Aresh

By ukinurpratiwi

80.4K 3.5K 1.9K

Cinta itu harus diungkapkan dengan baik dan benar sesuai dengan ukurannya. Karena jika tidak, cinta akan menj... More

1. Berawal dari tatap
2. Ketika kau menyapa
3. Memulai kembali
5. Jatuh hati
BTS (republished)
22. Sandaran hati
BTS Reunion
Caution!!!
Yours Sincerely
For You
ARESH Novel
#areshnovel
ARESH-Ebook
ARESH Giveaway!!!
To AreshiLovers

4. Ini cinta

3.1K 414 286
By ukinurpratiwi

Aresh menggenggam tangan Alif dengan erat, ketika kedua kakinya mulai melangkah masuk ke salah satu gedung khusus di kantor BIN. Ia berada di tengah-tengah barisan kecil Tim Alpha. Mereka berenam yang membuat dirinya merasa sedikit tenang dan nyaman saat ini. Diapit oleh Abang sepupu jauhnya, Alif, dan si bungsu dari Tim Alpha, Orion. Di depannya ada Reshi dan Alex yang menutupi tubuhnya yang tampak mungil di antara keenam pasukan siluman itu. Di belakang ada Rikas dan Komang yang telah siap menjadi tameng untuk Aresh jika hal-hal buruk terjadi.

Keenam pasukan siluman itu memang mematuhi semua perintah yang diberikan oleh atasannya. Namun, ada beberapa hal yang akan mereka langgar, jika sesuatu telah melewati batas dari prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Tim Alpha. Orion melirik Aresh yang sedang menampilkan wajah gugup bercampur cemas.

“Kakak cantik,” panggil Orion yang membuat Aresh menoleh kepadanya, “Kakak tenang saja, lakukan apa yang ingin Kakak lakukan di dalam sana! Kami semua akan selalu mendukung keputusan, Kakak. Kita orang adalah keluarga Kakak sekarang,” tutur Orion yang dibalas senyuman manis dari Aresh.

“Terima kasih, Orion,” ucap Aresh.

“Bah! Cuma Orion saja yang kau ucapkan terima kasih, Aresh?! Sakit hati Abang ini,” seloroh Alex.

Orion, Alif, Komang, Rikas dan juga Aresh terkekeh mendengar selorohan Alex yang selalu saja ajaib dan mampu membuat semua orang tertawa. Dalam diamnya, Reshi menahan senyum. Alex, kakak tertua di Tim Alpha, memanglah orang yang sangat periang di antara yang lain. Keberadaannya mampu membuat tingkat stres di Tim Alpha sedikit berkurang.

“Terima kasih Bang Alex, dan terima kasih semua,” ucap Aresh tulus.

“Nggak ada ucapan spesial gitu, Dek? Buat siapa, begitu?” ledek Alif.

Aresh mengernyitkan dahinya samar, sembari menoleh ke arah samping kanannya. Menatap bingung kepada abang sepupu jauhnya, Alif. Kemudian tersenyum, kala otaknya mengintruksikan sesuatu untuk segera diucapkan.

“Kalian semua adalah sosok spesial yang telah berhasil masuk ke hatiku. Terima kasih karena telah menguatkanku dan menjagaku. Aku tahu, kalian selalu mengikutiku di Paris selama beberapa hari kemarin. Keberadaan kalian membuatku merasa berada di tengah-tengah keluargaku sendiri, aman dan tenang,” ungkap Aresh.

“Thank you so much more, Alpha Team. I'll miss you,” tambah Aresh.

Alex tersenyum, lantas menyikut lengan Reshi yang sedari tadi hanya terdiam. Namun Alex tahu, otak cerdas Reshi pasti sudah merekam semua ucapan orang di sekitarnya dengan jelas. Reshi menoleh menatap Alex dengan tatapan tajam khasnya.

“Kau dengar tadi, Ice? Meleleh hati Abang ini. Ada yang akan merindukan kita, Ice!” ujar Alex bersemangat.

