DIA (BANYAK DIHAPUS)

By qiaqiya

3.5M 228K 3.8K

"Dia adalah sekretaris Dirjen yang aku kenal saat acara penandatanganan kesepakatan kerjasama antara perusaha... More

prolog
bag 1
bag 2
bag 3
bag 4
bag 5
bag 6
bag 7
bag 8
bag 9
bag 10
bag 11
bag 12
bag 13
bag 14
bag 15
bag 16
bag 17
bag 18
bag 19
bag 20
bag 21
bag 22
bag 23
bag 24
bag 25
bag 26
bag 27
bag 28
bag 29
bag 30
bag 31
bag 33
bag 34
bag 35
bag 36
bag 37
bag 38
part 39
part 40
part 41
part 42
part 43
part 44
part 45
part 46
part 47
part 48
part 49
part 50
part 51
part 52
part 53
part 54
part 55
part 56
part 57
part 58
epilog
extra part (1) - satria
extra part (2) - sasti
extra part (3) - wedding's life
extra part (4) - surprise
extra part (5) - Satria Jr
spesial part

bag 32

36.2K 2.7K 36
By qiaqiya

Sasti yang baru selesai mandi tampak begitu segar apalagi dengan rambutnya yang masih basah meski sembab dimatanya tak menghilang, sambil berdiri di depan kipas angin dengan kepala menunduk ia meraih handphonenya yang berada diatas nakas disamping tempat tidurnya.

Ia mencari kontak Ayasha, dalam satu tarikan nafas Sasti meyakinkan dirinya untuk kembali mencoba menghubungi nomor tersebut dengan harapan Ayasha akan mengangkatnya setidaknya nomor itu dalam posisi aktif.

Tangan kiri Sasti menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil sambil dianginkan didepan kipas yang berputar, sedangkan tangan kanannya memegang handphonenya yang menempel pada telinga.

Tut . .

Tut . .

Tut ..

Terdengar nada sambung membuat Sasti menghembuskan nafas lega, aku mohon angkat teleponku Sasti pintanya dalam hati.

Nada sambung yang terhenti karena panggilannya diangkat membuat nafas Sasti tercekat, segera ia meluruskan kepalanya yang sedari tadi menunduk di sepan kipas. Wajah Sasti berubah cemas dan juga tegang, jantungnya mulai berdetak dengan tidak wajar.

"Ha..halo" Sasti mengeluarkan suara dengan terbata.

Tak ada yang menjawab ucapannya, deg deg deg deg jantung Sasti berdetak semakin cepat.

"Halo" bukan suara Ayasha yang membalas sapaannya, melainkan suara lelaki. Suara yang tidak asing di telinganya.

--

(Waktu mundur saat Satria baru sampai rumah sakit)

Pintu lift terbuka, Satria langsung berlari keluar dan matanya menatap sekeliling mencari Ambar dan juga Ayasha, namun tak terlihat.

"Satria?" tiba-tiba ada yang menyentuh lengannya.

Satria memutar badannya, Prof Sunarto dia adalah Profesor untuk spesialis anak. Kebetulan Satria sudah beberapa kali bertemu dengan Prof Sunarto dalam beberapa acara keluarga, beliau sering diundang oleh om nya bergabung pada acara keluarga karena peran beliau terhadap rumah sakit ini cukup besar.

"Prof, apa kabar?" Satria menjabat tangan Prof Sunarto.

"Baik, lama juga ya tidak bertemu. Ingin menyusul Ambar ya?" tanya Prof Sunarto.

"Iya Prof, Prof lihat mama saya?"

"Iya tadi sempat berbicara sedikit, dia sedang bersama Anita di VIP anak"

"Ohh.. oke makasih yaa Prof, saya kesana dulu" Satria langsung pamit lalu dijawab dengan anggukan serta senyuman oleh Prof Sunarto.

Satria berjalan dengan cepat menuju VIP khusus untuk anak-anak, di pintu kaca otomatis seorang satpam menghampirinya, "Ada yang bisa dibantu bapak?".

