AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow...

By MAlfharizy

20.4K 1K 410

Kalian tahu anime Date A Live? Cerita ini terinspirasi dari anime tersebut. Aku harap kalian suka. Terima kas... More

BAGIAN PEMBUKAAN
BAGIAN PERTAMA: SAMURAI
BAGIAN KEDUA: MENCIUMNYA ATAU DUNIA HANCUR?
BAGIAN KETIGA: BENARKAH INI?
BAGIAN KEEMPAT: GADIS BAIK
BAGIAN KELIMA: DUA ORANG YANG BEDA SIFAT?
BAGIAN KEENAM: ARTIS ATAU GADIS LUGU?
BAGIAN KETUJUH: GADIS KECIL BUTA
BAGIAN KEDELAPAN: BICARALAH DENGANKU
BAGIAN KESEMBILAN: KEBENARAN DARI MIMPI?
BAGIAN KESEPULUH: PEMBUNUH FIKSI?
BAGIAN KESEBELAS: KENCAN DENGAN ADIKKU?
BAGIAN KEDUA BELAS: GADIS ITU?
BAGIAN SPESIAL: FAKTA BARU
Ucapan terima kasihku
BAGIAN PERTAMA S2: PERUBAHAN YUKIMURA
BAGIAN KEDUA S2: TAHAN EMOSI
BAGIAN KETIGA S2: RENCANA YANG TERTUNDA
BAGIAN KEEMPAT S2: NINJAKU
BAGIAN KELIMA S2: TELEPORT
BAGIAN KEENAM S2: TEMPAT ASING
BAGIAN KETUJUH S2: MENYAMAR
BAGIAN KEDELAPAN S2: MELINDUNGI
BAGIAN KESEMBILAN S2: BERBAUR

BAGIAN PENYELESAIAN: AKU CINTA KAU!

576 40 6
By MAlfharizy

Walau Yukimura sudah memberikan semangat kemarin malam, tapi tetap aku gugup. Kurasa kegugupanku bukan karena akan kencan dengan Aya-chan, buktinya karena aku sudah biasa jalan berdua dengan Aya-chan. Mungkin rasa gugupku karena takut tidak bisa menyegelnya. Aku langsung menampar pipiku sendiri. "Aku pasti bisa!"

Lalu datang Aya-chan. "Geno-kun, maaf aku terlambat."

"Ti-Tidak apa-apa."

"Ka-Kalau begitu, kita mulai kencannya."

"I-Iya!"

Kami berjalan menuju taman bermain. Pertama, kami memasuki rumah hantu.

"Aya-chan, apa kau berani?"

"I-Iya!"

"Kalau begitu, kenapa kau memeluk lenganku sekeras ini?"

"I-Ini untuk membuatmu tidak takut, berterima kasihlah!"

"Iya-iya, terima kasih."

Sebenarnya aku tidak masalah dipeluk sekeras apapun untuk membuat dia tenang, bahkan aku sengaja bercanda dulu untuk menenangkan dia. Aku harus merelakan gedang telingan dan lenganku kesakitan karena kekuatannya itu.

Kami sudah ada di luar. "Apa kau baik-baik saja?"

"Ha-Harusnya aku yang bertanya seperti itu."

"Aku baik-baik saja, kau kan yang ketakutan."

"Kau juga berteriak dengan keras tadi." Sebenarnya itu karena pelukanmu yang keras. "Kalau begitu, kita ke tempat berikutnya."

Kedua, kami menaiki roller coaster. Kami berdua mendapatkan tempat paling depan.

"Kau yakin, kita masih bisa turun."

"Ti-Tidak apa-apa! A-Aku baik-baik saja!" Dia mengenggam tanganku dengan keras.

Roller coaster pun berjalan, dan naik. Saat turun, kita semua berteriak. Kurasa yang paling keras adalah Aya-chan. Setelah kami turun, Aya-chan tidak seimbang dan aku harus membantunya berjalan.

"Biar aku yang menentukan tempat selanjutnya."