Reshi mengembuskan napasnya, lantas mengalihkan pandangannya kembali lurus ke depan. Berpura-pura, seakan-akan ucapan Aresh tak berpengaruh apa pun kepadanya. Meski pada kenyataannya, beberapa bagian organ tubuhnya kembali berkhianat. Jantungnya kembali berdetak tak menentu, kala Aresh mengungkapkan bahwa Tim Alpha adalah sosok spesial baginya. Ungkapan terakhir Aresh pun mampu membuat jantungnya merosot jatuh ke bawah dengan bebas. Dalam hati Reshi bersumpah, bahwa ia akan membuat Aresh hanya merindukan dirinya suatu saat nanti. Bukan merindukan seluruh pasukan Tim Alpha.

“Alamak! Beta melayang ini, dirindukan oleh seorang wanita cantik seperti Kakak,’ ucap Orion dengan logat khasnya.

Senyum dan kekehan dari Alex, Alif, Rikas dan Komang mengiringi senyum manis Aresh sebagai respon ungkapan lucu dari Orion.

“Alpha, stand by!” seru Alif lirih melalui handsfree di telinga kanannya, saat mereka hampir tiba di pintu masuk salah satu ruangan rahasia di BIN.

Seluruh pasukan Tim Alpha pun bersiap. Tak ada yang bersuara kali ini. Semua tampak bersiaga. Mereka berenam bukanlah orang bodoh yang hanya akan mengikuti perintah atasan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Perintah atasan memanglah sebuah sabda yang tak terbantahkan. Tapi apa pun itu, jika perintah sudah melawan nurani, maka mereka akan melawan tirani hingga titik darah penghabisan.

“Ayo, Aresh!” ajak Maliq, seorang agen yang sangat dikenal oleh Aresh dan Alif.

Maliq, Aresh dan Alif memiliki darah yang sama dari para sesepuh mereka. Aresh terdiam menatap Maliq, lantas menatap Alif bergantian. Kemudian beralih menatap Rikas, Komang, Alex dan Reshi bergantian. Perlahan, Aresh melepaskan genggaman tangannya dari Alif. Melangkah maju menghampiri Maliq.

“Jaga dia, Liq!” titah Alif tegas.

Maliq mengangguk, “Siap, Bang!” sahut Maliq sebelum merangkul bahu Aresh memasuki sebuah ruangan khusus dan rahasia itu.

Aresh menoleh ke belakang, memandang keenam pasukan siluman yang selalu menjaganya bak seorang putri. Tatapannya terkunci ketika melihat sorot mata tajam Reshi yang mengarah tepat kepadanya.

¤¤¤

Aresh berdiri tegap memandang empat orang yang juga sedang memandangnya. Tak ada yang akan membantunya saat ini. Maliq tak diijinkan untuk menemani dirinya tadi. Berharap, kedua abang sepupu jauhnya dan Tim Alpha masih berada di balik pintu besar ruangan ini.

“Agent A, duduklah!” titah seorang lelaki yang tak dikenal Aresh.

“Terima kasih. Tapi perjalanan panjang tadi membuat saya bosan untuk duduk,” tolak Aresh ketus.

Lelaki itu mengangguk, “Baiklah kalau begitu,” sahutnya membalas.

“Langsung saja, ada apa Anda semua mengirim para pasukan siluman itu untuk menjemput saya? Tidakkah itu berlebihan? Saya sudah berhenti menjadi Agen BIN sejak dua tahun yang lalu,” sungut Aresh yang mulai tak suka dengan tatapan mengintimidasi dari para lelaki yang sedang menatapnya dengan lekat.

Hanya satu orang yang dikenal Aresh di ruangan besar itu, Agen Ryu. Dia adalah satu satu teman dekat ayahnya di BIN. Sedari tadi, hanya dialah yang memberikan senyuman hangat kepada Aresh.

“Apakah kamu sudah mendengar kabar terbaru tentang Ayah Anda, Agent A?” tanya lelaki lain yang memiliki kumis tebal.

Aresh terdiam sejenak, lantas tertawa keras di hadapan keempat lelaki itu. Menertawakan pertanyaan aneh yang ditujukan kepadanya, “Haruskah saya menggali makam Ayah saya agar bisa mendapatkan kabar terbaru tentangnya? Bukankah salah satu dari Anda yang mengantarkan jenazah Ayah saya ke rumah?” tanya Aresh kesal.

Ketiga lelaki itu terkekeh mendengar ucapan Aresh, kecuali Ryu. Ryu terdiam menatap Aresh dengan iba, “Kami mendengar kabar bahwa Agen Senior A berada di Vietnam. Dan dua hari yang lalu, salah satu agen kita melihatnya berada di Jakarta,” Jelas Ryu yang membuat Aresh terperanjat kaget.

