DIA (BANYAK DIHAPUS)

Par qiaqiya

3.5M 228K 3.8K

"Dia adalah sekretaris Dirjen yang aku kenal saat acara penandatanganan kesepakatan kerjasama antara perusaha... Plus

prolog
bag 1
bag 2
bag 3
bag 4
bag 5
bag 6
bag 7
bag 8
bag 9
bag 10
bag 11
bag 12
bag 13
bag 14
bag 15
bag 16
bag 18
bag 19
bag 20
bag 21
bag 22
bag 23
bag 24
bag 25
bag 26
bag 27
bag 28
bag 29
bag 30
bag 31
bag 32
bag 33
bag 34
bag 35
bag 36
bag 37
bag 38
part 39
part 40
part 41
part 42
part 43
part 44
part 45
part 46
part 47
part 48
part 49
part 50
part 51
part 52
part 53
part 54
part 55
part 56
part 57
part 58
epilog
extra part (1) - satria
extra part (2) - sasti
extra part (3) - wedding's life
extra part (4) - surprise
extra part (5) - Satria Jr
spesial part

bag 17

48.7K 3.4K 37
Par qiaqiya

Katrina mendengus kesal saat Satria melajukan mobilnya meninggalkan Villa, kenapa susah sekali mendapatkan hati Satria hampir 5 tahun ia mengejar pria itu tapi tak sedikitpun ia berhasil mendapatkan hati Satria.

Kalau bukan karena Ambar yang mendukungnya sudah pasti tak ada kesempatan bagi dirinya untuk terus berada di sekitar Satria.

Tiba-tiba sebuah ide lama kembali melintas di kepala Katrina, haruskah aku memanfaatkan masa lalu Satria yang ia simpan baik-baik untuk membuatnya bertekuk lutut kepadaku? batin Katrina.

Masa lalu Satria yang ia jaga dengan baik, ia tutup serapat mungkin. Hanya Katrina, Satria dan perempuan itu yang tau.

Tapi apa kabar perempuan itu ya? apa dia sudah kembali ke Indonesia? Ahh apa perduli ku pikir Katrina. Tapi apa Satria tidak mencarinya ya Katrina mulai berpikir lagi sambil berjalan kembali menuju Villa.

--

Sinar mentari pagi memaksa masuk dari celah horden yang tidak tertutup rapat, Sasti mengerjapkan matanya berulang kali hingga akhirnya ia bisa membuka matanya dengan lebar.

Dilihatnya Naresh yang masih tidur meringkuk di sebelahnya, Sasti pun memiringkan tubuhnya menjadi menghadap ke malaikat kecilnya itu.

Entah kenapa saat menatap Naresh bayangan perempuan itu muncul, bayangan saat perempuan itu datang dengan menggendong Naresh. Hati Sasti berdesir tatkala kata-kata perempuan itu kembali terngiang di telinganya.

"Jangan lupa siapa kamu sebenarnya dan siapa saya sebenarnya"

Tanpa Sasti sadari air mata mulai mengalir dari kedua sudut matanya, Sasti pun menarik nafas panjang lalu mengelap air mata dengan jarinya.

Kamu harus kuat Sasti, kamu tidak boleh lemah ucap Sasti dalam hati mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Ia pun mencium kening Naresh sebelum akhirnya bangkit dan berjalan keluar dari kamar.

Sasti menyibak horden pintu kaca ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan tempatnya menoton tv, membiarkan cahaya matahari masuk menerangi apartmentnya, ia juga menyibak horden jendela yang menghadap ke meja makan.

Setelah itu ia berjalan ke dapur, mengambil gelas mengisinya dengan air putih lalu meminumnya hingga abis. Sasti mulai berpikir sarapan apa yang akan ia buat, ia pun membuka kulkas dan mengecek bahan apa saja yang ada dikulkasnya itu.

Sebuah ide muncul di kepala Sasti, membuatnya bersemangat untuk berperang di dapur padahal ia membuat sarapan hanya untuk dirinya dan Naresh.

1 jam berlalu...

Ting nong!

Sasti yang sedang meletakkan piring di meja makan tampak merengut saat mendengar suara bel yang berbunyi.

Siapa pagi-pagi udah dateng batin Sasti saat melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah 9 pagi.

Ting nong!

"Miii..." Naresh keluar dari kamar sambil mengucek keduamatanya, lalu naik ke atas sofa.

"Pagi sayangnya mami" Sasti pun menghampiri Naresh lalu mencium keningnya, baru kemudian ia berjalan ke pintu, dari lubang kecil di pintu Sasti mencoba untuk melihat siapa tamu di pagi hari ini.

