DIA (BANYAK DIHAPUS)

By qiaqiya

3.5M 228K 3.8K

"Dia adalah sekretaris Dirjen yang aku kenal saat acara penandatanganan kesepakatan kerjasama antara perusaha... More

prolog
bag 1
bag 2
bag 3
bag 5
bag 6
bag 7
bag 8
bag 9
bag 10
bag 11
bag 12
bag 13
bag 14
bag 15
bag 16
bag 17
bag 18
bag 19
bag 20
bag 21
bag 22
bag 23
bag 24
bag 25
bag 26
bag 27
bag 28
bag 29
bag 30
bag 31
bag 32
bag 33
bag 34
bag 35
bag 36
bag 37
bag 38
part 39
part 40
part 41
part 42
part 43
part 44
part 45
part 46
part 47
part 48
part 49
part 50
part 51
part 52
part 53
part 54
part 55
part 56
part 57
part 58
epilog
extra part (1) - satria
extra part (2) - sasti
extra part (3) - wedding's life
extra part (4) - surprise
extra part (5) - Satria Jr
spesial part

bag 4

74.8K 5.3K 22
By qiaqiya

Bukan hanya Ratna yang berharap kalau hari ini adalah hari minggu, Sasti pun berharap demikian. Semalaman membicarakan kembali masa kuliah dan juga kejadian dalam kurun waktu empat tahun belakangan ternyata tidak cukup, mereka berdua masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk melepas rindu.

Meski beberapa cerita sudah pernah Ratna ceritakan melalui whatsapp maupun telpon tapi tetap saja rasanya berbeda dengan diceritakan secara langsung.

Untung saja Naresh sedikit rewel semalam membuat Sasti dan Ratna harus menyudahi obrolan mereka tepat jam 1 dini hari, kalau tidak bisa saja obrolan itu terus berlanjut sampai pagi hari.

Pagi harinya, Sasti beserta Naresh dan juga Ratna meninggalkan apartment Sasti tepat jam 5.45 wib. Meski Sasti sudah menawarkan kepada Ratna untuk berangkat belakangan karena kalau berangkat jam segitu berarti jam setengah 7 Ratna sudah sampai di kantornya dan itu masih terlalu pagi untuk jam masuk di kantor Ratna, namun Ratna menolaknya dengan alasan merasa iseng sendirian di apartment.

"Dadah Ayesh" Ratna melambaikan tangannya setelah keluar dari dalam taxi.

"Hati-hati ya Na, ayesh dadah dulu dong sayang sama tante Ratna" ucap Sasti, namun Naresh tak menggubrisnya karena masih mengantuk. Sedari tadi ia terus mengerjapkan kedua matanya.

"Kasian itu bocil lu bawa-bawa terus, ehh iyaa lu masih utang cerita Sas!" seru Ratna sebelum pergi semakin jauh.

Sasti tersenyum memandang punggung Ratna yang semakin lama semakin mengecil dari penglihatannya itu, "Ayo jalan pak" ucap Sasti kemudian kepada supir taxi.

--

Ting nong...

Suara bel dari dalam ruangan Pak Dirjen yang terdengar hingga ke lorong depan maupun lorong menuju ruangan staff, mambuat Sasti yang sedang di Ruang Rotan berlarian.

Setelah memasukkan kode access pintu, Sasti langsung masuk ke dalam ruangan Pak Dirjen.

"Iya pak..."

"Siapkan tiket ke Palembang ya, berangkat besok pagi pulangnya lusa sore aja" ucap Pak Dirjen sembari mengunyah potongan buah segar.

"Baik pak, untuk hotelnya ada referensi?"

"Coba konfirmasi ke Unit, mereka yang handle urusan hotel"

"Baik pak, ada lagi yang lain?"

"Engga itu aja..."

Sasti sedikit membungkukkan badannya berniat untuk mengambil piring buah yang sudah kosong, "Piringnya saya bawa keluar ya pak".

Sambil memegang piring kosong tersebut, Sasti masuk ke dalam ruang belakang bermaksud mengambil cangkir kopi yang ia letakkan tadi pagi.

"Permisi pak" ucap Sasti sebelum keluar.

Di mejanya..

Sasti bergegas menghubungi Apriyani untuk memesan tiket pesawat, baru saja ia mengangkat gagang telepon, suara bel dari dalam ruangan Pak Dirjen kembali berbunyi. Segera ia meletakkan asal telepon tersebut, lalu masuk ke dalam ruangan Pak Dirjen.

"Iya pak?"

"Tiketnya jangan untuk saya aja, kamu juga berangkat" ujar Pak Dirjen.

"Baik pak" balas Sasti lalu keluar dari ruangan Pak Dirjen.

Sasti mengangkat kembali telepon, lalu memencet ulang nomor travel milik Apriyani, begitu tersambung Sasti langsung memesan tiket pesawat ke Palembang sesuai dengan perintah Bosnya itu.