Aresh segera mengontrol dirinya dengan baik. Ia kembali menampilkan wajah serius dan menantang kepada keempat lelaki yang berada di hadapannya tanpa takut.

“Oh, sepertinya roh Ayah saya sedang berlibur. Mungkin dia bosan di dalam kubur sana, bukankah begitu? Kenapa bukan dia saja yang menyusul saya ke Paris kemarin?” ucap Aresh asal.

“Seperti foto ini maksud Anda?” timpal lelaki yang berkepala setengah botak, sembari melempar lima buah foto di atas meja.

Aresh mengerutkan dahinya. Melihat beberapa foto ketika dirinya dan ayahnya bertemu secara sembunyi-sembunyi, sebelum ia mengundurkan diri dari BIN. Kala itu ayahnya menceritakan apa yang sedang terjadi kepada Aresh. Dan berpesan, untuk selalu menjaga bundanya dengan baik sebelum ayahnya berpamitan pergi dan menghilang tanpa jejak.

Aresh menghela napasnya, “Saya bukan seorang Agen lagi. Jadi sepertinya Anda semua salah orang untuk meminta informasi seperti ini kepada saya. Itu foto lama, dan tidak ada cerita khusus di dalam foto itu,” kilah Aresh sebelum melangkah pergi.

“Foto itu diambil satu minggu setelah meninggalnya Agen senior A, Alyandra Rakabuming Bagaskara, sebelum Anda mengundurkan diri,” tutur salah satu lelaki yang bernama, Zidan.

Langkah Aresh terhenti, tangan kanannya yang sedang memegang handle pintu besar perlahan mengerat dengan kuat. Menahan tubuh dan kedua kakinya yang tiba-tiba menjadi lemas.

“Anda harus kembali bertugas untuk mencari keberadaan Ayah Anda, Agent A. Bukan hanya untuk negara, tapi juga untuk kesembuhan Ibu Anda!” tutur lelaki berkumis tebal memaksa.

Aresh mengembuskan napas beratnya. Menahan sesak di dadanya, hingga kedua matanya merebak. Mereka sangat tahu titik kelemahan Aresh, kedua orang tuanya. Tubuh Aresh berbalik dengan perlahan. Tangan kanannya reflek menangkap sesuatu yang dilemparkan Ryu kepadanya.

“Itu ID card kamu, Aresh. Selamat bertugas kembali,” ucap Ryu hangat, kala Aresh menatap benda yang ditangkapnya.

Aresh melangkah pergi tanpa berpamitan kepada keempat lelaki itu. Digenggamnya ID card itu dengan erat. Sepertinya ia belum bisa menghilangkan sumpah seorang agen rahasia di dalam dirinya. Tak peduli nyawa taruhannya, kebenaran harus segera dibuktikan.

¤¤¤

Untuk kesekian kalinya helaan napas Reshi berembus dengan kasar ketika melihat beberapa wanita sexy berlalu lalang di hadapannya. Mulutnya masih sibuk mengunyah kacang almond kesukaannya sembari duduk di atas bagian depan mobil Nissan Fairlady 350Z milik Alif. Sorot mata tajamnya tak berhenti memerhatikan keadaan perempatan PI yang berubah menjadi tempat berkumpulnya para drifter. Di sini akan ada suguhan tontonan gratis drifting yang aksinya tidak kalah keren dengan balap drifting sungguhan di Kejuaraan Japan Drifting.

Bagi sebagian kaum urban di Jakarta, jumat malam kerap dijadikan malam keriaan melepas penat selama lima hari beraktifitas. Termasuk Reshi dan tiga rekan timnya, Alif, Alex dan Orion. Kedua rekannya, Alif dan Alex memang tergabung dalam komunitas pecinta drift Jakarta. Mereka berdua melepas lelah dan penat dengan nge-drift di jalan umum. Drift on the street (DOTS), itulah bahasa keren yang mereka pakai untuk ajang liar ini.

Reshi menoleh, menatap tajam Orion yang telah merebut kacang almond-nya dari jepitan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanannya.

Orion tak acuh dengan tatapan tajam Reshi, “Eh, Kakak, tak ada polisi kah di tempat ini? Kalau mereka datang, tamatlah riwayat kita. Beta tak mau membuat novel yang tebalnya hampir satu kitab injil itu,” gerutu Orion yang menyesal mengikuti ajakan Alex, sedangkan Reshi kembali menikmati cemilan kesukaannya tanpa menghiraukan apa pun di sekitarnya.

