AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow...

By MAlfharizy

20.4K 1K 410

Kalian tahu anime Date A Live? Cerita ini terinspirasi dari anime tersebut. Aku harap kalian suka. Terima kas... More

BAGIAN PEMBUKAAN
BAGIAN PERTAMA: SAMURAI
BAGIAN KEDUA: MENCIUMNYA ATAU DUNIA HANCUR?
BAGIAN KETIGA: BENARKAH INI?
BAGIAN KEEMPAT: GADIS BAIK
BAGIAN KELIMA: DUA ORANG YANG BEDA SIFAT?
BAGIAN KEENAM: ARTIS ATAU GADIS LUGU?
BAGIAN KETUJUH: GADIS KECIL BUTA
BAGIAN KEDELAPAN: BICARALAH DENGANKU
BAGIAN KESEMBILAN: KEBENARAN DARI MIMPI?
BAGIAN KESEPULUH: PEMBUNUH FIKSI?
BAGIAN KESEBELAS: KENCAN DENGAN ADIKKU?
BAGIAN KEDUA BELAS: GADIS ITU?
BAGIAN PENYELESAIAN: AKU CINTA KAU!
BAGIAN SPESIAL: FAKTA BARU
Ucapan terima kasihku
BAGIAN PERTAMA S2: PERUBAHAN YUKIMURA
BAGIAN KEDUA S2: TAHAN EMOSI
BAGIAN KEEMPAT S2: NINJAKU
BAGIAN KELIMA S2: TELEPORT
BAGIAN KEENAM S2: TEMPAT ASING
BAGIAN KETUJUH S2: MENYAMAR
BAGIAN KEDELAPAN S2: MELINDUNGI
BAGIAN KESEMBILAN S2: BERBAUR

BAGIAN KETIGA S2: RENCANA YANG TERTUNDA

460 18 22
By MAlfharizy

Sekarang aku sedang di dalam ruang guru, menundukkan kepala di depan guru yang sedang duduk melihat ke arahku. Sebenarnya aku menunduk bukan karena menyesali membuat kesalahan, tapi karena menahan amarahku menghadapi guru berambut putih berparas tampan namun hatinya busuk ini.

“Genoji Ouka-kun, angkat saja kepalamu. Aku ingin melihat wajahmu itu,” ucapnya.

Aku pun mengangkat kepala dengan perlahan. Entah apa yang terukir di wajahku sekarang, aku tidak peduli. “Jadi, ada apa Sensei memanggilku kemari?” tanyaku.

“Seperti yang kau tahu, aku bekerja di sini. Tapi, aku bekerja di sini bukan ada campur tangan dari pekerjaanku. Aku memang benar-benar ingin bekerja menjadi guru, dan masalah pribadi kita jangan sampai dibawa ke sekolah.”

“Hah? Kau pasti berbohong, kau tahu aku sekolah di sini, kan? Jadi, kau menyamar menjadi guru supaya bisa menggali informasi lebih dalam lagi tentangku!”

“Hah… Sudah kubilang, aku ini bekerja menjadi guru atas kemauanku sendiri. Aku tidak akan menggunakan hakku menjadi guru di sini untuk menggali informasi tentangmu, kecuali kalau memang kau berbuat kesalahan besar, aku akan mencari informasi tentangmu dan mengunjungi rumahmu supaya orangtuamu mengetahui semua kenakalan yang kau perbuat.”

“Me-Memangnya kau ini wali kelasku?!”

“Walau bukan wali kelas, tapi sebagai guru yang mengajar, tentu itu juga adalah tanggung jawabku juga.”

A-Apa ini? Dia siapa? Dia Vaan yang pernah ingin membunuh Ami dan Aya-chan, kan? Tapi kenapa sikapnya dan cara berbicaranya kepadaku santai begitu? Padahal sebelumnya dia selalu berbicara hal yang menyebalkan… Apa mungkin benar katanya, dia tidak ingin mencampuri masalah pribadi dengan pekerjaannya. Tidak-tidak! Dia pasti hanya berakting saja! Iya, dia hanya berakting saja! Hah, kalau dia menjadi artis, pasti dia sudah terkenal sekali dengan aktingnya yang sangat luar biasa. Tapi… rasanya benar-benar ada yang aneh…

“Hei, kau mendengarkanku?” ucapnya menyadarkanku dari lamunan.

