30 DAYS FOR LOVE

By yerinneri_jk

118K 5.7K 214

Resivia Ruth Cordelia. Seorang cewek yang sangat anti dengan yang namanya "JATUH CINTA", mendadak dikabarkan... More

PROLOG
CHAPTER 1 : Who Are You ? (1)
CHAPTER 2 : Who Are You ? (2)
CHAPTER 3 : Perjanjian Alvia
CHAPTER 4 : Nano-Nano
CHAPTER 5 : Pemberontakan Sivia
CHAPTER 6 : Awal cerita dimulai
CHAPTER 7 : Alvin vs Cakka (Salah sasaran)
CHAPTER 8 : Peduli
CHAPTER 9 : Absurd Moment
CHAPTER 10 : Journey to the Camp (In the Bus)
CHAPTER 11 : Insiden tak terduga
CHAPTER 12 : Are you okay ?
CHAPTER 13 : Worried
CHAPTER 15 : Pajamas Party
CHAPTER 16 : Quality Time (1)
CHAPTER 17 : Quality Time (2) - The real fact
CHAPTER 18 : Trouble
CHAPTER 19 : Heal the hurt
CHAPTER 20 : Guardian Angel (1)
CHAPTER 21 : Guardian Angel (2)
CHAPTER 22 : Perseteruan sengit
CHAPTER 23 : Yang sesungguhnya
CHAPTER 24 : Perjanjian? Lagi? - Complicated
CHAPTER 25 : Melted
CHAPTER 26 : She's not your girlfriend?
CHAPTER 27 : Bimbang
CHAPTER 28 : A Choice
CHAPTER 29 : Bertemu
CHAPTER 30 : Jealous?
CHAPTER 31 : Wedding Party
CHAPTER 32 : Shocked!
CHAPTER 33 : Crazy and Protective boy
CHAPTER 34 : Man in Love
CHAPTER 35 : Hari ke-30
CHAPTER 36 : Dibalik alasan
CHAPTER 37 : Cinta yang rumit
CHAPTER 38 : Kesalahan tak disengaja
CHAPTER 39 : A Trap? (1)
CHAPTER 40 : A Trap? (2)
CHAPTER 41 : Not fine at all
CHAPTER 42 : Sadness, Hurt, and Hope
CHAPTER 43 : Luapan emosi dan Sebongkah penyesalan
CHAPTER 44 : Are the reason to start again (Last Chapter)
CHAPTER 45 : EPILOG
JUST INFO!!! (Sequel 30DFL)

CHAPTER 14 : Hujan dan Pelangi

2.3K 121 0
By yerinneri_jk

Setelah hujan, pasti ada pelangi. Saat masalah datang, pasti ada jalan keluar. Setiap kesedihan, pasti ada kebahagian. Semua memang rumit. Tapi begitulah hidup.

Walau cuaca tak bersahabat hari ini, cewek berdagu tirus itu terus melangkahkan kakinya. Menyusuri jalan sambil sesekali bersenandung ria. Kedua tangannya berayun-ayun ke depan-belakang secara bergantian. Kedua kakinya yang lincah meloncat-locat kecil di atas aspal dengan sedikit retak dibagian tertentu. Menendang kecil kerikil-kerikil yang ada di sekitar jalan yang di telusurinya.

Matanya berbinar kala langkahnya semakin dekat dengan tempat yang ia tuju. 'MIFY FLORIST'. Nama itu terpampang sangat jelas di sana. Yah, sudah hampir satu minggu lamanya ia tak berkunjung ke toko bunga bundanya.

"Bun-" Kalimatanya menggantung. Ia mematung di tengah pintu.

"-nda." Lanjutnya. Matanya menatap tajam satu sosok yang ada di samping bundanya. Ia menggertak-gertakkan giginya menahan amarah. Kedua tangannya tanpa sadar mencengkram erat rok abu-abunya.

"Alyssa?" Sapa pria paruh baya berjas hitam itu sok lembut. Mata teduh pria paruh baya itu membuatnya semakin marah. Tatapan itu merupakan tatapan yang sangat ia benci. Pria paruh baya berjas hitam itu bergerak hendak melangkahkan kakinya.

"BERHENTI DI SANA! Jangan coba-coba anda mendekati saya!" Teriaknya mengacungkan telapak tangannya di hadapan pria paruh baya itu. Mengisyaratkan agar pria paruh baya itu diam di tempatnya.

"Alyssa sayang.. ini papa nak. Alyssa tidak rindu dengan papa?"