“Kalau tahu Kakak Alex mengajak Beta ke tempat seperti ini, Beta tak akan mau. Dia bilang akan mengajak Beta bertemu wanita-wanita cantik. Tapi yang ada malah ondel-ondel. Tahu begini, lebih baik Beta main pokemon go saja di asrama,” lanjut Orion menggerutu.

Reshi terdiam mendengarkan gerutuan Orion yang tak bermutu baginya. Ia melanjutkan mengunyah kacang almond-nya dengan perlahan. Kedua matanya tampak mencari-cari sesuatu. Berharap apa yang Alif katakan tidaklah terjadi.

“Apa kau buta, Amboina? Banyak wanita cantik dan sexy di sini. Mereka itu jauh lebih menarik dari pada pokemon yang kau tangkap-tangkap itu!” timpal Alex yang baru saja datang dengan membawa seorang gadis berkulit hitam manis.

“Nikmati saja, Orion! Di kampung halamanmu tidak ada permainan seperti ini bukan?” gurau Alif sambil menggandeng seorang perempuan muda yang tak kalah cantik, seakan lupa dengan istrinya di rumah.

“Dalmatian! Kau lupa siapa yang mengajak Beta bermain pokemon dulu?!” protes Orion kesal dengan logat bahasa khasnya.

Alex tertawa, “Mamakku bilang, jangan cuma muter-muter cari pokemon, sekalian muter cari mantu. Mamakku juga bilang, dia itu pengennya nimang cucu, bukan si Pikachu!” ujar Alex yang membuat Alif dan orang-orang disekitarnya tertawa, terkecuali Orion dan Reshi.

Orion memajukan bibirnya karena kesal. Membuat Reshi kembali menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah polah teman-teman terdekatnya.

“Kakak pikir mencari jodoh itu segampang mencari pokemon?” pekik Orion kepada Alex.

“Okey, it's enough, guys! Kalian contoh itu Ice, anti main yang mainstream!” tutur Alif sembari menunjukkan Reshi yang sedari tadi terdiam.

Reshi menatap tajam dan lurus ke depan, ketika sebuah mobil Mazda RX8 berwarna biru telah terparkir di tempatnya. Dari body mobilnya, Reshi mengetahui jika mobil itu pun dilengkapi perangkat limited-slip differential (LSD). LSD menjadi perangkat wajib di setiap mobil drift, sama seperti mobil milik Alif.

“Buat apa main begituan, cuma kita yang capek-capek cari tapi dianya cuma diam aja nunggu disamperin. Bukannya kita yang main, malah kita yang dimainin sama pokemon!” ujar Reshi sebelum beranjak dari tempat duduknya, memindahkan lima buah kacang almond ke tangan Alif.

Alif, Alex dan Orion terdiam setelah mendengar ucapan Reshi. Reshi benar, bermain Pokemon itu bukan kita yang memainkan, tapi kita yang dipermainkan oleh pokemon. Ketiganya memakan kacang almond yang ditinggalkan oleh Reshi, sembari memerhatikan Reshi yang sedang berjalan menghampiri seseorang.

Reshi berjalan cepat menghampiri Aresh yang sedang bersandar di mobil Mazda RX8-nya. Kilat amarah tampak terpancar dari kedua matanya. Ia tak lepas menatap Aresh yang mengenakan rok mini jeans berwarna baby blue di atas lutut dengan atasan kemeja hitam yang sengaja tak dikancingkan dua kancing teratasnya. Menampilkan sedikit belahan dadanya yang menggoda.

“Ya Allah, Reshi!!!” seru Aresh terkejut saat Reshi sudah berdiri tegap di hadapannya, memberi tatapan tajam dan dingin.

Aresh menelan salivanya susah payah, ketika menatap balik tatapan tajam dari Reshi. Tatapan ini berbeda dengan tatapan-tatapan tajam sebelumnya. Reshi terlihat menahan amarahnya saat ini. Kilat aura amarah terasa menguar tajam dari Reshi.

Aresh menahan kedua tangan Reshi yang sudah menyentuh kemejanya, “Reshi!” seru Aresh takut.