“I-Iya, aku mendengarnya, Sensei.”

“Kalau begitu, kembalilah ke kelas. Aku tidak akan menghukummu, tapi jangan mengulangnya kembali.”

“Baik, Sensei. Aku permisi.” Aku pun berbalik dan keluar dari ruang guru.

Benar-benar bingung aku dibuatnya. Dia seolah-olah orang lain, tidak seperti yang aku perkirakan atau bayangkan. Bahkan aku merasa seperti pertama kali bertemu dengannya, ada rasa aneh saat tadi aku menghadapinya. Mungkin dia benar-benar tidak ingin mencampuri urusan pekerjaan ‘busuk’-nya dengan pekerjaannya menjadi guru. Tapi, kalau itu hanya akting belaka saja… Akan kupastikan dia menyesal.

Oh iya, ngomong-ngomong, aku sudah lama tidak melihat Airi. Sedang apa dia? Tidak biasanya dia tidak berkunjung ke rumahku untuk bertemu Kanade-chan, padahal biasanya dia selalu bermain dengan Kanade-chan. Mungkin dia benar-benar sibuk bekerja menadi KiF… Apa dia sedang berburu Fiksi? Tapi, tidak ada pemberitahuan dari Itsuka mengenai pergerakan KiF. Apa dia punya urusan lain?

“Geno-kun.”

Aku langsung tersadar dari lamunanku, ternyata Aya-chan sudah berdiri di depanku. Aku masih berada di lorong menuju kelas. “A-Apa?”

“I-Ikut aku, seperti janji tadi.” Dia menarik lenganku, lalu membawaku pergi.

Selama dia menarik lenganku, dia tidak berbicara apapun, walau aku mencoba mengajak bicara kepadanya. Dan dia sepertinya terburu-buru, buktinya dia berjalan dengan cepat dan cengkramannya cukup keras. Tentu aku hanya bisa pasrah saja.

Kami berhenti di depan pintu ruang UKS. Aya-chan mengeluarkan benda pipih yang bisa mengubah pintu seperti ‘pintu kemana saja’, setelah ditempel pintu pun dibuka. Bukan ruangan yang seperti UKS, melainkan seperti kamar hotel dengan ranjang set untuk sepasang suami istri dan tempatnya cukup luas.

Aya-chan menarikku masuk ke ruangan itu, tentu aku dengan mudah tertarik karena tadi terdiam oleh pemandangan ruangan yang terkesan… membuatku tegang. Saat aku sudah di dalam, Aya-chan mengambil benda pipih itu, lalu menutup keras pintu.

“A-Aya-chan, ke-kenapa kau membawaku kemari?” tanyaku dengan nada gugup. Tentu akibat suasana dari ruangan ini yang entah kenapa penerangannya sedikit redup.

Aya-chan tidak menjawab, tapi berjalan mendekatiku. Sekarang dia berada di hadapanku, aku bisa melihat wajahnya yang sudah merah padam dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca. Perlahan tangannya terangkat, mengarah ke kancing seragamnya. Satu persatu kancing seragamnya dibuka, lalu seragam itu dilepas. Selanjutnya adalah rok pendeknya, dibuka resletingnya, dan dibiarkan jatuh ke bawah. Sekarang aku bisa melihat tubuhnya yang memakai bra putih dengan celana dalam putih. Belahan dada dari dadanya yang tidak terlalu besar maupun kecil, lekukan badan rampingnya terlihat sangat seksi sekali. Dia terlihat sangat seksi sekali…

“Ahhhh!!” Aku langsung menutup mataku dengan kedua telapak tanganku, karena aku baru sadar Aya-chan setengah telanjang. “Ke-Kenapa kau membuka seragammu?!”

“Te-Tentu saja aku ingin me-melakukan itu…” jawab Aya-chan, kedengarannya dia menjawab dengan malu-malu. “…A-Apa kau tidak senang dengan tubuhku ini…?”

“Bu-Bukannya tidak senang! Tapi, aku belum siap!! Walau memang sebenarnya aku ingin sekali… Tapi, aku belum siap!!”

“Bu-Bukan itu!! Aku memintamu untuk memfotoku!” jawab Aya-chan yang terdengar tegas, namun tetap ada nada malunya.

“Oh, hanya foto…” Perlahan aku menjauhkan telapak tanganku yang menutupi mataku. “Tunggu, foto?! Buat apa?! Mana mungkin aku memfotomu dengan keadaan kau setengah telanjang!”