"Saya mencari dokter Anita, tadi Prof bilang dia ada disini".

"Maaf pak, dokter Anita sedang memeriksa pasien" satpam tersebut tak memberikan jalan kepada Satria.

Mata Satria menyipit mendengar ucapan satpam, ia menjadi begitu sensitif setelah bertemu Naresh dirumahnya tadi.

"Yang diperiksa dokter Anita itu anak saya!" ucap Satria dengan intonasi meninggi.

"Ma..maaf pak, dokter Anita ada di kamar 302" satpam tersebut tergagap merasa tidak enak, Satria diam tanpa mengeluarkan kata dia langsung melewati Satpam tersebut lalu pergi menuju kamar 302.

Di depan pintu kamar 302,

Tangan Satria sudah memegang handle pintu, namun ia menahannya karena mendengar percakapan antara Ambar dan seorang wanita. Satria menyingkir dari depan pintu lalu berdiri agak menyamping.

"Saya tidak mengerti kenapa anak berusia 3 tahun bisa tertekan sampai seperti ini" ucap wanita tersebut.

"Tertekan bagaimana maksudmu?" terdengar suara Ambar.

"Anak itu tertekan bu, psikisnya down akibatnya dia jadi demam tinggi seperti itu. Saya ragu jangan-jangan beberapa hari ini anak itu tidak makan dengan baik karena tubuhnya memperlihatkan kalau dia kekurangan nutrisi"

Satria tertegun mendengar ucapan dari wanita yang ia yakini kalau dia adalah dokter Anita. Rahangnya mengeras dan dadanya mulai naik turun tak beraturan, seketika dirinya dipenuhi oleh emosi.

Ia tak terima mendengar penjelasan dokter mengenai keadaan Naresh, apa yang Ayasha lakukan sampai anak itu bisa sakit seperti ini? Apakah Sasti tidak mengetahui keadaan Naresh? batin Satria bingung.

Dokter Anita keluar dari kamar dan berbelok ke kiri, dia tak menyadari keberadaan Satria yang berdiri di sebalah kanan pintu.

Pintu kamar telah ditutup kembali dari dalam, Satria masih terdiam ditempatnya berdiri. 10 menit berlalu, Satria masih berdiri di dekat pintu. Pikirannya terpecah, wajah Sasti dan Ayasha bergantian membayangi pikirannya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Satria berjalan menjauhi pintu tersebut ia juga berdiri membelakangi pintu, enggan terlihat oleh siapa saja yang keluar dari pintu tersebut.

Satria bisa mendengar suara Ambar yang memanggil Ayasha, menyuruh perempuan itu untuk ikut dengannya. Tak lama terdengar suara Ayasha yang bertanya kemana mereka akan pergi, namun Ambar tak menjawabnya. Lalu terdengar suara langkah yang beriringan menjauhi kamar tersebut.

Setelah yakin kalau mamanya dan Ayasha sudah cukup jauh dan tak akan melihatnya Satria pun berbalik, ia melangkah mendekati kamar yang sunyi itu.

Satria menghela nafasnya, baru kemudian tangannya meraih handle pintu lalu membukanya. Kaki kanan Satria melangkah masuk ke dalam kamar, deg! jantung Satria berdetak kencang saat melihat tubuh kecil yang tertidur di atas ranjang.

Naresh . . . benarkah kamu adalah milikku? kamu anakku? batin Satria dengan langkah kaki yang mendekati ranjang.

Satria menatap wajah Naresh yang pucat, tidak ada senyum lucu tidak ada suara yang ceria hanya kebisuan.

Tiba-tiba rasa sakit terasa begitu menusuk hati Satria, sakit dan perih membuat matanya memanas air matanya mulai mengambang.

Suara dering handphone yang terdengar nyaring memecah kesunyian di kamar tersebut, Satria menolehkan kepalanya le arah suara tersebut. Dari dalam tas yang ada diatas meja, kening Satria berkerut melihatnya.

Tas milik Ayasha, jadi dia pergi tanpa membawa tasnya batin Satria.