“Jangan membuatku dan membuat para makhluk sejenisku berzina mata kepadamu, Aresh! Jangan menambah dosa dengan menampilkan aurat kamu!!!” ucap Reshi keras dan lugas, membuat kedua mata Aresh merebak.

Kedua tangan Aresh mendorong dada Reshi dengan keras, “Siapa kamu?! Nggak usah sok suci deh! Kamu nggak punya hak untuk ikut campur urusanku!!!” teriak Aresh kesal.

Reshi terdiam. Langkahnya kembali maju, hingga menghapuskan jarak di antara dirinya dan Aresh. Aresh seakan dibuat mati berdiri karena ulah Reshi saat ini. Tubuhnya tak bisa bergerak, karena tubuh Reshi yang tinggi tegap dan kekar telah mengimpitnya. Oksigen seakan habis di sekitar. Aresh hanya terdiam menahan rasa takutnya saat Reshi memberikan tatapan tajam menyalangnya.

“Sekarang aku memang bukan siapa-siapa kamu, tapi aku peduli denganmu! Kalau kamu ingin terlihat seperti wanita-wanita murahan itu, silakan! Obral tubuh kamu sesuka hati!!!” tandas Reshi penuh amarah.

Sebulir air mata menetes di salah satu sudut mata Aresh. Reshi segera melangkah pergi meninggalkan tempat yang sedari tadi dibencinya. Tak peduli dengan teriakan teman-temannya yang memanggilnya.

“Aresh, Lo ...,” ucap Deka yang terpotong karena melihat Aresh sedang menghapus air matanya.

“Ada apa?” tanya Aresh.

“Lo mau main atau tidak?” tanya Deka memastikan.

Aresh mengangguk, “Gue ikut.”

“Tadi cowok Lo? Mending Lo samperin dia deh, dari pada Lo nggak bisa ikut main,” ujar Deka menasehati.

Aresh terdiam. Ia menatap punggung tegap Reshi yang berjalan pergi menjauh.

“Peraturan malam ini, drifter harus membawa pasangan. Saudara, pacar atau pasangan sah Lo. Yang penting bukan sewaan. Jangan gebetan!” tutur Deka yang membuat Aresh mengembuskan napas kecewanya.

Deka menepuk bahu Aresh, “Gih bawa cowok Lo balik ke sini! Atau Lo didiskualifikasi nanti,” lanjut Deka sebelum pergi meninggalkan Aresh.

Aresh mengangguk lemas. Ia memandang keadaan sekitar yang tampak ramai. Bagaimana bisa dirinya mengikuti drifting malam ini, pasangan saja tampak jauh di otak apalagi di depan mata. Kakinya berjalan lemas ke arah abang sepupu jauhnya, Alif, yang sedang merokok dan duduk santai di atas bagian depan mobilnya.

“Abang, tolong Aresh! Abang mau ya jadi pasangan Aresh buat drifting, please!” rengek Aresh memohon.

Alif terkekeh, “Sorry, you're late, my little sista. Abang sudah punya pasangan,” sahut Alif sembari merangkul perempuan cantik yang duduk di sampingnya.

“Oh, begitu! Aresh telpon Kak Nadine dulu ya!” ancam Aresh yang hanya disambut tawa renyah dari Alif.

“Telpon aja, Kak Nadine mana marah kalau Bang Alif jalan sama sepupunya,” balas Alif.

Aresh menatap perempuan di samping Alif itu dengan tatapan menyelisik, “Benar kamu sepupunya Kak Nadine?” tanya Aresh.

“Iya, Kak. Aku dikirim Kak Nadine untuk menjaga Bang Alif, biar matanya nggak jelalatan!” ungkap Erina yang membuat Orion tertawa keras.

“Orion, kamu mau bukan menjadi pasanganku?” tanya Aresh kepada Orion.

“Maaf, Kakak. Beta tak bisa membantu Kakak. Beta tak mau membuat wajah ganteng Beta berantakan,” tolak Orion yang membuat kerutan samar di dahi Aresh.

“Orion, ayo kita pulang!” ajak Reshi kepada Orion.

Aresh segera menoleh saat mendengar suara tegas dan keras dari Reshi. Orion menurut. Ia mengangguk, lantas berjalan menghampiri Reshi yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan.

“Reshi, tunggu!” cegah Alif menahan lengan Reshi.

