Broken Vow (SERIES 2)

By secretblackbook

1.4M 98.9K 6.5K

KINARA HADIKUSUMA. "Apa kabar?" "Bagaimana hidupmu tanpa aku?" "Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memik... More

Catatan Kaki Oi Sandra
How to Read BV
1. A Letter to Raka
2. Throw·back 1
3. A cup of coffee
4. Throw•back 2
5. Kinara's Plan
6. Throw•back 3
7. Moved
8. Throw•back 4
9. Definition of Love (21+)
10. Throw•back 5
11. The intersection
12. Throw•back 6
13. Run Away
14. Throw•back 7
15. Heaven
INFO
16. Throw•back 8
17. Mine
18. Truth and Tears
19. Throw•back 9
20. Scared : Part 1
21. Scared : part 2
22. Jared's Blessing
23. Let Him In
24. Rice, Prawn Crackers & Soy Sauce
25. Who is she?
26. Throw•back 10
27. Chaos : Part 1
28. Throwback 11
29. Chaos : Part 2
30. Throw•back : Special Edition
31. A Little Punch
33. Do-Fun
34. Cured
35. Baking Soda
36. B.y.e
37. A Red Box
38. It is Real
39. A Letter to The father of my children
Extra : Episode 1
Extra : Episode 2
Extra : Episode 3
A Letter for Onti
Dear Onti

32. A Little Hug

25.7K 2.4K 249
By secretblackbook

Tolong baca author note paling bawah ya gurls

Indonesia 2015
Raka

Setelah Jared meninggalkan jejak perih dipipiku, ia membawa Janet ke kamar mereka. Aku hanya bisa mematung di pintu kamar mereka saat melihat Jared dan Janet bersembunyi dibalik selimut. Suara Janet terdengar terisak di baliknya dan beberapa kali terdengar Jared menenangkanya.

Malam itu Kinara pulang hampir tengah malam diantarkan supir kantornya, lebih tepatnya ia terpaksa pulang cepat setelah aku meneleponnya. Ia hanya menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan saat aku menceritakan kejadiannya, Kinara tak langsung merespon, ia meninggalkanku ke kamar Double J.

Tak berapa lama, Kinara sudah duduk disampingku. "Anak-anak udah tidur, biarin aku yang coba jelasin sama mereka. Mending kamu pulang sekarang, mereka butuh waktu... Aku minta tolong banget sama kamu... Kasih mereka waktu... Mungkin sehari atau dua hari mereka bakalan lupa. Janji, aku bakalan hubungin kamu kalo mereka udah lupain kejadian tadi."

Pulang ke villa sama sekali tidak bisa memejamkan mata, hanya menatap kosong ke langit-langit kamar sampai kesadaran hilang dengan sendirinya. Butuh waktu beberapa saat untuk bangun, rupanya aku lupa untuk berganti baju. Setelah melepaskan kemeja hendak akan mandi, aku tertegun melihat nama Janet dan Janet di lenganku dengan crayon warna-warni. Tak jadi mandi, bergegas aku mengenakan kembali bajuku dan menjalankan mobilku.

Kerinduanku pada mereka hanya bisa aku salurkan dengan mengelus tinta di atas permukaan kulitku, tinta itu berwarna-warni seperti warna crayon yang Jared dan Janet tulis. Pagi hari setelah kejadian itu, tatto Artist sedikit mengerjapkan matanya tidak percaya, ketika aku mengungkapkan keinginanku membuat tulisan nama Jared dan Janet si lenganku menjadi sesuatu yang permanen. Saat jarum tato mencium kulitku tak ada yang kurasakan, rasanya tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit dari tatapan Janet dan Jared.

Ini hari ketiga setelah malam dimana Janet menganggapku seorang pembohong. Sudah hampir ribuan kali aku memaki tindakan gegabahku mengaku pada mereka, tapi toh tidak akan merubah apapun.

Aku sudah mengirimi pesan bertanya pada Kinara bagaimana keadaan mereka, tapi Kinara hanya berkata bahwa aku harus lebih bersabar.

Mencoba untuk meredam keinginanku menghubungi atau mendatangi rumah mereka, jadi aku kembali ke Jakarta memenuhi panggilan investigasi tim dewan Rumah Sakit.

Lamunanku terhenti saat mendengar dering telepon di ruang televisi, dengan malas aku mengangkatnya. Dari sapaanya aku tahu itu Mita, Resepsionis tower apartement ini. Aku hanya menjawab sapaanya dengan gumaman.

"Halo Pak Raka, ada tamu buat bapak di lobi."