“Ja-Jadi… Geno-kun tidak suka dengan tubuhku… Ka-Kau lebih suka dengan dada yang besar…” Aya-chan menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, dia menangis.

“Ti-Tidak, aku sangat suka sekali dengan keseksianmu! Tapi, bukan itu maksudku!” Aya-chan perlahan melepaskan telapak tangan yang menutup kedua matanya, aku bisa melihat kedua matanya sudah mengeluarkan air mata dan wajahnya memerah. “Ma-Maksudku, kenapa tiba-tiba kau memintaku untuk memfotomu?”

“Te-Tentu saja untukmu…”

“A-Apa maksudmu?”

Perlahan dia mendekatiku, lalu memelukku. Aku bisa merasakan kekenyalan dadanya. “Aku…Aku merasa sakit, karena kau mengoleksi majalah dewasa… Padahal, kau sudah memilikiku. Aku berpikir kau tidak suka dengan tubuhku, karena ukuran dadaku yang tidak besar ini… Maka dari itu… aku ingin kau lebih memperhatikanku…”

Tentu aku yang mendengar jawabannya, langsung memeluk erat tubuh Aya-chan. “Maafkan aku, aku janji tidak akan melakukan itu lagi. Aku sangat senang sekali kau mau melakukan ini. Apa kau yakin melakukan ini?”

“Kau boleh menyuruhku berpose seperti apapun.”

“Kalau begitu, aku akan mengambil sebanyak yang kuinginkan.”

Aya-chan pun melepaskan pelukannya, lalu berjalan mundur. Aku mengambil ponselku, untuk mengambil foto Aya-chan yang menggunakan pakaian dalam yang terlihat sangat seksi itu. Mungkin aku bisa dibilang pria mesum, tapi memang benar itu adanya. Lagipula, dia sendiri yang memintanya, jadi bukan salahku, kan?

Setelah difoto… entah sudah berapa banyak, aku pun menyimpan kembali ponselku. Badanku sudah benar-benar panas sekali, bahkan kulihat wajah Aya-chan sudah benar-benar merah sekali. Ternyata menjadi fotografer model seksi itu benar-benar menegangkan, mungkin selama ini yang memfoto majalah dewasa adalah wanita atau pria yang sudah sangat kuat sekali dengan godaan.

“Ku-Kurasa sudah cukup…” ucapku.

“A-Ano… To-Tolong sekali lagi, Geno-kun…” Aya-chan pun perlahan menurunkan tubuhnya, lalu memposisikan diri terlentang.

Aku langsung menelan ludah, dia benar-benar dalam posisi yang paling menggoda. Dengan sedikit gemetar dan perlahan, aku mendekati Aya-chan untuk mengambil foto untuk yang terakhir. Tapi, entah kenapa kakiku saling beradu dan membuatku jatuh ke depan. Untungnya, aku bisa menahan tubuhku supaya tidak menimpa tubuh Aya-chan.

Sekarang aku berada di atas tubuh dengan posisi merangkak. Wajah kami saling berdekatan, dan seluruh tubuhku kembali tegang. Aku bisa merasakan napas Aya-chan yang pelan, tapi terasa berat. Sisi bejat dan sisi suciku mulai saling bertarung untuk memutuskan apa yang akan kulakukan sekarang.

“Ge-Genoji…” ucap seseorang yang kedengarannya tidak asing bagiku.

Perlahan aku melihat ke arah depan, tepatnya ke arah pintu. Di sana, sudah ada seorang gadis yang memegang katanan super tajam, yaitu Yukimura.

“I-Ini hanya salah pa-pa…”

“HENTAIIIIII!!!”

“AAAAAA!!!”

***

Sekarang aku berada di dalam toko pudding langgananku, dengan tubuh lemas akibat kekurangan darah. Setelah kejadian aku dibunuh oleh Yukimura ke… entah berapa kali, pokoknya lebih dari seratus kali. Aku jadi kesulitan mendekati Aya-chan untuk sekarang ini, karena Yukimura menjadi bodyguard sementara Aya-chan.

“Wah, sepertinya aku mengganggu ritual kebahagianmu,” ucap Itsuka yang terdengar di intercom. “Kalau aku tidak memberitahukan keberadaanmu, pasti Suzuki-chan akan menebas leherku.”