Satria??

Sasti membuka pintu namun hanya sedikit, kunci rantai tidak ia buka membuat pintu tidak terbuka dengan lebar, "kamu mau ngapain?" tanya Sasti kepada Satria yang tengah menatapnya.

"Hmm.. mau ajak kamu sama Naresh jalan-jalan" jawab Satria.

"Aku udah ada acara" balas Sasti.

"Ohh.. yaudah aku anter" balas Satria.

"Engga perlu, udah ada yang anterin kok" balas Sasti lagi.

"Eng... suami kamu?" tanya Satria.

"Bukan urusan kamu" jawab Sasti yang hendak menutup pintu, entah kenapa melihat Satria pagi ini membuat emosinya naik membuatnya enggan melihat bahkan berbicara dengan Satria.

"Sas.. tunggu" ucap Satria seraya menyelipkan kakinya ke celah pintu membuat Sasti tak bisa menutup pintunya.

"Kenapa lagi Sat?" tanya Sasti dengan malas.

"Kamu marah sama aku?"

"Udahlah mending kamu pulang aja, masih banyak yang harus aku lakuin di dalam"

"Sas kita omongin dulu jangan kayak gini"

"Apa yang mau diomongin sih Sat?" tanya Sasti dengan kening berkerut.

"Soal kita" jawab Satria mantap tanpa keraguan sedikitpun, membuat Sasti terhenyak di pintu.

"Om Satlia...." kemunculan Naresh di belakang kaki Sasti mencairkan suasana yang mulai terasa tegang itu.

"Hai ganteng" Satria melambaikan tangannya ke arah Naresh.

"Mami, om Satlia mau belenang sama kita ya mi? Kemalin mami bilang kita mau belenang kan?" tanya Naresh sambil menarik-narik daster yang Sasti kenakan.

"Eh.. engga sayang...." Sasti terbata-bata menjawab pertanyaan Naresh, namun Satria langsung menyambung dengan cepat, "engga salah lagi Ayesh, om dateng kesini karena mau ngajak Ayesh sama mami berenang"

Sasti melotot mendengar ucapan Satria, "maksud kamu apaan sih?" ucap Sasti pelan tapi penuh penekanan.

"Ayolah Sas, buka pintunya" balas Satria dengan wajah penuh kemenangan.

"Mami buka pintunya mi" sekarang Naresh yang meminta Sasti untuk membuka pintu.

Sasti menghela nafas pelan, dengan malas ia pun membuka pintu membiarkan Satria masuk.

"Ayo kita berenang" Satria langsung menggendong Naresh dan mengayunkannya diudara, seolah Naresh sedang terbang.

"Waaaa... hahahaha" Naresh pun tertawa geli saat tubuhnya melayang di udara.

Satria membawa Naresh memutari sofa dan juga meja makan, membuat tawa Naresh terdengar memenuhi ruangan.

Sasti menyenderkan tubuhnya di dinding, perasaan aneh menyelip di hatinya saat melihat Satria dan Naresh yang sedang bersama

"Lagi om lagi" pinta Naresh saat Satria meletakkannya di sofa.

"Sayang.. udah kasian omnya capek" ucap Sasti yang kemudian menggendong Naresh dan mendudukkannya di kursi makan.

"Kamu engga masak lebih?" tanya Satria seraya menarik kursi kemudian duduk di depan Sasti.

"Engga..." jawab Sasti singkat.

"Aku makan apa dong? Aku belum sarapan tau" balas Satria yang bertingkah seperti anak-anak.

Sasti mendengus, kemudian bangkit dari kursinya dan jalan menuju dapur, membuka kulkas lalu mengambil 2 butir telur.

"Kamu bikin omelet?" tanya Satria yang sudah berdiri di dekat Sasti.

"Pasti omelet, biar sama kayak kamu sama Naresh" Satria menjawab pertanyaannya sendiri karena Sasti diam saja.

Tak sampai 10 menit omelet untuk Satria telah jadi, Sasti meletakkannya di piring lalu menambahkan sisa bayam krim yang ada di panci dan brokoli kukus serta jagung rebus yang sudah dipreteli ke piring tersebut.

"Habiskan" ucap Sasti sambil menyerahkan piring tersebut ke Satria.

"Siap bos" ucap Satria yang menerima piring tersebut lalu berjalan ke meja makan.

Sasti pun kembali duduk di kursinya lalu melanjutkan sarapannya yang terhenti, sedangkan Satria ia menikmati Sarapan terbaiknya dengan senyum yang terus merekah di wajahnya.