Biasanya jika orang dekat seperti Rezky, Bunda, Levina, dan Emma, mereka akan langsung datang ke atas karena mereka sudah tahu passcode lift dan apartemenku. Aku mengingat-ngingat apakah aku mempunyai janji pagi ini... Tapi sepertinya tidak ada.

Ini aneh.

"Siapa, Mit?"

Ada jeda beberapa detik sepertinya Mita sedang menanyakan nama tamu tersebut.

"Namanya Kinara, Pak. Mau di temui di lobby atau-"

Kinara datang kesini?

Ada apa?
Apa ada yang salah dengan anak-anak?
Apakah anak-anak terlalu marah hingga mereka akan pergi dariku lagi?

Oh shit... Aku bahkan belum mandi masih mengenakan baju tidur.

"Kasih akses ke lantai saya," potongku.

Setelah cuci muka asal, aku langkahkan kakiku di lorong lantai apartemen menuju pintu lift sambil mengenakan kaosku. Jantungku berpacu sangat kencang, tak sabar bertemu Kinara untuk menanyakan perkembangan anak-anak. Aku tertegun saat lift berdenting dan terlihat sosok Kinara sedang tersenyum.

"Hai...," sapaku ragu takut Kinara masih marah atas tindakan gegabahku malam itu.

Yang aku heran, Kinara malah diam di lift sambil menekan tombol agar pintu terbuka, bukanya langsung keluar darisana, ia menoleh ke belakang, "Come on, step out."

Aku menolehkan kepalaku ke belakang Kinara.

Kinara datang tak sendiri.

Senyum terpatri jelas diwajahku begitu melihat dua malaikat kecilku sedang bersembunyi di balik punggung Kinara.

Dengan malu-malu mereka melangkah keluar dari lift, aku tahu mereka masih marah padaku karna mereka berdua hanya berdiri beberapa meter dihadapanku. Aku tersenyum kecut, bahkan pertemuan pertamapun tidak secanggung ini.

"Ayo salim...," ujar Kinara sedikit mendorong punggung mereka kearahku.

Ada rasa hangat menjalar dari punggung tanganku ke dadaku begitu mereka bergantian mengecupnya disana. Walaupun mereka sudah mau menyentuhku tapi masih ada rasa cangung. Aku begitu merindukan tatapan sinis dari Jared dan senyuman hangat dari Janet.

"Yuk, kita masuk dalam...." Aku membukakan pintu dan mereka seketika menyerbu ke dalam, menyisakan aku dan Kinara. "Kamu kok gak bilang mau kesini? Naik? Tahu alamat aku darimana?"

Kinara tersenyum mendengar lontara pertanyaan dariku. "Satu-satu Raka... Kita pengen ngasih kejutan jadi aku putusin nanya alamat kamu ke Levina dan bawa anak-anak kesini pake mobil."

"Nyetir sendiri?" Tanyaku cepat saat kita berdua sudah ada di sofa. Kinara mengangguk kecil sambil memperhatikan anak-anak yang sekarang sedang sibuk melihat kearah jendela besar diujung ruang santai.

"Ya Tuhan, Kin... Kenapa kamu gak bilang, kalo kamu memang mau ke Jakarta, tinggal bilang aja aku pasti jemput kamu ke Bandung."

Kinara memutar bola matanya, "Ya itu sih namanya bukan kejutan lagi."

Janet berlari langsung berhambur memeluk Kinara.

"Buna, ini kayak rumah kita di LA. Tapi ini lebih gede ya?" Tanya Janet. Sementara Jared masih asik bermain gorden

Aku berajak dari dudukku menuju dapur lalu menoleh kearah Kinara dan Janet.

"Kalian mau minum apa? Jus jeruk?" Tanyaku dijawab dengan anggukan.

Aku sangat senang dengan pemandangan yang aku lihat, Kinara duduk santai ditemani dua malaikat kecilku disisi kanan dan kirinya.

Setelah menyajikan jus jeruk di coffee table, aku duduk di armchair sebelah Kinara.

Kinara berdehem sebelum berkata, "Anak-anaknya Bunda.... Katanya mau ada yang mau ngomong sesuatu..."

Aku memandang penuh pertanyaan pada Kinara tapi tak dijawab, ia malah mengalihkan matanya pada Jared dan Janet seakan berkata, 'tanyakan saja kepada mereka'.

"Kemarin Bunda cerita... Uncle itu beneran ayah kita?" Tanya Jared tanpa basa-basi.

Sekilas aku memandang Kinara meminta persetujuan, ia kemudian mengangguk mempersilahkan aku menjawab pertanyaan Jared.