“Apa kamu bisa membantu Aresh? Menjadi pasangan Aresh untuk drifting nanti,” jelas Alif yang masih menunggu respon dari Reshi.

Reshi beralih menatap Aresh yang tampak takut dan kikuk menatapnya.

“Nggak usah, Bang. Aresh pulang saja. Lagi pula, Aresh belum bertemu dengan Bunda sejak pulang kemarin,” kata Aresh sebelum melangkah pergi.

“Kalau kamu mau aku menjadi pasanganmu, maka kamu harus menjadi istriku terlebih dahulu,” sahut Reshi yang membuat Aresh, Alif, Orion, dan sepupu dari Nadine terperanjat dan mematung.

“Ya salam!” sahut Alif terkejut.

Aresh menghampiri Reshi dengan perlahan. Ditatapnya wajah tampan Reshi dengan takut, “Aku hanya mencari pasangan untuk menemaniku bermain drifting, bukan mencari pasangan hidup!” protes Aresh.

“Pasangan buatku itu adalah seorang wanita yang mau menjadi istri dan juga ibu untuk anak-anakku nanti. Tidak ada yang lain!” jelas Reshi tegas tak terbantahkan.

“Bagaimana kalau kita berpacaran dulu?” tawar Aresh.

“We have to go, guys! See you soon!” pamit Alif yang sudah mendapat giliran bermain.

Orion berlari menghampiri Alex yang baru saja menyelesaikan drifting-nya. Meninggalkan Aresh dan Reshi yang sedang beradu pendapat. Ia tak ingin ikut campur dengan urusan Aresh dan Reshi.

“Agamaku melarang untuk berpacaran,” tolak Reshi sebelum pergi menghampiri Alex dan Orion.

Aresh mencengkram pergelangan tangan Reshi, menahannya agar tak pergi, “Bagaimana dengan ta'aruf?” tanya Aresh yang membuat Reshi menatapnya semakin tajam dan lekat.

“Ta'aruf adalah kegiatan bersilaturahmi, berkenalan dengan bertatap muka, atau bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan untuk mencari jodoh. Dan kita sudah berkenalan bukan?!” terang Reshi yang membuat Aresh tak bisa berpikir lagi.

“Oke! Aku mau jadi istri kamu, kalau kita menang. Bagaimana?”

“Menang atau kalah, kamu akan tetap menjadi istriku!”

“Kamu gila, Reshi!”

“Deal or no deal?!”

Helaan napas Aresh berembus, sembari menatap kesal kepada Reshi, “Deal!” ucap Aresh sambil menjabat tangan Reshi.

“Kancingkan baju kamu!” titah Reshi sebelum berjalan menuju mobil Aresh.

Aresh terbelalak, mulutnya menganga karena tak percaya mendengar ucapan Reshi. Kedua tangannya segera mengancingkan kancing kemejanya yang sengaja tak dikaitkan. Kemudian menyusul Reshi dan segera bersiap turun untuk bertanding drifting.

---

Aresh menatap lurus ke depan, memandang jalanan yang akan dilewatinya untuk drifting. Kedua tangannya mencengkram setir mobil dengan kuat setelah menarik persneling mobilnya. Dalam hati ia berdoa, semoga tak ada polisi yang sedang berpatroli kali ini. Drifting on the streets memanglah ajang drifting ilegal di jalan raya. Pertunjukan drifting gratis ini dimulai saat tengah malam kala jalanan sudah terlihat sepi dan lengang.

Reshi mengembuskan napas beratnya. Melipat kedua tangannya dan meletakkannya di depan dada ketika melihat seorang wanita yang berbalut pakaian dengan bahan super minim berdiri di antara mobil Aresh dan mobil lawannya. Ditatapnya wajah cantik Aresh yang sedang fokus menatap jalanan di hadapannya sembari mendengarkan aba-aba dari wanita sexy itu.

“Astaghfirullahhal'adzim!” seru Reshi kaget kala menolehkan kepalanya ke arah samping kiri, saat melihat seorang wanita menggunakan atasan kaos yang menampilkan pusarnya, serta rok mini yang super pendek.

Ia menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi penumpang sembari memejamkan matanya. Membuat Aresh menatapnya dengan mengerutkan dahi karena bingung. Deru suara mobil mulai terdengar kencang. Suara aba-aba pun terdengar dengan jelas, kala seorang wanita yang berdiri tegap di antara mobil Aresh dan mobil lawannya berteriak memberikan tanda untuk bersiap. Tangan kanannya terangkat, menunjuk salah satu temannya yang berdiri di samping mobil lawan Aresh.