"Ba-Baik..."

"Kalau begitu, kita ke sana." Yang kumaksud adalah komidi diputar.

Aku harus bisa menahan nafsuku, harus bisa. Karena Aya-chan duduk di depanku, menaiki kuda yang sama. Seharusnya sih dia naik kuda yang di sebelahku, atau yang lain. Tapi, dia ingin duduk di depanku. Sebenarnya aku bisa saja menyuruhnya naik kuda lain, tapi dia mengatakan keinginannya itu dengan wajah memelas. Lagipula, aku senang seperti ini, seperti pangeran dan tuan putri yang menaiki kuda untuk kawin lari... Sepertinya terlalu berlebihan.

"Ara ara, lihat mereka," ucap salah satu ibu-ibu. Mungkin mereka orang tua anak kecil yang menaiki wahana ini.

"Anak muda sekarang sangat berani," jawab yang satunya.

"Senangnya menjadi muda," jawab yang satunya lagi.

Aku hanya bisa menunduk malu, bahkan senang juga. Dan aku turun dari wahana dengan perasaan senang sekali, bahkan aku akan menyimpan kenangan ini di otak walau harus menggantikan ingatanku tentang pelajaran.

Aku menyadari satu hal, Aya-chan terlihat beda. Biasanya dia tidak akan seberani ini. Kenapa, ya? Oh iya, sekarang kami sedang di tempat makan siap saji. Kami sedang makan.

"Geno-kun, ada saus di bibirmu."

"Dimana?" Aya-chan langsung mengambil saus itu dengan jarinya, dan memasukannya ke mulutnya. "Aya-chan..." Dia tersenyum manis.

Kami melanjutkan makan lagi. Setelah selesai kami melanjutkan ke wahana selanjutnya, tentu atas pilihanku. Kami sangat menikmati kencan kami ini, saling tersenyum, bahkan tertawa. Tak terasa, hari sudah sore. Tapi, kencan kami belum berakhir. Aya-chan ingin ke belakang kuil, dan melihat danau di sore hari.

Sampai di sana, kami melihat pantulan sinar matahari yang tenggelam membuat warna danau jingga. Lumayan indah, dan cocok untuk tempat ber...ber...berciuman.

"Geno-kun, terima kasih, aku senang."

"Aku juga."

"Geno-kun..."

"Apa?"

"Aku lepas kendali karena... karena... aku cemburu. Aku cemburu melihat kau dekat dengan mereka, tapi sekarang aku baik-baik saja."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Aya-chan, aku sudah mengenalmu selama setahun. Tepatnya sejak kecil aku sudah mengenalmu. Aku bisa tahu kalau kau sedang berbohong."

"Ti-Tidak, aku tidak berbohong!"

"Kalau begitu, kenapa kau mempalingkan pandanganmu dan menaruh jarimu di bawah samping dagumu." Dia kaget dengan hal yang tidak sengaja dilakukannya. Dia akan begitu ketika berbohong, aku mengetahui itu saat dia mendapatkan masalah dengan orang tuanya.

Air mata keluar dari kedua matanya, dia tidak bisa menahannya lagi. Lalu dia berlari dan memelukku. "Aku...Aku... takut tidak bisa bersama denganmu lagi... Karena kau lebih banyak bersama dengan mereka... Padahal aku tahu, kau melakukan itu karena pekerjaanmu..."

"Tidak, aku melakukan itu atas kemauanku sendiri. Aku pernah bilang kepadamu, kalau aku akan menolong mereka. Tapi, bukan berarti aku tidak bisa bersama denganmu. Aku pasti akan bersama denganmu, karen aku...aku..." Aku mengeluarkan keberanianku, dan akan meneriakannya. Tapi... "Awas!" Aku mendorongnya ke samping.

Aku jatuh ke belakang, karena terkena tembakan laser di dada kananku. "Geno-kuuunnn!!"

