Ga Peka Dih βœ”

By _pathway

33.8K 1.1K 30

If I got second chance, I just wanna tell. "Aku sayang kamu." Supaya kamu tau kalau sebenarnya kita berada pa... More

REVISI
Permisi!!
(1) Tatapanmu ?
(2) Sama dia ?
(3) Upacara Bendera
(4) Eh? Mamanya?
(5) Kamu
(7) Ketemu lagi
(8) Nyaman
(9) Barengan
(10) Peduli
(11) Mantan
(12) Ga Peka Dih [a]
(13) Ga Peka Dih [b]
(14) Rumit
(15) Unexpected
(16) Farewell
(17) Cogan di Kafe
(18) Honesty (a)
(19) Honesty (b)
(20) Gone
Terimakasih
CEK CEK CEK
EIYYY!

(6) Galau

1.2K 48 0
By _pathway

Dito keluar kamar mandi dengan celana training se-paha dan jersey Manchester United yang kebetulan favoritnya. Kakinya melangkah menuju balkon yang dibatasi jendela kaca.

"Woy!" seru Randy dari balkon sebelah. Dito yang kala itu terfokus pada layar ponselnya menoleh dengan alis terangkat. "Lari pagi yuk, ajakin Rara biar diet sekalian."

"Belum bangun masa?" Dito kembali meraih ponselnya yang bergetar. "Ya udah gue ke kamarnya ye bang?" lanjutnya sembari melangkah memasuki kamar. 

"Jangan macem-macem sama adek gue lo!"

Dito hanya tertawa kecil. Posesif banget, batinnya geli.

***

"Anak gadis tidurnya. Ckck.. Dasar kelakuan.." Dito menggelengkan kepalanya geli melihat kelakuan Rara. Gadis itu tidur memeluk guling dengan posisi tengkurap. Kayak damai gitu hidupnya kalo ngeliat si Rara tidur, bawaannya pengen meluk. 

Astagfirullah Dito, ngomongnya. batinnya kemudian mengusap dadanya khilaf.

Remaja itu lantas menarik ujung selimut Rara membuat gadis itu terguling namun tidak terjatuh, dengan amat sangat jengkel karena acara tidurnya diganggu gadis itu lantas memukul Dito dengan gulingnya. 

"Ganggu aja sih lo, sana minggir - minggir." 

Dito mencubit pipi gadis berlesung itu kemudian membuka gorden jendelanya. 

"Bang Randy ih! Jangan dibu.......ka." Rara membelalakkan matanya begitu melihat Dito sudah duduk manis di bean bag-nya. "Ngapain lo di sini?" tanyanya ketus. 

Rara lantas bangun dari kasur kemudian melipat selimutnya sembari merapikan bed cover-nya yang acak-acakan. Rasanya aneh melihat Dito, kayak separuh hati ikhlas separuh laginya belum. 

"Lari yuk! Udah ditungguin bang Randy di depan."

"Males ah," Rara hendak membuka jendela kamar tepat saat Randy masuk ke kamarnya. "Lari aja sana berdua." lanjutnya dongkol.

Randy menahan tangan adiknya yang hendak menuju kamar mandi, "Berasa homo banget dong gue."

"Ya emang. Udah homo, item, dekil, kurang apalagi coba?" balasnya datar.

"Ra.." panggilnya jengah. Gadis itu menghempaskan tangan kakaknya kesal, "Iya ah iya, mau sikat gigi nih sama cuci muka. Tunggu di luar sana!"

Randy tersenyum lebar, "Asiik," Lelaki itu menoleh Dito yang sedang duduk manis sambil membaca buku di sudut kamar adiknya. "lo juga, bege! Keluar." lanjutnya berseru.

Dito mengangkat kepalanya lalu berpura-pura kaget, "Gue juga? Kirain engga." Dan setelah mengucapkan itu, remaja berjersey MU mengikuti langkah Randy keluar kamar bernuansa hitam putih itu.

***

Lelah berlari-lari mengelilingi kompleks A sampai J, ketiga remaja itu beristirahat di taman kompleks D sembari menonton permainan basket remaja kompleks sekitar. Randy dan Dito nampak berkeringat karena keduanya memang sedari tadi berlari mengelilingi kompleks sedangkan Rara nampak berjalan malas di belakangnya.  

Rara duduk menselonjorkan kaki di antara Dito dan Randy sembari mengamati permainan mereka. Kebanyakan di antara mereka seumuran dengannya dan cuma cowok-cowok lagi. 

"Gila jago banget temen-temen gue.." gumamnya sedikit kagum.

Tiba-tiba dua bola basket menggelinding ke arahnya, membuat mereka menghentikan permainannya sejenak sambil menatap ke arahnya.

"Keira buruan bawa sini bolanya!" Rara menjulurkan lidahnya mendengar seruan salah satu cowok di sana. Namanya Reynaldi Ahmad, teman seperjuangannya ketika SMP bahkan sampai sekarang walaupun keduanya berbeda sekolah. 

