AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow...

By MAlfharizy

20.4K 1K 410

Kalian tahu anime Date A Live? Cerita ini terinspirasi dari anime tersebut. Aku harap kalian suka. Terima kas... More

BAGIAN PEMBUKAAN
BAGIAN PERTAMA: SAMURAI
BAGIAN KEDUA: MENCIUMNYA ATAU DUNIA HANCUR?
BAGIAN KETIGA: BENARKAH INI?
BAGIAN KELIMA: DUA ORANG YANG BEDA SIFAT?
BAGIAN KEENAM: ARTIS ATAU GADIS LUGU?
BAGIAN KETUJUH: GADIS KECIL BUTA
BAGIAN KEDELAPAN: BICARALAH DENGANKU
BAGIAN KESEMBILAN: KEBENARAN DARI MIMPI?
BAGIAN KESEPULUH: PEMBUNUH FIKSI?
BAGIAN KESEBELAS: KENCAN DENGAN ADIKKU?
BAGIAN KEDUA BELAS: GADIS ITU?
BAGIAN PENYELESAIAN: AKU CINTA KAU!
BAGIAN SPESIAL: FAKTA BARU
Ucapan terima kasihku
BAGIAN PERTAMA S2: PERUBAHAN YUKIMURA
BAGIAN KEDUA S2: TAHAN EMOSI
BAGIAN KETIGA S2: RENCANA YANG TERTUNDA
BAGIAN KEEMPAT S2: NINJAKU
BAGIAN KELIMA S2: TELEPORT
BAGIAN KEENAM S2: TEMPAT ASING
BAGIAN KETUJUH S2: MENYAMAR
BAGIAN KEDELAPAN S2: MELINDUNGI
BAGIAN KESEMBILAN S2: BERBAUR

BAGIAN KEEMPAT: GADIS BAIK

1K 62 20
By MAlfharizy

Sekarang benar-benar bingung, bingung sekali. Apa yang kulihat sekarang ini bukanlah mimpi, kan? Mimpi atau bukan, kurasa lebih masuk akal ini bukan mimpi. Kelas kami kedatangan murid baru, dan kalian pasti tahu siapa dia, yaitu Yukimura. Bagiku, Yukimura menjadi murid baru bukanlah masalah, tapi yang bermasalah adalah murid satunya lagi. Yaitu perempuan yang kemarin membuat Yukimura berubah sifat dengan suntikan.

"Namaku Ran Origami, salam kenal, semuanya. Semoga kita bisa berteman dengan baik." Semua murid laki-laki bersorak mengagumi kecantikan mereka. Lalu, dia melihat ke arahku. "Genoji-kun!" Dia melambaikan tangannya dan memasang senyumannya. Semua murid laki-laki, langsung menatap tajam ke arahku, dan aku sedikit mendengar mereka seperti mengutukku.

Setelah perkenalan kedua murid baru. Bu guru menyuruh mereka untuk duduk di belakang. Yukimura berjalan menuju bangku yang di belakangku. Tapi, Origami-san berjalan ke arah kursi yang di sampingku, yang sudah ditempati. Entah kenapa, murid yang duduk di sana mempersilahkan Origami-san untuk duduk.

Pelajaran pun dimulai, bu guru menyuruh untuk membuka halaman buku matematika. Sesaat aku membuka buku, bangku Origami-san dia satukan dengan bangkuku. Sekarang kami duduk berdekatan. Aku melihat ke arahnya, dan dia memasang wajah senyum manis.

Setelah pelajaran selesai, dan guru sudah keluar. Semua murid laki-laki menghampiri kedua murid baru. Entah apa yang mereka katakan, tapi aku sedikit mendengar tentang penawaran mengajak untuk berkeliling sekolah. Dan entah kenapa, mereka semua yang berkumpul di bangku Origami-san, berbalik dan langsung menatapku dengan tajam. Origami-san berdiri, dan menghampiriku yang sedang mengobrol dengan Itsuka.

"Genoji-kun, bisakah kau menemaniku berkeliling sekolah ini?"

"Aku?"

"Apa yang kau rencanakan, Origami!?" bentak Yukimura. Tanpa kusadari, dia sudah berdiri di samping Origami-san.

"Jangan berburuk sangka, Suzuki-san. Aku hanya meminta dia menemaniku berkeliling sekolah."

"Kalau begitu, aku juga, Genoji!"

"Kamu cemburu, ya?"

"Ti-Tidak! Aku tidak cemburu!!?"