“Ready!” seru salah seorang wanita yang berdiri di ujung, di sebelah kanan mobil lawan Aresh.

“Set up!” seru seorang wanita yang berdiri di samping kiri mobil Aresh, ketika wanita yang memberikan aba-aba menunjuknya dengan tangan kirinya.

Aresh segera menancapkan gas mobilnya, saat suara teriakan 'Go' terdengar. Reshi membuka matanya, menatap jalanan yang lengang. Rumah, pohon, motor dan beberapa benda yang dilewati mobil Aresh hanya berkelebat dalam hitungan detik. Menandakan seberapa cepat mobil yang dibawa oleh Aresh. Tangan kiri Reshi segera meraih pegangan tangan yang berada di atas pintu mobil, ketika mobil Aresh berbelok memutar dengan kecepatan yang hampir penuh. Decitan keras dari suara ban mobil pun terdengar memekikkan telinga.

Aresh kembali menarik perseneling mobilnya setelah berhasil menikung tajam hingga drifting terjadi. Mobilnya kembali melaju dengan kecepatan tinggi, seakan tak ingin dikejar oleh siapapun. Aresh kembali menginjak kopling, membelokkan setir, menarik handbrake saat deselerasi (daya pengurangan kecepatan) untuk menghilangkan traksi roda belakang dari jalan. Setelah merasa bagian belakang mobilnya tergeser, ia melepas handbrake, kopling, lantas menginjak, mengatur gas dan counter steer agar seimbang. Drifting pun kembali terjadi dengan sempurna.

Mobil Aresh hampir memutar 360˚, membuat Reshi mengeratkan pegangan tangannya agar tubuhnya tak membentur apa pun. Beberapa kali mobil Aresh melakukan drifting kala membelok dan menikung. Membuat kepala Reshi mulai terasa sedikit pening. Helaan napas lega berhembus dari Reshi, ketika Aresh mulai mengurangi kecepatan mobilnya. Aresh telah memenangkan pertandingan drifting-nya. Tepuk tangan bergemuruh, menyambut kedatangan mobil Aresh.

“Kita menang, Reshi! Kita menang,” seru Aresh bahagia.

Senyum Aresh langsung lenyap seketika, saat menoleh ke samping kirinya. Menatap Reshi yang hanya menatapnya dalam diam. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Memandang Reshi dengan wajah datarnya yang masih saja terkesan dingin tanpa perubahan. Aresh mengembuskan napasnya sebelum keluar dari mobil.

“Lo curang, Resh!” pekik Deka kala Aresh baru saja keluar dari mobilnya.

“Curang?!” seru Aresh terkejut.

“Lo curang, Resh! Dia bukan pacar Lo. Dia hanya teman Lo. Lo nggak punya pacar setelah putus dari Ardhana, iya kan?!” desak Deka yang membuat Aresh terperanjat.

“Apa saya harus meng-upload foto mesra saya dan Aresh di semua sosial media agar seluruh dunia tahu hubungan kami berdua? Atau saya harus berteriak sekarang, agar semua orang di sini tahu jika Aresh adalah calon istri saya?!” sahut Reshi menimpali ucapan Deka.

Semua orang tampak terkejut mendengar penuturan Reshi saat ini. Tak terkecuali Aresh. Jantungnya seakan gagal untuk bekerja dengan baik. Reshi benar-benar membuat organ pemompa darahnya bekerja abnormal. Reshi menatap tajam Deka yang sudah membuat Aresh tak berkutik sedikit pun.

“Lo dibayar berapa sama Aresh? Mana buktinya kalau Lo adalah calon suami Aresh?!” desak Deka yang membuat Aresh mematung.

“Cincin di jari manis tangan kiri Aresh. Itu cincin pertunangan kami. Kamu bisa mengeceknya, ada inisial nama saya di sana,” tutur Reshi tegas dan lugas.

Aresh membeku di tempatnya. Tangan kirinya reflek terangkat perlahan ke atas. Ia menatap cincin itu dengan lekat. Ia pun teringat kejadian di mana bundanya memakaikan cincin itu di jari manisnya. Matanya merebak, kala mengingat ucapan bundanya menjelaskan tentang inisial huruf di dalam cincin itu. Inisial orang-orang yang akan selalu ada di hati Aresh hingga nanti.