"Bola yang mana?" tanyanya jahil. Kemudian setelahnya terdengar seruan ambigu dari cowok-cowok lain.

"Kei.. Buruan sayang, jangan aneh aneh deh." ujarnya gemas.

Randy dan Dito terpaku mendengarnya.

"Ih, pikirannya aja yang jorok. Di depan gue kan ada 2 bola basket!" Gadis itu bersungut sembari melempar salah satu bola oranye itu dengan kasar. Kakinya melangkah menghampiri keenamnya dengan santai kemudian terlihat beradu mulut sejenak sebelum akhirnya pertandingan dimulai.

"Let the show begin!" seru salah satu cowok yang beralih menjadi wasit.

Sementara kedua lelaki yang duduk di pinggir lapangan hanya menghela nafas pasrah, kayaknya Rara lagi ada masalah. 

"Liatin adek gue tuh" kata Randy santai kemudian mengubah posisinya menjadi tiduran di pinggir rumput. "Dit, jadi di sini kan?" tanyanya tiba-tiba. 

Dito menoleh sejenak kemudian kembali memperhatikan sahabatnya, "Jadi sih, kayaknya masuk ke Unggulan deh gue."

"Lah.. kenapa gitu? Ngga sama dia dong?" Randy melirik adiknya ketika menyebut dia kepada Dito. Lelaki berwajah manis itu terkekeh mendengarnya.

"Lo tau? Cinta itu harus diperjuangin, ngga ada yang ngga mungkin di dunia ini. Masa lalu itu dikenang, bukan dilupain."

Dito menatap Randy memicing, "Iya gitu? Masa harus ngenang masa lalu sama mantan terus?"

"Iya lah, kan mantan itu manis di ingatan." balas Randy sumringah. "Oke gini, seenggaknya ngga dilupain. Dijadiin pelajaran biar ngga keulang lagi, intinya sih gitu."

Randy menoel pundah Dito yang sedikit melamun. "Gue ngga tau bang, ngelupain masa lalu itu. Ngga semudah ngebalik telapak tangan." ujarnya datar.

"Ya makanya, jangan dilupain. Dikenang aja.." Randy cekikikan sendiri.

"Bodo, gue ngomong sama lo itu ngga ada solusinya kayaknya bang. Gitu-gitu aja terus. Jadi galau nih."

Randy menepuk pundak Dito lalu bangun dari posisinya, bersamaan dengan itu Rara kembali menghampiri mereka dengan keringat bercucuran di dahi bahkan membasahi rambut kuncir kudanya.

"Aus mas.." ujarnya lemas. Tangannya memeluk pundah Randy, menjadikan tubuh jangkung kakaknya sebagai penopang.

"Kaki kamu gimana? Masih sakit?" Dito bersuara membuat Rara memutar bola matanya malas.

"Pulang bang." tukasnya seraya berbalik mendahului keduanya.

###

Seorang lelaki yang tampannya relatif, sedang berbaring di atas atap rumah. Menghitung jumlah bintang di langit yang kebetulan memenuhi langit gelap. Lngit indah dan cerah seperti suasana hatinya. 

"Ngegalau kok malem - malem. Sendirian lagi." Rara menyahut dengan gemas. Gadis itu baru saja naik begitu melihat kakaknya yang seolah nyaman dengan posisinya jadi dirinya seolah ingin merasakan. Dan ternyata benar, langit akan lebih indah bila dilihat dari dekat.

"Ya menurut kamu? Harus rame-rame gitu?" jawabnya gemas.

Rara mengangkat bahunya tak peduli, "Kali aja gitu, siapa tau kalo cowok-cowok lagi galau punya grub Line begituan."

Randy bersungut tak terima, "Emang gue cowok apaan."

"Nyelo dong bor."

"Ada gitu ngegalau rame-rame. Dipikir nonton konser apa." Randy menjepit hidung adiknya. "Sana turun ke bawah, kena omel gue juga ntar."

"Iya dong, harus! Kan kakaknya yang salah, nyontohin yang ngga bener."

Randy malas menanggapi, adiknya itu pinter ngejawab dan nyari alasan. Kadang dia berfikir kalo misalnya Rara itu cowok terus selingkuh sama cewek, si pacarnya itu pasti percaya-percaya aja sama alasan yang dibuatnya. Apalagi ekspresi wajahnya yang pinter berubah-ubah. 

"Tuh kan, ngga bisa jawab. Berarti gue bener dong, asiik.." seru Rara riang.

Randy heran, diem salah, jawab juga salah. Kan kampret.

---------

Gimana?

Revisi [4/4/17]

Continue Reading

You'll Also Like

15.8M 991K 35
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
55.1M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.βžβ–«not an...
96.9K 18.5K 52
🍁Teen Lit - Fantasy - Minor Romance🍁 [ Pemenang Wattys 2021 - Fantasy ] Sebagai anak terlantar, aku cukup optimis. Aku tidak tau kenapa, tapi aku s...