"Jangan panggil Ify dengan nama itu lagi! Papa?! Papa mana yang tega meninggalkan anak dan istrinya?!"

"Ify.."

"Maaf bunda, Ify udah gak tahan lagi. Lebih baik Ify pergi daripada harus berlama-lama dengan ORANG ITU! Permisi." Ify menyeka air matanya yang sudah meluncur bebas di pipinya. Melenggang pergi dari tempat itu.

"Alyssa!/ Ify!"

Ify terus berlari tanpa arah. Air matanya yang terus mengalir. Awab yang tadinya kelabu, berubah menjadi hitam pekat. Awan kumulunimbus berkumpul di atas langit. Suara gemuruh seakan gencar menyerukan namanya. Kilatan cahaya yang saling bersahutan dengan petir, tak membuatnya gentar untuk terus berlari.

Breeeshhhh!!!

Tak tanggung-tangung, awan langsung menumpahkan tangisnya tanpa ragu. Hujan deras yang mengguyur sekujur tubuhnya, membuat tangisnya semakin pecah. Tangis itu seakan lenyap oleh hujan. Karena tak memperhatikan jalannya, Ify pun terjatuh di tepi jalan dekat pemakaman. Lututnya seakan mati rasa karena sudah terlalu lelah berlari lagi. Berkali-kali ia memukul tanah yang tak bersalah. Melampiaskan amarahnya yang tak terkendali lagi.

"Ify?!" Suara samar itu membuat Ify menoleh. Penglihatannya kabur karena hujan menghalangi bulu matanya. Orang yang memanggil namanya itu, setengah berlari kearahnya. Dengan balutan jaket Parka, ia membawa payung hitam.

"K-kak Ri-Rio?" Lirihnya pelan disela-sela tangisnya. Bibirnya yang sudah dingin, bergetar. Rio membungkuk dan berlutut. Mangarahkan payungnya di atas kepala Ify.

"Lo kenapa bisa ada di sini fy?" Tanya Rio menatap Ify sendu.

"Gu-gue.. gue gak tau kenapa gue bisa lari sampai sini. Gue-"

"Yaudah gue anter pulang ya?"

"NGGAK! Gue kabur kak. Gue gak mau pulang sekarang." Tolak Ify mentah-mentah atas tawaran Rio.

Tatapan Rio tak lepas dari wajah Ify. Ada kerapuhan jelas terlihat di raut wajahnya yang polos. Rio melepaskan payungnya dari genggamannya. Lalu melepaskan jaketnya dan menyampirkan jaketnya di tubuh Ify. Membuat Ify menoleh cepat kearahnya. Rio kembali mengambil alih payungnya.

"Oke kalo lo gak mau pulang. Gue akan bawa lo ke rumah gue sementara. Tapi dengan satu syarat."

"Syarat? Apa?"

"Lo harus pulang malam ini juga."

Ify terdiam sejenak. Menimbang-nimbang tawaran Rio itu. Otaknya yang sudah malas untuk berpikir, membuatnya mengangguk cepat. Rio tersenyum tipis. Merangkul bahu Ify dan beranjak berdiri. Di bawah payung itu, jarak diantara mereka berdua hampir tak bercelah. Ini bukanlah drama korea. Ini adalah realita yang sesungguhnya.

^_^

Kini di rumah Rio-lah Ify berada sekarang. Atas perintah dari Rio, Ify mengganti pakaiannya yang basah dengan kemeja Rio yang sedikit kebesaran ditubuhnya. Ia duduk di ruang tamu yang ada di bagian tengah ruangan. Ify duduk sambil nenundukkan kepalanya. Memainkan jari-jarinya. Seperti hal yang menjadi kebiasaannya.

"Ini hot chocolate gue bikin buat lo supaya lo relax." Rio datang membawa cangkir yang berisikan hot chocolate. Minuman itu kemudian ia berikan pada Ify dan disambut baik oleh cewek berdagu tirus itu.

"Thanks Kak." Ucap Ify seraya menyeruput hot chocolate buatan Rio.

"Sorry kalo gue keliatannya sok tau. Tapi, kayaknya lo lagi ada masalah ya?" Tanya Rio hati-hati. Ia menatap Ify serius.

Ify belum menjawab. Tangannya asik memainkan gagang cangkir. Menatap kosong kearah cangkir itu. Pikirannya melayang ke kejadian siang tadi.

"Kalo lo gak mau cerita sama gue, gapapa kok. Gue ngerti." Ucap Rio tersenyum tipis. Tangannya menepuk bahu Ify pelan. Tatapan teduh Rio membuat Ify menjadi nyaman.