“Lalu, apa kau melihat yang terjadi selama aku dan Aya-chan di ruang itu? Aku rekomendasikan kau menjawab ‘tidak’ karena kalau ‘iya’ aku akan mencincang abis tubuhmu… Tidak, mungkin membakar tubuhmu sampai tidak tersisa untuk dikenang.”

“Tenang saja, sekarang aku tidak bisa melihat kegiatan yang kau lakukan. Aku hanya bisa melihat dimana kau berada. Karena aku sudah tidak kuat lagi dengan keberuntunganmu, Ouka.”

“Baguslah kalau begitu. Lalu, kapan Nami-chan datang?”

“Seharusnya dia sudah ada di sana… Oh, dia berada di luar toko.”

Aku pun langsung melihat keluar, aku bisa melihat dari balik kaca Nami-chan sudah berdiri di depan toko. Sepertinya dia tidak menyadari aku sedang melihat ke arahnya, karena dia sedang merapihkan rambutnya di depan kaca.

Aku langsung keluar dari toko untuk menyapanya. “Selamat sore, Nami-chan.”

“A-Aaaaaa!” Dia langsung salah tingkah. “Se-Selamat sore, Ouka-san.”

Dia terlihat sangat cantik sekali, pakaian setelan berwarna putih dengan rok yang pendek, stocking hitam sampai atas lutut, dan sebuah tas selendang kecil tergantung di pundaknya.

“Kau terlihat sangat cocok sekali dengan pakaian itu,” ucapku.

Wajahnya langsung memerah, dia menundukkan kepalanya. “Te-Terima kasih…”

“Apakah kau mau pergi ke suatu tempat untuk tujuan pertama kita?”

“Te-Terserah ke-kemana saja… asalkan ber-bersama dengan Ouka-san… Aku senang…”

“Baiklah, keluarkan pilihannya!” teriak Itsuka.

Pertama, taman. Kedua, game center. Ketiga, hotel. “Apa pilihannya, Itsuka?” tanyaku karena sedari tadi dia belum memberikan jawaban. Biasanya sepuluh detik atau lima detik, pilihan yang sudah dipilih oleh banyak orang yang diketahui adalah ahli dalam percintaan akan diucapkan oleh Itsuka. Tapi, kali ini jawabannya lama sekali.

“Kalau begitu, taman,” balas Itsuka.
Kurasa aku paham kenapa dia membalasnya lama sekali, karena dia pasti sedang memikirkan tempat yang bagus untuk kencan kami. Dia melakukan ini untuk menyenangkan adik kesayangannya, dia benar-benar kakak yang baik.
“Atau mungkin hotel saja, supaya prosesnya cepat?”

“Kembalikan pujianku yang tadi!!”

“Baiklah, ajak adikku ke hotel!”

“Mana mungkin!!”

“Padahal aku sudah mengizinkanmu untuk langsung melakukan yang ‘panas’ kepada adikku, kenapa malah ditolak?”

“Pikirkan perasaan adikmu! Memangnya dia tidak akan terkejut kalau tiba-tiba diajak ke hotel?!”

“Baiklah, kita lakukan dengan perlahan. Kalau begitu, pergilah ke game center.”

“Hah… Baiklah.” Aku pun melihat ke arah Nami-chan, dan dia masih menundukkan kepalanya. Kurasa dia tidak mendengar pertengkaran kami tadi. “Nami-chan, kita pergi ke game center, bagaimana?”

“Su-Sudah kubilang… se-selama dengan O-Ouka-san, kemana saja aku ikut…”

“Bagus. Ayo kita pergi.”

Kami berdua pun pergi menuju game center. Selama di perjalanan, Nami-chan hanya menundukkan kepalanya saja, dan aku hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah malu-malunya ini. Padahal kencan kita yang sebelumnya, dia tidak terlalu seperti ini. Apa mungkin karena sebelumnya Itsuka membisikkan hal-hal berbau ‘mesum’ kepadanya? Buktinya saja dia dengan entengnya bilang untuk mengajak Nami-chan ke hotel… Aku benar-benar tidak tahu harus menilai Itsuka sebagai kakak yang baik atau terlalu baik.

Aku langsung menghentikan langkahku, walau belum sampai. Nami-chan pun ikut menghentikan langkah kakinya. Alasan kami berhenti karena suasana di sekitar kami aneh, yaitu tidak adanya orang yang berlalu-lalang. Kalau hal ini terjadi, ini bertanda kalau musuh terberatku muncul.