Deka mengulurkan tangannya, meminta cincin itu kepada Aresh. Aresh pun melepaskan cincinnya perlahan.

“R,” eja Deka.

“Reshwara, itu nama saya,” sahut Reshi dingin.

Aresh kembali terbelalak mendengar ucapan Reshi. Entah kebetulan atau tidak, namun huruf R yang berada di dalam cincin itu merupakan inisial orang-orang yang sangat dicintainya, orang-orang yang akan selalu ada untuknya. Itulah yang diketahuinya. R adalah inisial untuk Ayahnya, Raka, dan juga saudara kembarnya.

“Dan mana cincin, Lo?” tanya Deka dengan tatapan memicing kepada Reshi.

Reshi mengeluarkan kalung dengan berbandul tiga buah dog tag di sana. Dog Tag adalah liontin atau bandul yang biasanya dipakai sebagai kalung oleh anggota militer. Bentuknya berupa lempengan pipih, berisi tentang identitas diri dari si pemakainya. Nama lengkap, nomor registrasi personel, kesatuan, golongan darah dan agama. Di sana juga terdapat cincin yang terselip di antara tiga dog tag itu. Cincin dengan bentuk yang sama seperti cincin milik Aresh. Hanya saja ukurannya lebih lebar dari pada milik Aresh. Reshi menunjukkan cincin itu kepada Deka.

“A?” ujar Deka.

“Aresh,” sahut Reshi tegas.

“Lo pikir gue bego?! Harusnya yang ada di cincin ini huruf N, sesuai dengan nama asli Aresh, Nareshwari!” protes Deka kesal.

“Saya suka dengan nama Aresh. Aresh is one the most admirable types of people. Dan Aresh adalah gabungan nama dari nama Aresh sendiri dan juga nama saya, Reshwara,” jelas Reshi yang membuat Deka bungkam.

Aresh terperanjat mendengar penjelasan Reshi tentang nama panggilannya. Nada bicara Reshi masih saja terkesan dingin seperti biasanya. Namun, kelugasan dan ketegasan Reshi dalam berbicara telah memudarkan semua spekulasi tentang sebuah kebohongan yang sedang dibuat. Aresh yakin, semua orang yang mendengar ucapan Reshi akan langsung mempercayainya.

“Polisi!!!” teriak seseorang yang membuat sekerumunan orang yang berada di sekitar Aresh dan Reshi berlari menyebar.

“Aku yang menyetir!” ucap Reshi dengan nada memerintah.

Aresh mengangguk, dan segera berlari masuk ke pintu mobil di sisi sebelah kiri. Reshi segera menancapkan gas mobil saat Aresh baru saja duduk di kursi penumpang, di sebelahnya. Kedua matanya sangat fokus menatap jalanan yang sudah semrawut karena semua drifter dan penonton drifting berlomba-lomba untuk melarikan diri.

Aresh menatap Reshi yang sedang berusaha melajukan mobilnya agar tak terkejar oleh polisi, sembari mengenakan sabuk pengamannya. Otaknya sedang bekerja keras, menerka-nerka siapa Reshi yang sebenarnya. Ia pun teringat persyaratan dari Reshi kala dirinya meminta Reshi menjadi pasangannya.


ARESH®

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 77.2K 36
SELESAI (SUDAH TERBIT+part masih lengkap) "Nek saumpomo awakdewe mati, awakdewe bakal mati pas negakke keadilan. Mergo sejatine hukum kui kudu sing r...
ONA (COMPLETED} By audle2

Mystery / Thriller

461K 16.7K 53
❗REVISI❗ /Dia yang tampak baik tetapi licik/ >>>>>><<<<<<< Sadar dari koma setelah mengalami kecelakaan membuat gadis bernama Melia Onalen...
1.5K 767 7
[C O M P L E T E] Beberapa hari belakangan, aku selalu mimpi buruk. Berawal dari dicium, diselamatkan ibu yang mempunyai sayap dan terakhir yang baru...
KENZOLIA By Alpanjii

Mystery / Thriller

29.2K 2K 13
Iexglez diketuai oleh Kenzo, anggota inti menyamar menjadi siswa di SMA Rajawali untuk suatu misi. Ditengah misi itu ada Lilia, gadis yang Kenzo suka...