Entah ada tarikan apa yang membuat Satria berjalan ke meja tempat tas Ayasha diletakkan, Satria menatap tas tersebut hatinya menyuruhnya untuk mengangjat handphone yang terus berdering tapi kepala Satria melarangnya.

Sejak kapan kamu begitu kepo ?! pikiran Satria seolah meneriakinya.

Tapi hati Satria terus menyuruhnya untuk segera mengambil handphone Ayasha yang masih berdering itu.

Beberapa detik Satria diam, namun akhirnya suara hatinya menang. Tangan Satria membuka resleting tas Ayasha lalu mengacak isi tas mencari handphone Ayasha.

Dilihatnya layar handphone Ayasha, panggilan dari nomor tidak dikenal.

Satria kembali dilanda keraguan, namun akhirnya dia memilih untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Ha..halo" terdengar suara perempuan.

Deg! Jantung Satria berdetak semakin cepat, untung saja dia tidak punya penyakit jantung kalau dirinya mempunyai penyakit tersebut tentu dia sedang meregang nyawa sekarang saat mendengar suara dari balik telepon tersebut.

Sasti! aku yakin ini suara Sasti batin Satria.

Muncul rasa kecewa dalam diri Satria, jangan-jangan Sasti dan Ayasha memang bersekongkol tapi untuk apa? hati Satria bertanya-tanya.

Dia teringat kembali dengan pertemuannya dengan Sasti di depan rumah lama Ayasha, dia bilang mereka kan saling mengenal. Satria memijit pelipisnya, kepalanya benar-benar sakit sekarang.

"Halo" meski susah namun akhirnya Satria juga bersuara.

Sasti yang mengenali suara Satria kaget, ia menatap layar handphonenya. Benar kok nomor Ayasha yang ditelepon batin Sasti, ia sempat berpikir kalau jangan-jangan dia salah memencet nomor.

"Hmm.. Sat?" Sasti memanggil Satria.

"Dimana kamu?" entah kenapa nada bicara Satria berubah menjadi jutek.

"Eh.. eng aku di Apartment" jawab Sasti yang sedikit terbata.

"Kamu udah baca kan sms aku?!" tanya Satria lagi.

"I..iya aku udah baca" jawab Sasti.

"Kenapa sampai sekarang belum sampai juga?"

Sasti tertegun, kenapa Satria jadi jutek kayak gini?

"Aku baru selesai mandi Sat, abis ini aku berangkat kok ke sana"

"Aku tunggu!" tanpa menunggu jawaban Sasti, Satria langsung mematikan sambungan telepon tersebut.

Tut ..

Tut ..

Sasti menatap tak percaya ke layar handphonenya, Satria kenapa sih?? Haduh kan! Belum sempet nanyain kenapa handphone Ayasha yang angkat malah Satria, atau sekarang Satria lagi bersama Ayasha? batin Sasti menebak-nebak.

Dengan cepat Sasti segera mengenakan pakaiannya, lalu menyisir rambutnya setelah itu ia mengambil tasnya dan segera pergi keluar dari Apartment.

Aku harus segera ke rumah sakit batin Sasti.

--

11/08/2016

Selamat membaca jangan lupa vommentsnya yaaa 😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

544K 20.8K 18
Pertemuan antara Orlin Aqila-seorang staf administrasi-dengan Deanka Elgis Pradipta-seorang design perhiasan-terjadi ketika Orlin tidak sengaja menem...
1.7M 47.1K 31
"Aku pengennya perjalanan cintaku itu kayak rel kereta api, meskipun banyak belokan, tapi nggak pernah putus sampai tujuan.." Itu katanya Andara Rian...
145K 8.6K 35
Sudah dua tahun terakhir Hanum, Kesha, Ajeng, Astrid, Rara, Vero, dan Alya yang bersahabat sejak SMA tidak pernah bertemu lagi. Hal ini disebabkan ol...
984K 33.2K 13
Glori Hadinoto Kusumo, gagal bertunangan dengan pacarnya yang bernama Arya. Tepat di hari pertunangan mereka, Arya memutuskan hubungan sepihak karena...