“Kita bertemu lagi, Genoji Ouka-kun.” Aku langsung membalik badan untuk melihat sosok yang memanggil namaku. Iya, dia adalah pria berambut putih berparas tampan namun hatinya busuk, bernama Vaan.

“Aku sangat tidak senang sekali bertemu denganmu lagi, Vaan,” geramku.

“Jangan marah begitu, aku datang kemari hanya untuk membunuh wanita ninja itu.”

“Hahahah, jangan marah juga, aku akan menghentikanmu… Dan mungkin membunuhmu.” Rasa dendam yang tadinya mereda, sekarang kembali lagi bangkit, malah lebih besar dibanding sebelumnya.

“Tenang saja, aku tidak marah,” jawab Vaan. “Akan kusiapkan kuburan yang bagus untuk kalian berdua.”

Dari belakang Vaan, muncul gadis berambut kuning. Dia adalah partner Vaan, bernama Lulu. Lulu mengangkat tangannya ke depan. Dalam sekejap mata, kami sudah berada di tempat lain. Bukan di trotoar yang kami injak, tapi tanah dari hutan yang penuh dengan pohon-pohon tinggi. Ini semua ulah Lulu, dia memindahkan kami ke hutan ini dengan kemampuan Fiksi-nya.

“Seharusnya aku yang bilang begitu,” balasku. Sekarang aku sudah memegang katana merah yang berasal dari kekuatan Fiksi Yukimura yang sudah kusegel.

Vaan memasukkan tangannya ke saku jas, lalu dikeluarkan. Sekarang aku bisa melihat sebuah kristal biru gelap berbentuk segi enam di tangannya. Kristal itu kemudian dilemparkan ke atas, tidak terlalu tinggi. Tiba-tiba, kristal itu pecah, dan peralatan tempur Vaan sudah terpasang di badannya.

Vaan pun mengeluarkan pedang lasernya. “Kalau begitu, kita buktikan perkataan siapa yang benar.” Dengan cepat, dia melesat ke arahku.

Tentu aku yang sering mendapatkan kejadian seperti ini, bisa dengan mudahnya menahan serangannya. Kedua senjata kami saling bergesekan, menciptakan sedikit bunga api. Kami saling menekan senjata kami. Aku langsung meluncurkan tendangan ke arah perutnya, berhasil mengenai perutnya dan membuat dia terdorong. Kesempatan ini aku ambil dengan mengayunkan katanaku untuk menebas lehernya. Tapi, entah kenapa, saat katanaku hampir mengenai lehernya, tubuhku terasa tidak bisa digerakkan.

“Sayang sekali, kau sudah kukekang dengan rantai cahaya ini.”

Aku langsung menggerakkan bola mataku ke bawah, ternyata tubuhku sudah dililit oleh rantai cahaya berwarna biru gelap. Perlahan Vaan mengangkat pedangnya, dia mengayunkan pedangnya untuk menebas leherku. Tapi, tiba-tiba sebuah shuriken meluncur ke arah Vaan, namun berhasil ditangkis. Vaan pun meloncat mundur untuk menjauh.

Sekarang aku bisa melihat Nami-chan yang sudah berpakaian seperti ninja dari kekuatan Fiksi-nya berada di sampingku. Setelah melihat ke arahku, dia meloncat ke arah Vaan. Sepertinya dia ingin menyerang Vaan. Bukan hindaran atau ayunan pedang yang dilakukan oleh Vaan, tapi senyuman kecil yang dia lakukan. Aku merasakan firasat buruk… Dan itu terjadi, beberapa benda panjang yang berasal dari senjata Vaan mengelilingi Nami-chan yang sedang meloncat ke arah Vaan. Aku tidak menyadari sejak kapan benda-benda itu berada di sekeliling Nami-chan, seperti benda-benda itu muncul begitu saja. Sinar biru gelap berkumpul di ujung benda panjang itu, membentuk bulatan, dan aku tahu apa artinya. Benda itu akan meluncurkan tembakan laser.

“Nami-chan!!”

*DHURRR

Continue Reading

You'll Also Like

624K 43K 28
"kenapa foto kelulusanku menjadi foto terakhirku.."
9.8M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...
428K 29.3K 58
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
143K 13.6K 21
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...