"Gue.. Gue kabur waktu Papa gue dateng ke toko bunganya bunda. Dia kembali. Dan gue sangat tidak mengharapkan dia hadir lagi di kehidupan gue dan bunda. Gue benci dia kak. Dia udah tega ninggalin gue dan bunda demi perusahaannya kakek. Dia ninggalin keluarga kecilnya demi harta. Dan sulit buat gue memaafkan bahkan menerima papa gue sendiri. Durhaka kan gue kak?" Ify tersenyum kecut. Sementara tatapan Rio tidak lepas dari wajah Ify.

Mata Ify berkaca-kaca. Rasa emosional dari dalam hatinya tak dapat dikontrol lagi. Air mata yang sudah di pelupuk matanya tak dapat di bendung lagi. Air matanya jatuh meluncur bebas ke pipi tirusnya. Ia terisak. Rio diam tak bereaksi selama beberapa menit. Mungkin ia ingin memberikan waktu untuk Ify agar menumpahkan seluruh kesedihannya.

Setelah di rasa sudah tenang, tangan Rio beralih ke pipi Ify. Pipi yang basah itu di usapnya lembut. Terlalu banyak air mata yang ia tumpahkan. Sebegitu rapuhkah Ify?

Ify terkejut dengan perlakuan Rio. Tubuhnya membeku.

"Gue kira lo itu cuma cewek polos yang gak punya beban hidup atau masalah. Gue kira hidup-hidup lo baik-baik aja. Ternyata gue salah." Ujar Rio sambil tersenyum. Ia menarik tangannya dari wajah Ify. Merebahkan tubuhnya di sofa. Kedua tangannya ia silangkan untuk menyanggah kepalanya. Ify menatap Rio datar.

"Seberat apapun masalah kita, gak selamanya senyuman itu bisa membuat semuanya seakan baik-baik aja. Terkadang kita perlu menangis untuk melepaskan semua masalah itu. Karena sekuat-kuatnya benteng, tidak akan mampu bertahan jika benteng itu serang secara bertubi-tubi. Kayak elo fy."

Ify mengernyitkan dahinya. Menunggu kalimat Rio selanjutnya.

"Rasa sakit hati dan rasa benci yang lo miliki itu terlalu besar. Oleh sebab itu, lo gak mampu menahan lagi semua masalah lo. Pada akhirnya pertahanan lo runtuh juga kan fy?"

Rio lagi-lagi tersenyum tipis. Dalam diam, Ify berusaha mencerna kata-kata Rio.

"Terus menurut lo, apa yang harus gue lakuin kak?" Tanya Ify dengan nada putus asa. Rio menggaruk dahinya. Lalu menatap Ify serius.

"Mulai sekarang, lo harus mulai belajar memaafkan diri lo sendiri dan papa lo. Gimanapun juga, sebesar apapun kesalahannya, beliau tetap papa lo. Papa kandung lo. Dengan begitu, beban lo perlahan-lahan berkurang." Ucap Rio bijak. Ify tak menyanggah ataupun menerima saran Rio. Ia lagi-lagi terdiam.

"Lo pulang ya fy? Bunda lo pasti lagi menghawatirkan lo sekarang." Bujuk Rio. Beberapa menit Ify terdiam. Sampai akhirnya ia menganngguk ragu. Rio tersenyum lebar.

"Tapi nanti ya kak. Gue mau nenangin diri gue dulu di sini. Boleh kan?"

"Tentu! Rumah gue selalu terbuka kok buat siapapun. Gak terkecuali lo fy."

Ify dan Rio saling memamerkan senyumnya masing-masing. Ify merasa beruntung karena cowok yang ia impikan menjadi pahlawannya. Emang sih agak lebay. Tapi tak dapat dipungkiri olehnya bahwa Rio semakin tampan dan berkharisma saat mengucapkan kata-kata bijak tadi.

***

Continue Reading

You'll Also Like

143K 7.2K 40
#4 dalam HORROR (21/08/2017) [SELESAI] - Buku pertama dari Ify baru berpindah sekolah. Hari-harinya kini tak setenteram dulu. Karena suatu ke ganjila...
941 107 14
Cerita ini melanjutkan dari cerita Jingga 1,2,3,4,5 dan cinta siquel cinta uget-uget. Dari awal perkenalan 5 sahabat yang sangat erat dan seperti sau...
26.4K 1.8K 28
udah jadi mantan, tapi masih suka ngegodain. [ lowercase mode on ] copy right; riskaapram, 2018
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.5M 307K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...