Jared masih menatapku tajam, aku meneguk ludahku, sambil mengangguk. "Iya, Uncle beneran ayah Jared juga Janet..."

Jantungku berdebar menunggu reaksi apa yang akan diberikan oleh mereka. Entahlah apa yang akan terjadi jika Double J tidak menerimaku sebagai ayah mereka. Aku melihat Janet dan Jared saling pandang, keheningan menyelimuti ruangan ini seberapa saat.

"Gak ada yang mau ngomong lagi setelah kemarin marah-marah dan mukul Uncle?" Tanya Kinara melihat kedua anaknya terdiam.

Kinara menegur Jared yang masih dengan aksi diamnya, tidak mau membuka suara untuk meminta maaf sudah memukulku. "Enggaj Bun. Red gak akan minta maaf sama Uncle, Uncle sendiri kok yang nyuruh mukul setiap orang yang bikin Anet nangis. Ya kan, Uncle?"

Kinara menatapku tidak percaya telah mendoktrin anak lelakinya kekerasan, aku hanya meringis. Dari tatapan Kinara ia seakan mengatakan 'kita belum selesai dengan urusan ini.'

Aku mengangguk pada Jared, "Uncle yang salah kok, gak ada yang perlu dimaafin."

Mataku jatuh pada Janet yang sedang gelisah ditempat duduknya, beberapa kali ia berbisik pada Kinara agar Kinara yang menyampaikannya kepadaku, tapi Kinara menolaknya. "Bunda gak mau ah... Yang mau ngomong kan Anet bukan bunda."

"Anet mau ngomong apa sama Uncle?" Tanyaku tak bisa lagi menyimpan rasa penasaranku.

Janet akhirnya mendongak dan menatap mataku dalam, "Unc- ah, Uncle..."

Telapak tanganku terasa basah, gugup menunggu setiap kata yang akan diucapkan Janet. Dengan malu-malu Janet menunduk tak mau menatapku.

"Anet minta maaf ya udah bilang Uncle jahat...," ucapnya lebih seperti bisikan halus. "Bunda udah cerita semuanya."

Bibirku tiba-tiba saja mengering, percampuran senang dan haru. Setidaknya mereka tidak menolak kehadiranku, itu saja lebih dari cukup. Belum sempat aku menjawab kata-kata Janet, ia menatapku. "Uncle mau kan maafin Anet?"

"Uncle udah maafin Anet kok. Malah Uncle yang mau minta maaf... Maaf selama ini gak ada disamping Anet, Kak Red dan Bunda..." Aku meneguk ludahku sambil mengusap kasar wajahku. Buru-buru aku menghapus kasar airmata yang mengalir melewati pipiku tanpa bisa aku cegah, "Uncle bener-bener minta maaf... Sudah melewatkan semuanya."

Aku bisa melihat airmata dipelupuk mata Kinara, Ia mengusap kemudian mengecup puncak kepala Janet dan Jared.

"Kalian mau kan maafin Uncle?"

Janet dan Jared menatap Kinara yang sudah sama-sama meneteskan airmata. Kinara sudah menghapus airmatanya cepat dan mengangguk sambil tersenyum pada Double J.

Lagi-lagi airmataku mengintip dari pelupuk mataku, begitu bahagia saat melihat mereka berdua mengangguk bersamaan. Semuanya terasa lebih ringan dalam satu hembusan kasar, aku merasakan lega yang luar biasa bercampur rasa bahagia.

Aku tak ingin menuntut apa-apa. Untuk saat ini mereka membiarkan aku mendekat saja sudah lebih dari cukup.

"Jadi sekarang kita panggil Uncle, ayah dong?" Tanya Jared.

Aku menggeleng cepat. "Itu kalo kalian mau, tapi kalo kalian udah nyaman panggil uncle juga gak apa-apa."

Tiga hari ini cukup menyiksaku, aku tak ingin memaksa mereka untuk memanggilku 'ayah', meskipun aku sangat ingin mereka memanggilku seperti itu. Hubungan kami yang sedang membaik saat ini tak ingin aku rusak dengan keegoisanku.

"A-Ayah," desis Jared beberapa kali dengan berbagai nada seperti sedang mencoba nada yang tepat.

Ada getaran didalam dadaku dalam setiap Jared menyebutkan kata ayah, Jantungku seperti akan meledak karna perasaan gembira yang terlalu menggejolak.

"It's kind weird to call you like that...," desahnya.

Aku tersenyum mendengar Jared yang mencoba memanggilku ayah, "Jangan dipaksain. Panggil apapun yang kamu mau."

Jared hanya mendelikan bahu lalu meraih gelas berisi jus jeruk dari meja. Mataku jatuh pada Janet yang sedari tadi terdiam, rasa cemas kembali menyerangku. Saat pertama kali bertemu dengn mereka, Janet paling mudah menerima kehadiranku, berbeda dengan Jared yang jelas-jelas memperlihatkan ketidaksukaanya. Sikap diamnya sekarang membuat diriku benar-benar tersiksa.

Ada rasa takut menjalar di dalam tubuhku, rasa takut Janet akan menjauh dariku lebih besar dibandingkan rasa takut saat tujuh tahun lalu ditinggalkan oleh Kinara.

"Uncle apa Anet boleh minta sesuatu?"

Kepalaku mengangguk cepat, apapun yang Janet minta akan aku berikan. Apapun. Kecuali keluar dari kehidupan mereka, untuk yang satu itu aku tak akan pernah sanggup.

"Sure. Apapun, kamu mau apa? Anet boleh minta apa aja dari Uncle."

Janet tampak mali-malu mengutarakannya, beberapa kali ia menatap Kinara seakan meminta izin lalu beralih menatapku lagi.

"Anet selalu penasaran gimana rasanya dipeluk sama ayah..," ucap Janet menatapku dalam. Tatapan itu penuh dengan luka dan kesedihan membuat bibirku bergetar.

"Can i hug you, A-Ayah?" Lanjut Janet dengan mata yang berkaca-kaca.

Tiba-tiba saja mataku memanas, aku berusaha untuk tidak menjadi melankolis di hadapan mereka. Aku mengangguk dan beranjak dari dudukku menghampiri Janet, berlutut hingga membuat tinggi kami sama. Tanganku meraih bahunya yang kecil, menatanya dengan seluruh perasaanku.

"You can hug me everytime everywhere you want."

Satu rengkuhan tubuh kecil di dekapanku seakan sihir yang mampu menghangatkan hatiku. Semuanya terasa lebih lengkap, tiba-tiba saja aku merasa sempurna.

"Hangat. Ternyata pelukan ayah itu hangat," ujar Janet ikut meneteskan airmatanya di leherku. Berkali-kali aku mencium pelipis Janet.

Aku membuka tanganku isyarat agar Jared mendekat. Sekilas aku bisa melihat Jared tersenyum kecil tapi hilang dalam sekejab lalu bergabung dalam pelukanku.

END.














































Hahaha gak deng becanda, tenang belum end. Masih ada satu hal yang masih belum terselesaikan. Qta ngebut yak! Udah gak sabar gitu pengen namatin cerita ini.

Kalian yang kenceng komennya ya, semacam bensin biar saya bisa update 2 hari sekali atau bisa juga seriap hari kalo komennya kenceng SKWK

Jadi ceritanya BV itu tinggal 7 part lagi 1 epilog. So, setelah epilog BV akan ada 3 part EXTRA PART. 3 LOH INI BANYAK BENER KAN? Tapi untuk 3 extra part BV HANYA AKAN SAYA BAGIKAN GRATIS LEWAT EMAIL.

So kasih saya alamat email kalian di DM IG YAK. Jangan nulis di kolom komen, karna kolom komen watty gabisa di coppy:(

"Kenapa harus lewat email sih oyi?"

Selain gara2 ada mirror web, faktor utamanya saya pengen lebih deket aja sama readers saya huehehe, saya tunggu dm kalian sampe tanggal 16 november.

"Gak takut diplagiat extra partnya kalo dibagijn lewat email?"

Semua berlandaskan kepercayaan. Saya udah percaya kalian loh, masa sih kalian tega buat kecewain saya #baper. Ya amplop, saya yakin sih readers saya gak akan ada yang jahat seperti itu:") kalo pun ada saya bakalan sumpahin bisulan segede telor unta!

Ciao!😘

Tante tuh daper kiss dari Jared:)

Continue Reading

You'll Also Like

243K 31.2K 18
Sebuah keluarga kaya pembuat sake memiliki desas-desus yang membuat setiap orang bergidik mendengarnya. Ogawa Seiji, putra tunggal keluarga Ogawa yan...
284K 26.2K 48
Nad mencintai Agga setulus saat ia menerima hanya makan mie hampir kadaluarsa di rumah Agga. Kisah ini bermula saat Nad menerima Agga sebagai pacarn...
1.9M 96.8K 34
Carly Hope Winters adalah gadis yang berambisius untuk menjadi seorang pengacara. Kesalahan kakaknya yang mati bunuh diri karena cinta membuatnya yak...
1.1M 88.2K 54
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...