Akhirnya, aku menemani mereka berdua untuk mengelilingi sekolah. Semua murid yang kami lewati di lorong, menatapku dengan aneh. Wajar saja, karena lenganku sedang dipeluk oleh Origami-san. Bahkan aku bisa merasakan "buah"-nya. Sedangkan Yukimura, aku melihat dia seperti ingin membunuhku.

"O-Ori..."

"Panggil aku Ran-chan."

"O..." Dia menatapku dengan tajam. "Ran-chan..."

"Iya?"

"Bisakah kau melepaskan pelukanmu?"

"Tidak."

Aku hanya menghela napas. Jujur, aku senang. Tapi, tatapan mereka sangat mengganggu, ditambah Yukimura memasang wajah ingin membunuhku. Akhirnya aku hanya pasrah, dan kalau mungkin aku akan dibunuh oleh Yukimura, aku hanya pasrah.

Ori... Maksudku, Ran-chan. Dia bersikap aneh lagi. Setelah kami berkeliling sekolah, dia selalu menempel kepadaku. Saat kami makan siang, dia berulah dengan menyuapiku. Dan gara-gara tingkah dia, aku selalu mendapatkan kutukan dari seluruh siswa di kelas.

"Sekarang, kita kencan."

"Hah?"

"K-e-n-c-a-n."

"Aku tahu apa yang kau katakan. Yang tidak aku mengerti, kenapa tiba-tiba mengajak kencan?"

"Memangnya tidak boleh?"

"Bukan tidak boleh... Hanya saja..."

"Kalau begitu, aku tunggu di gerbang!" Dia langsung berlari meninggalkanku.

Mungkin, kalian penasaran. Dimana kedua wanita yang selalu bersamaku? Jawabannya, Aya-chan meminta tolong kepada Yukimura untuk membantu membawakan bahan makan malam. Dan sekarang, aku sedang berjalan menuju ruang guru untuk menyimpan buku tugas di meja wali kelas kami.

Sesampainya di ruang guru, seorang gadis kecil... Tapi jangan salah, dia wali kelasku, dan umurnya sudah dua puluh tiga tahun. Dia berpakaian gaun anak kecil berwarna merah muda dengan roknya selutut, rambut merah muda, mata coklat, dan berkulit putih. Sekarang dia sedang duduk... Maksudku, berdiri, sambil membereskan kertas-kertas di atas mejanya.

"Ini tugasnya, Tsugumi-se..."

"Tsugumi-chan!"

"Tsugumi-chan... ini tugasnya."

"Terima kasih, Genoji-kun."

"Kalau begitu, saya pe..."

"Tunggu dulu! Genoji-kun, besok kau tidak ada acara?"

"Entahlah..."

"Bagus kalau begitu, besok temani aku belanja, ya?"

"Sudah kubilang, entahlah. Saya permisi."

Dia adalah guru yang selalu menyayangiku. Saking sayangnya, dari aku SMP kelas satu, sampai sekarang. Dia menjadi wali kelas di kelasku. Awalnya dia bukan bekerja di sekolah ini, melainkan sekolah di SMP-ku. Dan entah kenapa, dia pindah ke sini dan menjadi wali kelasku lagi. Jangan tertipu, dia bersikap begitu hanya saat tidak ada yang melihat. Tapi, di kelas dia guru yang tegas. Ada yang berani tidak fokus dengan pelajarannya, lari sepuluh keliling didapatkan. Ada yang menyindir tentang tingginya, dua puluh keliling jalan bebek didapatkan. Ada yang bilang dia masih jomblo, nyawa yang jadi taruhan.

Baiklah, kesampingkan tentang Tsugumi-se... Tsugumi-chan. Sekarang, masalahnya adalah kencan dengan Ran-chan. Kemungkinan, kalau aku berkencan dengan Ran-chan sekarang. Makan malam special buatan Aya-chan akan lenyap, dan mendapatkan tendangan Yukimura sebagai penggantinya.

Lalu, ada panggilan masuk. "Ada apa, Itsuka?"

"Kau harus terima kencannya."

"Oi, kau menguping, ya?!"

"Tidak, hanya tidak sengaja mendengar."

"Sama saja... Memangnya kenapa aku harus menerima tawarannya?"

"Dia adalah salah satu Fiksi juga."

"Benarkah? Tapi... yang kuketahui, dia tidak memiliki kekuatan special?"

"Dia punya, hampir sama dengan Yukimura. Dia bisa memanggil roh robot samurai."

"Bisa dibilang, tengu versi modern?"

"Kurang lebih. Jadi, bersiaplah untuk kencannya!"

Sekarang aku dan Ran-chan sedang berjalan menuju kota. "Kita akan kemana?"