Setelah mendapatkan email yang berisi e-ticket untuk dirinya dan juga Pak Dirjen, Sasti kembali mengangkat telepon mencoba untuk menghubungi Unit terkait hotel yang akan digunakan Pak Dirjen.

--

"Mamiiiii" seru Naresh saat melihat Sasti yang muncul dari balik pintu kaca ruang penitipan anak.

"Sayang..." balas Sasti dengan kedua tangan terbuka, Naresh langsung berlari dan melompat ke pelukan Sasti.

"Uhh..anak mami makin berat aja nih" ucap Sasti sembari menggendong Naresh.

"Naresh makannya pinter bu, engga pilih pilih" ucap Sari, salah seorang petugas di tempat penitipan anak.

"Masa sih? Hebat ya anak mami, sini mami kiss dulu" Sasti langsung menghadiahi Naresh kecupan di pipi kanan dan pipi kiri.

Yang dicium hanya terkekeh sembari menyipitkan matanya.

"Makasih ya mba Sari, tapi besok Ayesh engga kesini, saya mau dinas soalnya" ujar Sasti.

"Ohh dinas kemana bu?"

"Ke Palembang, baiklah saya pamit ya, Ayesh dadah dulu sama mba Sari nya"

Naresh melambaikan tangannya ke arah mba Sari dengan girang, "Dadah..dadah mbak ayi" teriak Naresh.

Sembari menggendong Naresh, Sasti berjalan menuju gerbang keluar. Sesampainya di depan, ia memilih untuk berdiri di halte yang terletak tak jauh dari kantornya.

"Mi kita mau kemana?" tanya Naresh yang sedang memilin rambut Sasti.

"Kita pulang kerumah nenek ya sayang" jawab Sasti lembut.

"Ayesh ndak mau pulang ke lumah nenek, Ayesh maunya.. maunya pulang ke lumah mami" ujar Naresh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Loh kenapa? Di rumah nenek kan enak, ada Kevin sama Ican"

"Ndak enak, di lumah nenek ndak ada mami. Ayesh ndak mau..hikss..hiksss" Naresh mulai menangis di leher Sasti.

"Cep...cep.. anak mami ga boleh cengeng ahh" Sasti mengelus-ngelus punggung Naresh.

"Ayesh ndak mau...hikss...Ayesh mau sama mami aja..hikss..hikss...huaaaa" tangisan Naresh semakin menjadi.

"Iyaa..Ayesh sama mami, cep..cep...udahh ahh nangisnya" Sasti menciumi pucuk kepala Naresh yang berada dibawah dagunya.

"Janji ya..hikss...Ayesh sama mami aja...hikss"

"Iyaa sayang, Ayesh sama mami"

Niat Sasti untuk pulang ke ruma ibunya pun menjadi batal karena Naresh yang tak ingin ditinggal, akhirnya Sasti memilih untuk pulang ke apartementnya.

Sasti melambaikan tangan kepada taxi biru yang berjalan ke arahnya, begitu taxi tersebut berhenti tepat didepannya Sasti langsung membuka pintu belakang, masuk ke dalam taxi tersebut.

"Ke Apartment Kristal ya pak, di Terogong Raya"

"Maaf bu, itu di daerah mana ya? Saya dari pool Bekasi bu, engga ngerti daerah sini"

"Cilandak pak, nanti saya arahkan"

--

Waktu menunjukkan pukul 2 pagi, Sasti yang sudah terbangun bergegas untuk mandi dan bersiap untuk mengantar Naresh ke tempat ibunya. Ia sengaja memilih membawa Naresh dalam keadaan tertidur agar bocah itu tak menangis.

Sebenarnya ada rasa tak tega meninggalkan Naresh dengan cara seperti itu, tapi mau bagaimana lagi. Ia tak mungkin membawa Naresh serta ke Palembang.

Jam belum menunjukkan pukul 3 pagi, pelan-pelan Sasti mengangkat Naresh dari kasur. Sembari menggendong Naresh dengan tangan kiri, tangan kanan Sasti menjinjing tas pakaiannya.

Sasti disambut oleh petugas lobi yang sedang menahan kantuk, "Selamat pagi ibu"

"Selamat pagi, tadi saya sudah telepon untuk dipesankan taxi mas"

"Iya ibu, taxinya sudah siap. Biar saya bantu ibu" Petugas tersebut mengambil alih tas pakaian yang Sasti pegang, lalu membawanya keluar menuju taxi yang sudah terparkir tepat di depan lobi.

"Sssshh..sshhhh..."Sasti mengelus-ngelus punggung Naresh yang mulai menggeliat tak tenang.

Jangan sampai bangun batin Sasti cemas.

"Makasih ya mas" ucap Sasti setelah masuk ke dalam taxi.

Petugas tersebut menggangguk ramah, lalu menutupkan pintu taxi.

