani T.T yah gue malah curhat :(
keep vomment juseyo~
Thankyou❤