Sekarang aku bisa melihat wajah Aya-chan yang sangat sedih, dia berteriak memanggil namaku. Aku ingin sekali menjawabnya, tapi mulutku bahkan tubuhku sulit digerakkan. Jadi mengingatkanku dengan kecelakaan waktu dulu. Bedanya, dia tidak menciumku, dia berdiri dengan wajah amarah. Lalu dia berubah menjadi zombie waktu itu.

"Sayang, malah kena kesayanganku dulu. Padahal aku ingin membunuh langsung kalian berdua, hahahaha!!" teriak orang yang sangat kubenci.

Lalu terdengar suara benturan atau pertarungan mereka. Aku ingin sekali menghentikan mereka, tapi tubuhku... seperti yang kalian tahu, tidak berdaya. Biasanya aku akan langsung sembuh, tapi kekuatan itu sudah diambil oleh pemiliknya kembali.

Lalu, terlintas sebuah ide. Aku mengaktifkan sihir penyembuh di kepalan tangan kananku, dan kepalan tanganku dikelilingi cahaya berwarna hijau. Dengan sekuat tenaga, aku menggerakkan kepalan tanganku ke dada kananku. Mungkin berhasil, tapi efeknya tidak secepat saat memiliki kekuatan Aya-chan. Tapi, dengan begini aku bisa berdiri, walau masih dengan susah payah.

Aku berhasil berdiri, dan melihat mereka sedang bertarung di udara. Pertarungan mereka lebih dahsyat dari sebelumnya, karena Aya-chan terlihat sangat marah sekali. Aku berjalan mendekati mereka, dan beberapa kali hendak terjatuh. Tiba-tiba, ada seseorang yang memegangiku. Ternyata itu ninja yang sebelumnya menyelamatkanku lagi.

"Te...Teri...Terima kasih."

"Aku akan memisahkan mereka, kau cepat selamatkan zombie itu." Dia tidak melihat wajahku, jadi aku tidak tahu seperti apa matanya.

"Maaf, aku merepotkanmu lagi." Tiba-tiba ninja itu sudah mengeluarkan bayangannya, dua bayangan.

Kedua bayangan itu meloncat ke arah mereka. Satu bayangan menyerang Vaan, dan satu lagi menyerang Aya-chan. Mereka jadi terpisah. Selanjutnya ninja yang menompangku membawaku ke tempat Aya-chan bertarung dengan bayangannya.

Aya-chan menyerang dengan brutal dan berbahaya, tapi bayangan itu menghindar dengan tenang, dan tidak menyerang. Setelah sedikit kelelahan, bayangan itu melempar bom asap. Aya-chan terbatuk-batuk, langsung dia tidak bisa bergerak. Mungkin karena dia mengeluarkan jurus pengikat dengan bayangannya, karena bayangan Aya-chan menyatu dengan bayangan bayangan ninja.

"Biar aku yang kesana sendiri."

"Baiklah." Aku melepaskan tubuhku dari pegangan ninja. Lukaku sedikit sembuh, jadi aku bisa berlari kecil.

Setelah sampai aku langsung memeluknya. "Aya-chan, aku baik-baik saja." Tapi dia tidak mengatakan apapun. "Jangan takut, aku akan selalu bersama denganmu. Kali ini aku tidak akan melupakanmu lagi. Karena aku...aku... mencintaimu, Aya-chan." Aku langsung menciumnya.

Seperti sebelumnya, butiran cahaya terbang dan Aya-chan telanjang. Entah kenapa, otakku langsung mengeluarkan pendapat. Tapi, aku melawannya. Aya-chan pingsan, dan aku pun ikut pingsan.

***

"Geno-kun, bagaimana penampilanku?"

"Ba-Bagus, kau terlihat cocok sekali dengan yukata itu."

"Terima kasih."

"Mereka, lama sekali."

"Wanita butuh waktu lama untuk dandan, supaya terlihat menarik."

"Begitu, ya..."

Sekarang kami berdua sedang menunggu kedatangan mereka, di depan gerbang kuil. Lalu, mereka pun datang.

"Maaf membuat kalian menunggu." Mereka terlihat sangat cantik sekali dengan yukata gaya mereka masing-masing.

Entah kenapa mereka melihat ke arahku. "Terlihat sangat cocok, kalian terlihat bagus." Mereka langsung tersenyum, ternyata firasatku benar. "Kalau begitu, ayo kita masuk."

Festival kembang api di musim panas, tidak terlalu ramai tapi banyak dengan stan-stan. Kami menuju stan menyendok ikan, itu yang diinginkan Ran-chan.

"Genoji-kun, boleh aku mencobanya?"

"Apa sebelumnya kau pernah mencobanya?"

"Aku pernah mendengarnya dari teman, dan aku mencobannya. Tapi gagal."

"Hah, kau seperti anak kecil saja. Masa yang begitu saja tidak bisa."

"Oh... Kau bilang begitu padahal kau sendirinya tidak bisa."

"A-Aku bisa!"

"Kalau begitu, siap untuk bertanding?"

"Siapa takut, siapkan dirimu untuk dihina."

Setelah itu mereka dengan semangat langsung bertanding menyendok ikan. Karena itu, kami meninggalkan mereka. Oh iya, yang mengadakan festival ini adalah organisasi LoF, karena mereka ingin merasakan festival kembang api. Biasanya festival itu diadakan saat akhir bulan, tapi karena ini untuk menjaga parameter mereka, LoF langsung mengadakan festival ini dadakan. Dan khusus untuk kami gratis. Aku mulai berpikir, organisasi ini benar-benar dari pemerintah. Mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk mewujudkan keinginan egois Fiksi ini.

Selanjutnya kami mencari game yang menarik, tapi di tengah jalan. Kanade-chan diam dan melihat ke arah stan permen apel. "O-Onii-sama, permen itu besar sekali."

"Itu namanya permen apel."

"Kenapa besar? Dulu aku makan permen apel ada yang sekecil ini." Dia menunjukkan jari jempol, telunjuk, dan tengah yang hampir rapat, menunjukkan ukuran yang kecil.

"Tentu saja besar, karena itu apel yang dilumuri permen. Bukan permen rasa apel. Mau coba?" Dia mengangguk. "Airi, apa kau juga mau?" Karena aku melihat Airi memperhatikanku dengan semangat saat menjelaskan apa itu permen apel. Dia menjawab dengan anggukan juga.

Aku mengantar mereka berdua untuk membeli permen apel. Setelah membelinya, mereka berdua langsung memakannya. Dan mereka sangat menikmatinya. Kami memutuskan untuk mencoba bermain di stan tembak hadiah. Stan ini bukan milik LoF, jadi aku harus membayar untuk memenuhi keinginan Ca-chan yang ingin boneka dango.

Aku mengambil senapannya, membidik ke arah boneka dango berwarna hijau sedang. Kesempatanku hanya satu kali. Aku menembaknya, dan boneka itu jatuh. Seharusnya tidak jatuh, kalau aku tidak menggunakan sihir angin. Dengan wajah kaget, pemilik stan menyerahkan boneka itu.

"Ini, Ca-chan."

"Terima kasih, Genoji-senpai. Aku akan menjaganya." Dia langsung memeluk bonekanya.

Selanjutnya, kami menuju stan permen kapas. Aku membelikan mereka semua permen kapas, terutama Ami, aku memberikannya yang cukup besar. "Ini, Ami."

"Onii-chan, aku bukan anak kecil lagi." Dia mempalingkan kepalanya.

"Ini kan makanan kesukaanmu, walau bukan anak kecil, tapi kau menginginkannya, kan?"

"Ba-Baiklah, aku akan memakannya. Jangan salah paham, ini karena Onii-chan sudah membelikannya untukku." Masih mempalingkan kepalanya, dia memakan permen kapas itu. Tapi, aku bisa melihat senyum senangnya.

Kami mencari stan lain lagi, dan kami melihat kedua peserta pertandingan mereka sedang melempar cincin ke tongkat. Mereka terlihat sangat semangat sekali, jadi kami memutuskan untuk mencari tempat lain.

Setelah selesai dengan festivalnya, kami menuju pantai. Di sana kami akan memainkan kembang api. Kebetulan di sini cukup sepi, jadi tidak perlu khawatir dengan mengenai orang lain.

"Hah, aku menang."

"Aku yang menang, tadi aku yang menang di pertandingan tembak-tembakan."

"Tapi setelah itu aku menang di pertandingan melempar bola." Mereka yang paling ribut di antara kami, tapi itu membuktikan kalau mereka sudah akrab.

"Kana-chan, apa kau tahu apa itu permen rambut?"

"Mungkin rambut yang dilumuri permen."

"Tapi kudengar itu enak."

"Nanti kita coba tanya Onii-sama." Dan mereka yang sudah menginginkan perbincangan seperti itu.

"Claire-chan, nanti aku akan masuk ke SMA-mu, aku harap kita bisa sekelas."

"Aku juga berharap begitu." Dan mereka adalah calon teman sekelas yang sudah akrab.

"Menyenangkan, ya?"

"Iya. Awalnya aku berpikir pasti akan merepotkan, tapi ternyata aku salah." Dan ini adalah pembicaraan teman masa kecil yang sudah lama tidak bertemu.

"Oh iya, Geno-kun, nanti malam aku ingin mengatakan sesuatu. Bisa kau datang ke pantai ini?"

"Baiklah." Aku selesai memasang petasan yang siap meluncur. "Baiklah, persiapannya sudah selesai." Aku menyalakan petasan itu.

Malam ini, di pantai ini, menjadi ramai setelah petasan dinyalakan. Tentu saja kemeriahan ini bertambah setelah kami menyalakan kembang api yang lain. Teriakan, tawa, ledakan, dan bau, itulah yang terjadi saat ini.

Lalu, setelah selesai. Kami kembali ke penginapan. Dan seperti yang kalian tahu, kami pergi ke pemandian air panas. Air panas memang yang paling baik setelah melakukan aktivitas yang melelahkan. Kebetulan aku di sini sendiri, jadi terasa seperti pemandian pribadi. Setidaknya begitu yang kupikirkan, tapi datang seorang pengunjung. Aku bisa saja tenang kalau yang datang laki-laki, tapi ternyata wanita, dan lagi dia adalah Yukimura.

"He-Hentai!!" Dia menceburkan badannya ke air panas.

"Yu-Yukimura, ke-kenapa kau masuk ke pemandian laki-laki?!" Aku membalik badan.

"Ini pemandian perempuan!" Oh iya, aku masuk ke sini saat aku lelah. Jadi, aku tidak memperhatikan ini pemandian laki-laki atau perempuan. Lagipula, karena sepi, jadi aku tidak tahu.

Lalu terdengar suara pintu terbuka lagi, pengunjung lain datang. "Yukimura-san, itu kau?"

"Gawat!" Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lembut di punggungku. "Jangan berbalik, aku akan menjaga kau supaya tidak terlihat. Kau harus keluar dari sini."

"Baiklah, terima kasih, Yukimura."

"Jangan merasa aman dulu, setelah selesai aku akan menghajarmu. Aku melakukan ini karena aku sudah capek, jadi tidak mau ada keributan."

"Ba-Baiklah..."

Saling membelakangi, aku berjalan sesuai dengan gerakan Yukimura. Tapi dia berhenti, karena Ran-chan memanggilnya. "Kenapa kau jalan seperti itu?"

"Bu-Bukan apa-apa! Aku hanya ingin saja, masalah?!"

"Oh, milikmu ternyata cukup besar."

"Ja-Jangan mendekat!" Tiba-tiba Yukimura mundur. Jadi aku terdorong dan jatuh.

Aku memutuskan untuk menyelam supaya tidak ketahuan. Aku menabrak sesuatu, sesuatu yang ditabrak bisa berteriak. "A-Apa itu?" Kalau kutebak, itu suara Airi. Aku langsung ke samping. Tapi, tiba-tiba ada yang memegang badanku. "Kau mau lari kemana?" Walau dia wanita, tapi kekuatannya bisa menahanku. Karena napasku mulai habis, jadi aku langsung mengangkat kepalaku. "Se-Senpai..."

"A-Airi, aku bisa men..." Belum menjelaskan, aku sudah ditendang sabit olehnya.

Aku berdiri kembali, dan ternyata aku sudah di tengah-tengah mereka. Mungkin karena otakku sedikit terlambat, aku baru ingat kalau aku bisa saja menghilangkan wujudku dengan sihir atau menembus dinding sebelah dengan kekuatan hantu. Mereka menatapku dengan terkejut. "KYAAAA!!"

***

Malam hari tiba, seperti yang dikatakan Aya-chan, aku pergi ke pantai. Ternyata Aya-chan sudah ada di sana, dengan pakaian renangnya, tepatnya bikini.

"A-Aya-chan, kenapa kau pakai itu?"

"Aku ingin terlihat menarik di depanmu, kau suka dengan pakaian renangku, kan?"

"Ta-Tapi nanti bisa masuk angin. Ini pakai jaketku." Aku memasang jaketku kepadanya. "Aku tidak mau rasa senangku nanti menjadi rasa kesal karena kau masuk angin."

Dia tersenyum manis. "Kau memang pria yang baik, Geno-kun."

"Lalu, apa yang ingin kau katakan?"

Dia menundukkan kepalanya, dengan malu-malu. "Sebenarnya... Aku...Aku... juga mencintaimu."

"Hah?! Ju-Juga?!"

"I-Iya, ka-kau kan menyatakan cinta kepadaku waktu itu..."

"Kau ingat itu?!"

"Tentu saja, karena... mana mungkin aku bisa melupakan impianku sejak kecil."

Aku gugup, bingung mau mengatakan apa lagi. Ini adalah impianku juga, begini rasanya kalau sebuah impian yang sangat diinginkan terwujud? "HOREEEE!!" Aku meloncat kegirangan.

"Geno-kun, jangan berisik, mengganggu warga lain."

"Ma-Maaf..."

"Sekarang aku baik-baik saja. Aku tidak akan cemburu lagi, jadi kau bisa menyelamatkan Fiksi dengan tenang. Tolong selamatkan mereka semua, Geno-kun."

"Tanpa kau suruh pun aku pasti akan menyelamatkan mereka."

"Oh, iya... Aku punya satu permintaan..."

"Apa?"

"Ci-Ci-Cium aku sekarang!"

"Hahh!?"

"Ha-Habisnya kalau kau menyelamatkan mereka... kau kan harus mencium mereka... Jadi, kalau kau menciumku sekarang, aku akan selalu mengingatnya supaya nanti aku tidak cemburu..."

Tubuhku bergetar dengan dahsyat, jantungku juga berdetak tidak kalah dahsyatnya. "Ba-Baiklah..." Aku memegang kedua pundaknya, mendekatkan bibirku. Tapi, aku langsung jongkok karena ada sesuatu yang terlempar ke arahku.

"Genoji, apa yang akan kau lakukan kepada Ayase-chan?" Ternyata mereka semua sudah ada jauh di samping kami. Mereka menatap kami dengan tajam.

"A-Aya-chan, kita harus pergi!" Aku langsung menggendong Aya-chan seperti pengantin.

Dan seperti kalian ketahui, mereka mengejar kami dengan berteriak memanggilku. Dengan sekuat tenaga aku berlari menjauh dari mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 195K 41
Kalisa sungguh tidak mengerti, seingatnya dia sedang merebahkan tubuhnya usai asam lambung menyerang. Namun ketika di pagi hari dia membuka mata, buk...
3.1M 200K 49
Elisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialny...
145K 13.8K 21
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
101K 8.4K 15
"Kalau aku mau putus, gimana?" "Sayang, lo tahu, kan, kalau gue nggak akan kabulin itu? Lo punya gue! Dan, lo nggak akan bisa kemana-mana dengan gela...