Waktu yang memang masih terlalu pagi untuk memulai aktifitas membuat jalanan Jakarta sangat lengang, dalam waktu 30 menit taxi yang Sasti naiki sudah keluar dari pintu tol Cikunir.

Ternyata Rukmini sudah menunggu di teras rumah, begitu taxi berhenti Sasti langsung turun dan bergegas masuk ke halaman rumah.

"Biar ibu yang gendong" Rukmini langsung mengambil Naresh dari gendongan Sasti.

"Maaf ya bu, aku titip Naresh lagi"

"Engga apa-apa, ibu malah kesepian kalau engga ada Naresh".

"Makasih ya bu..."

Rukmini tersenyum menatap putrinya itu, "sudah sana kamu berangkat, biar ibu bawa Naresh ke dalam"

"Sayang mami pergi sebentar ya, maafin mami ya" Sasti mencium lembut kening Naresh yang sedang tertidur pulas.

"Sasti berangkat ya bu" Sasti mencium tangan Rukmini sebelum akhirnya keluar dari halaman rumah lalu masuk kembali ke dalam taxi yang sedang menunggu.

"Ke Bandara ya pak, Soekarno Hatta" ucap Sasti kepada sang supir, disusul oleh anggukan kepala supir tersebut.

--

Bandar Internasional Sultan Mahmud Baddarudin II

Sasti berjalan agak cepat mengikuti langkah Pak Dirjen yang berjalan di depannya. Ia mengeluarkan handphonenya dan mencoba menghubungi Pak Udin, staf dari unit yang akan menjemput di bandara.

"Iya pak, saya sudah turun dari pesawat kita menuju pintu keluar" ucap Sasti begitu panggilannya tersambung.

"............"

"Ohh bukan bapak yang jemput? Pengembang yang akan jemput?"

"............"

"Iya tidak apa-apa pak, terima kasih"

"............"

Ternyata ada perubahan rencana, semula yang seharusnya menjemput adalah Pak Udin tapi diganti menjadi pihak pengembang yang akan menjemput.

Sasti mengembalikkan handphonenya, lalu bergegas menyamakan langkahnya dengan langkah Pak Dirjen.

"Yang jemput kita pengembang pak" Sasti menyampaikan informasi ke Pak Dirjen.

Pak Dirjen hanya meresponnya dengan anggukan kepala.

Begitu sampai di pintu keluar (kedatangan), Sasti memandangi satu persatu orang-orang yang berdiri mengerubuni pintu keluar. Ia mencari lelaki yang memegangi kertas bertuliskan Sumedi Rajasa.

Dan pandangannya terhenti pada sosok lelaki yang telah ia kenali, Rahadi Satria.

Ya, lelaki itu berdiri dengan senyuman di wajahnya diantara para penjemput yang mengerumuni pintu keluar.

"Selamat pagi pak" Satria langsung menghampiri Pak Dirjen dan menjabat tangannya.

"Loh kamu yang jemput?" bukan hanya Sasti yang kaget melihat Direktur itu berdiri di depan mereka, namun Pak Dirjen juga kaget saat menyadari yang menjemputnya adalah Satria.

"Iyaa pak" balas Satria tersenyum.

Satria melihat sekilas ke arah Sasti namun ia segera mengalihkan pandangannya ke arah Pak Dirjen, ada keinginan untuk menyapa Sasti namun itu hanya sekedar keinginan. Satria memilih untuk diam saja.

Pak Dirjen dan Satria pun berjalan beriringan menuju mobil, sedangkan Sasti mengikutinya dari belakang.

Di tempat menaikkan dan menurunkan penumpang, sebuah mobil Pajero Hitam telah menunggu kedatangan mereka.

Supir yang mengenakan baju safari hitam langsung membukakan pintu, mempersilahkan Pak Dirjen dan Satria untuk masuk ke dalam mobil. Setelah itu ia mengambil tas dari pundak Sasti dan koper Pak Dirjen yang Sasti pegang.

Sasti pun bergegas masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi depan. Sekilas ia melirik ke arah belakang menggunakan ekor matanya, namun sekejap ia kembali mengarahkan pandangannya ke jalan.

--

29/06/2016

ZMSKIA

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 136K 46
Kisah cinta tentang mereka.. Tentang anak manusia yang suka membuat hidup lebih berwarna. Ada yang mau menikah, ada yang dipaksa menikah. Ada yang b...
145K 8.6K 35
Sudah dua tahun terakhir Hanum, Kesha, Ajeng, Astrid, Rara, Vero, dan Alya yang bersahabat sejak SMA tidak pernah bertemu lagi. Hal ini disebabkan ol...
990 151 30
Buku Harian Bahagia by Juwita Purnamasari Sinopsis: Nama gadis itu adalah Bahagia, tapi tidak pernah benar-benar tahu apa itu rasa bahagia. Menjadi...
5M 271K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...