--

Satria duduk di sofa sambil menonton televisi, Naresh yang duduk di karpet sedang asik main robot-robotan, sedangkan Sasti masih di dalam kamar karena sedang menyiapkan pakaian ganti untuk berenang.

Tak lama Sasti keluar sambil membawa tas jinjing berukuran sedang dan juga ban renang bergambar mickey mouse milik Naresh. Satria pun mematikan televisi, lalu berdiri dan mengambil alih barang-barang yang Sasti pegang.

"Engga ada yang ketinggalan kan?" tanya Satria.

"Sebentar aku ambil termos sama susu Ayesh dulu" ucap Sasti yang kemudian mengambil termos kecil dan botol susu Naresh yang sudah berisi susu formula lalu memasukkannya ke tas kecil.

"Sini biar aku yang pegang" ucap Satria.

Sasti pun menyerahkan tas tersebut ke tangan Satria tanpa sepatah kata.

"Ayok mi" Naresh menarik tangan Sasti, mereka bertiga pun keluar dari Apartment seperti keluarga kecil.

"Kita mau berenang dimana?" tanya Satria saat mereka sedang menunggu lift.

"Di bawah" jawab Sasti.

"Hah? Seriusan kamu dibawah?" tanya Satria tak percaya.

Masa berenang dibawah aja semuanya dibawa kayak gini sih batin Satria.

"Ya enggalah Sat, kita ke PIK aja" ucap Sasti kemudian.

"Ohh.. " Satria ber Ohh ria.

"Terus yang anterin kamu gimana?" Tanya Satria lagi.

Namun tak ada jawaban dari Sasti, dan suasana pun berubah menjadi hening.

--

Diobok-obok airnya diobok-obok banyak ikannya kecil-kecil pada mabok.....

Sasti menyerngitkan keningnya menatap Satria tak percaya saat lelaki itu memasang lagu anak-anak yang hits di tahun '90an.

Satria yang menyadari perubahan ekspresi wajah Sasti pun angkat bicara, "kan ada Naresh, masa aku puterin lagu cinta-cintaan galau-galauan, engga pantes didengar anak-anak"

"Dan kamu emang nyimpen lagu ginian?" tanya Sasti.

"Iya.. kan aku punya ponakan kecil-kecil lumayan banyak, udah liat kan kemarin di Villa" jawab Satria.

Sasti hanya mengangguk kecil lalu mengalihkan pandangannya kembali keluar jendela.

Suara dering handphone milik Satria berbunyi nyaring, Satria menatap cukup lama layar handphonenya tersebut, lalu ia memilih untuk tidak mengangkatnya hingga akhirnya panggilan tersebut berhenti. Namun tidak sampai 5 detik handphone Satria kembali berbunyi membuat Sasti menatapnya tajam.

"Kenapa engga diangkat sih Sat?"

"Private Number Sas.. aku paling males sama yang kayak gitu"

Dan sudah 3 kali panggilan tersebut berulang, "penting kali itu nelponin terus, angkat aja" ucap Sasti.

Satria terlihat akan menolak namun melihat lirikan mata Sasti membuatnya menuruti ucapan Sasti, akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut.

"Ya halo"

"................."

Ekspresi wajah Satria berubah seketika, wajahnya yang semula santai berubah menjadi tegang bahkan pedal gas yang semula ia injak cukup dalam menjadi terlepas membuat laju mobil yang ia kendarai berkurang drastis bahkan nyaris berhenti.

Mobil di belakang Satria pun memencet klakson berulang karena melambatnya laju mobil Satria yang secara tiba-tiba itu mengagetkannya, untung saja jalan tol pagi itu tidak ramai sehingga kemungkinan terjadinya tabrakan beruntun sangat kecil.


--

20/07/2016

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

61.5K 5.3K 30
Dengan berbekal surat wasiat mendiang sang Ibu dan selembar foto yang sudah usang, Iris terbang ke Jakarta mencari Mathar, kakak kandungnya dari hasi...
11K 667 18
Yeri tidak yakin dapat melanjutkan pekerjaannya lagi setelah dia tahu, teman tidurnya tadi malam, yang begitu beringas dan begitu bernapsu adalah bos...
1.7M 47.1K 31
"Aku pengennya perjalanan cintaku itu kayak rel kereta api, meskipun banyak belokan, tapi nggak pernah putus sampai tujuan.." Itu katanya Andara Rian...
112K 7.1K 30
[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidup...