DIA (BANYAK DIHAPUS)

By qiaqiya

3.5M 228K 3.8K

"Dia adalah sekretaris Dirjen yang aku kenal saat acara penandatanganan kesepakatan kerjasama antara perusaha... More

prolog
bag 1
bag 2
bag 3
bag 4
bag 5
bag 7
bag 8
bag 9
bag 10
bag 11
bag 12
bag 13
bag 14
bag 15
bag 16
bag 17
bag 18
bag 19
bag 20
bag 21
bag 22
bag 23
bag 24
bag 25
bag 26
bag 27
bag 28
bag 29
bag 30
bag 31
bag 32
bag 33
bag 34
bag 35
bag 36
bag 37
bag 38
part 39
part 40
part 41
part 42
part 43
part 44
part 45
part 46
part 47
part 48
part 49
part 50
part 51
part 52
part 53
part 54
part 55
part 56
part 57
part 58
epilog
extra part (1) - satria
extra part (2) - sasti
extra part (3) - wedding's life
extra part (4) - surprise
extra part (5) - Satria Jr
spesial part

bag 6

68.9K 5K 30
By qiaqiya

Sasti berjalan dengan cepat mengikuti Satria yang sudah terlebih dahulu berjalan ke tempat Pak Dirjen, orang-orang dari pengembang dan juga Direktur serta staff dari Unit di Kantornya berdiri mengamati situasi di lokasi proyek. Disaat langkahnya semakin dekat ke tempat tersebut Sasti teringat dengan kakinya yang mengenakan sendal jepit, tidak mungkin bergabung dengan mereka semua sambil memakai sendal kayak gini batin Sasti dengan kepala sedikit menunduk melihat kakinya.

Sasti bergantian menatap heels yang ia jinjing dengan kakinya yang beralaskan sendal jepit, ganti aja kali yaa pikirnya. Dengan bimbang Sasti pun menukar alas kakinya kembali dengan heels sedangkan sendal jepit milik Satria ia masukkan ke dalam tasnya, lalu berjalan perlahan mendekat ke samping Pak Dirjen.

"Ehh.. kok kau lama? Ngapain dulu sama Satria?" tanya Pak Dirjen saat menyadari kedatangan sekretarisnya itu.

"Hah..engga ngapa-ngapain kok pak" Sasti yang ditanya seperti itu sedikit kaget.

"Kirain ngapa-ngapain dulu kalian" ucap Pak Dirjen dengan tatapan menggoda Sasti lalu melirik ke arah Satria.

"Tadinya mau ngapa-ngapain dulu pak, tapi Sastinya engga mau" celetuk Satria.

Sasti yang mendengar ucapan Satria menoleh kaget dengan kedua mata melotot ke arah Satria. Sedangkan Satria hanya tersenyum sekilas lalu memasang muka datar kepada Sasti.

Pak Dirjen tertawa lalu perhatiannya kembali ke proyek, ia memutuskan untuk berjalan berkeliling melihat situasi di proyek tersebut. Pak Dirjen, Direktur dan Satria berjalan lebih dahulu di depan, sedangkan Sasti, staff dari Unit dan beberapa orang dari pihak pengembang mengikuti dari belakang.

Sasti terus tersenyum meski dalam hatinya mengeluh tiada henti karena heels yang ia gunakan membuatnya susah berjalan dengan cepat mengikuti tiga orang penting yang telah berjalan lebih dahulu di depan.

Pak Dirjen dan Direktur tampak serius mendengarkan penjelasan yang diutarakan oleh Satria, sedangkan salah satu staff dari unit mencatat penjelasan tersebut, sedangkan satu staff yang lain sibuk mengambil gambar menggunakan kamera.

"Hei kau, coba foto kita dulu" ucap Pak Dirjen kepada staff yang bernama Asep.

"Siap pak" balas Asep dengan sigap ia langsung mengambil posisi siap mengambil gambar.

Pak Dirjen, Direktur, dan Satria pun berdiri berdampingan.

"Pak Udin sini kau ikut juga" seru Pak Dirjen sambil melambaikan tangan memanggil Pak Udin.

Pak Udin pun langsung merapatkan diri, berdiri di samping Pak Dirjen.

"Sasti..kau ikut juga, berdiri sana sebelah Satria" seru Pak Dirjen lagi.

Sasti mengangguk lalu berjalab ke arah Satria, 2 langkah lagi namun entah kenapa Sasti seperti kehilangan keseimbangan.

Hup!

Jantung Sasti berdebar kencang, namun hal yang ia tunggu tak terjadi. Ia tidak jatuh ke jalan rusak berbatu tersebut.

Satria menahannya, tangan kekar milik lelaki tampan itu telah melingkar dipinggang Sasti membuat jantungnya berdebar semakin kencang.

Sasti langsung membetulkan posisi berdirinya, "Makasih.." ucapnya pelan kepada Satria yang telah menarik tangannya dari pinggang Sasti.

Satria tampak tak acuh, lelaki itu kembali menatap ke depan. Sasti pun ikut menatap kamera yang telah dibidikkan ke arah mereka semua.

"1..2..3... ckrek!"

"Sekali lagi" ucap Pak Dirjen yang memang senang di foto.

"1..2...3...ckrek!"

"Coba saya lihat hasilnya" ucap Pak Dirjen membuat Asep langsung berlari ke arahnya.

"Ini pak" Asep menunjukkan foto yang ia ambil kepada Pak Dirjen.

Pak Dirjen pun tersenyum lalu mengangguk puas,"oke... kita kembali saja ke depan" ucap Pak Dirjen disusul anggukan oleh yang lain.

Jalan yang dipilih Pak Dirjen untuk kembali ke depan kantor proyek ternyata sedikit memutar, jalan agak menurun dengan tingkat kerusakan lebih parah membuat Sasti menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Satria, Pak Nurwan (Direktur Unit), Pak Udin juga Asep berjalan mendampingi Pak Dirjen. Namun sebuah panggilan ke handphone Satria membuat lelaki itu tertinggal dari rombongan.

Sasti yang berjalan dengan susah payah pun telah melewati Satria yang tampak serius berbicara dengan penelpon, sekilas Sasti dapat mendengar suara Satria.

"Kalau tidak penting jangan hubungi saya" hanya itu yang dapat Sasti dengar dari Satria.

Sasti yang melangkah pelan-pelan dikagetkan oleh sebuah tarikan yang menahan lengannya, dengan cepat ia menoleh dan mendapatkan Satria yang sedang menatapnya.

"Pegangan sama saya biar engga jatuh" ucap Satria dengan wajah datarnya.

"Engga perlu pak, saya bisa sendiri kok" tolak Sasti halus.

"Yaudah..." Satria pun melepas lengan Sasti lalu berjalan meninggalkannya.

--

Sebelum masuk ke dalam mobil Pak Dirjen menyempatkan diri untuk masuk ke dalam kantor proyek dan bertegur sapa dengan beberapa pegawai yang ada di dalam sana.

"Tolong ambilkan Pak Dirjen dan Pak Nurwan minum" perintah Satria kepada salah satu pegawainya.

"Minumnya apa ya pak?" tanya pegawai tersebut.

Sasti yang baru saja bergabung dan mendengar pertanyaan tersebut langsung menjawab, "ada white coffee? buatin itu aja pakai es, kalau engga ada air putih dingin aja"

Pegawai tersebut mengangguk lalu pergi menuju pantri. Tak lama ia kembali sambil membawa 2 gelas berisi air putih dingin, Sasti yang melihatnya pun tak kuasa menahan senyum.

Saat pegawai tersebut hendak melewatinya Sasti pun menghadang, Sasti mengaduk isi tasnya mencari sesuatu, "Nah...ini" ucap Sasti sambil menyerahkan 2 bungkus white coffee.

"Buatin untuk bapak, airnya jangan kebanyakan ya" pesan Sasti. Pegawai tersebut menerima 2 bungkus white coffee yang Sasti berikan lalu kembali ke pantri.

"Kamu kemana-mana selalu bawa gituan?" tanya Satria yang ternyata melihat saat Sasti menyerahkan white coffee kepada pegawainya.

"Kalau pergi sama bapak aja, kalau engga ya saya engga bawa" jawab Sasti disusul anggukan kepala oleh Satria, "Ooh..." hanya itu yang bisa terucap dari bibir Satria.

--

"Kamu duduk di depan sini" ucap Satria saat melihat Sasti yang hendak membuka pintu belakang.

"Emang saya supir, kamu duduk di belakang" tambah Satria sebelum membuka pintu depan lalu duduk dibalik kemudi.

Sasti pun jalan memutari mobil, lalu membuka pintu depan dan duduk dengan manis disamping Satria.

"Ohh iyaa ini sendal bapak" Sasti mengeluarkan sendal jepit abu-abu lalu mengarahkannya ke arah Satria.

Namun Satria diam saja tak mengambil sendal tersebut dari tangan Sasti.

"Taro dibawah situ" ucap Satria sambil menstater mobilnya.

"Makasih" ucap Sasti pelan.

Satria melirik sekilas lalu menjalankan mobil keluar dari kawasan proyek. Sastipun diam tak lagi berbicara, ia menatap lurus ke depan.

Terdengar bunyi gemuruh dari langit, yang semula langit terang berwarna biru berubah menjadi gelap karena tertutup awan mendung.

Perlahan langit mulai menghujani bumi, setetes demi setetes air mulai menimpa apa saja yang ada dibawah langit.

Tak perlu waktu yang lama hingga akhirnya hujan yang amat deras turun, membuat Satria memelankan laju mobil yang ia kendarai.

Duaarrr...

Bunyi petir yang besar membuat Sasti tersentak. Kilat terus menerus terlihat di langit, seolah sedang ada pertunjukkan dengan lampu flash diatas sana.

"Pak.. apa engga lebih baik berhenti dulu? Ini engga keliatan apa-apaan di depan" suara Sasti terdengar mulai khawatir.

"Keliatan kok" balas Satria santai sambil terus menyetir.

Sasti mendelik kesal, "Apanya yang keliatan sih pak?"

"Ya menurut kamu apa yang keliatan?" Satria malah bertanya balik dengan pertanyaan yang membuat Sasti semakin kesal.

Sabar Sasti sabar.... lebih baik diam daripada dilanjutkan batin Sasti.

Saat melewati pertigaan jalan tanpa mereka sadari sebuah mobil berjalan dengan kecepatan cukup tinggi, lalu....

Braaakkkk!!

Mobil yang mereka naiki terhempas ke arah kanan karena ditabrak dari sisi kiri.
Sasti merasakan dirinya terhempas kencang ke arah Satria, untuk saja ia menggunakan sabuk pengaman. Namun tetap saja ia merasakan sakit pada badannya, terlebih lagi pecahan jendela yang menghujaninya. Sedangkan Satria kepalanya terbentur ke jendela cukup keras namun tak cukup kuat untuk membuatnya pingsan.

"Sas kamu engga apa-apa?" tanya Satria khawatir, apalagi saat melihat kening sebelah kiri Sasti berdarah. Bukan hanya kening tapi tangan kirinya juga ada beberapa luka kecil.

"Hhh...." Sasti yang masih shock tak menjawab pertanyaan Satria. Ia meringis pelan sambil memegang kepalanya yang terasa pusing dan perlahan kesadarannya pun menghilang.

Untung saja pintu tidak penyok terlalu dalam sehingga tidak menjepit kaki Sasti.

Duaaaarrr!

Petir kembali menggelegar di langit, dan hujan turun semakin deras

--

2/07/2016

ZMSKIA




Continue Reading

You'll Also Like

88.9K 6.3K 27
(Belum sempat direvisi, masih acak-acakan. Gomen). Haruno Sakura harus menerima kenyataan bahwa dia adalah takdir dari seorang manusia setengah vampi...
5M 272K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.9M 136K 46
Kisah cinta tentang mereka.. Tentang anak manusia yang suka membuat hidup lebih berwarna. Ada yang mau menikah, ada yang dipaksa menikah. Ada yang b...
6.1M 317K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...