"Eto..."

"Baiklah, tunjukkan pilihannya!" teriak Itsuka. Seperti yang mungkin kalian tahu, Itsuka akan memberikan beberapa pilihan. Sekarang, pilihan pertama, pergi ke taman. Kedua, tempat game. Ketiga, hotel cinta. Tunggu dulu! Kenapa harus ada pilihan hotel cinta?!! Mereka, para pekerja, para ahli cinta, dan master game galge, akan mengirimkan pilihan mereka. "Ouka, kedua." Untung bukan ketiga.

"Kita pergi ke tempat game."

Dia hanya mengangguk. Aku baru sadar, dia cantik juga, kalau aku tidak dapat kesan dia jahat. Sebenarnya, kurasa dia tidak jahat. Hanya karena dia punya dendam, bukan berarti dia jahat, kan? Kalau dia memang jahat, kenapa dia bersikap manis kepadaku? Malah, aku pikir yang jahat di sini adalah Yukimura, karena selalu menyiksaku... Setidaknya itu menurut pikiranku, beda dengan perasaanku.

"Genoji-kun, aku mau ini!" Dia sudah berdiri di depan mesin pengambil boneka. Dia menunjuk ke boneka beruang coklat kecil.

"Maaf, tapi itu tidak mu..."

"Apa yang akan kau katakan?!" teriak Itsuka. "Seharusnya kau berjuang!"

"Tentu saja itu mustahil. Kau tahu, kan? Mesin ini dirancang hanya untuk menghabiskan uang?" Dari yang aku tahu, semua mesin game seperti ini memang menguras uang. Aku pernah menghabiskan dua puluh koin atau lima ratus yen. Apa yang kudapat? Hanya penyesalan.

"Cobalah dulu."

"Hahh... Baiklah." Aku melihat ke arah Ran-chan yang sedari tadi bingung, karena aku bicara sendiri. "Akan kubawakan."

Aku memasukan dua coin, menggerakan mesinnya. Aku menggerakkannya ke atas boneka yang dimaksud Ran-chan. Setelah sampai di atasnya, aku menekan tombolnya. Dan... Gagal.

"Ternyata memang mu..." Aku langsung mendapatkan pemandangan wajah memelas versi Ran-chan. Sekarang aku merasakan detak jantungku yang kencang. Dia memang tidak secantik Aya-chan, tapi tetap saja aku ini laki-laki. "Akan kucoba lagi." Lalu wajahnya berubah menjadi senyuman.

Aku memasukan dua coin lagi. Aku diam dulu sebentar, karena tadi sempat terlintas sebuah ide... Oh iya, aku pernah melihatnya di TV. Aku menutup mata, menggerakan mesinnya sambil bilang "Jadi mesin... Jadi mesin..." Walau meragukan, setidaknya aku sudah berusaha. Aku mendengar suara mesin pencapitnya bergerak, dan sekiranya filling-ku tepat. "Sekarang!" Aku menekan tombol untuk mencapit boneka, tentu mataku masih tertutup. Sekarang adalah saat penentuan.

"Genoji-kun, kau hebat!" Hah? Ada apa dengan pujiannya? Apa jangan-jangan...

"Horeeee!!" Aku meloncat senang, karena berhasil mendapatkan boneka, dan itu adalah boneka yang dimaksud Ran-chan.

Jangan salah paham, aku senang bukan karena berhasil memenuhi harapan Ran-chan. Tapi, aku senang akhirnya bisa mengalahkan mesin menyebalkan ini. Dan kalau terjadi lagi, aku akan memberikan boneka kesukaan Aya-chan saat kencan nanti... Itu pun kalau terjadi...

"Terima kasih, Genoji-kun!" Dia memasang wajah senyumnya lagi.

Dia memang terlihat sangat cantik sekali, tapi dibalik senyum senangku ini, ada yang mengganjal...

Setelah itu, kami memainkan semua game yang berpasangan. Misalnya, game yang membuat kita menari mengijak tombol, dan sebagainya. Hari mulai gelap, dan kunjungan terakhirnya adalah...

"Genoji-kun, ayo masuk."

"Ta-Tapi..."

"Sudah, ayo cepat!" Dia menarik lenganku. Sekali lagi, aku merasakan "buah"-nya.

Kami sekarang berada di dalam mesin foto. Ini pertama kalinya aku berfoto berdua dengan gadis, dan sedekat ini. Lenganku dipeluk, tubuhku sedikit membungkuk, dan kepalaku dengannya berdekatan.

Kami pun keluar, mengambil hasilnya. "Wahhh! Genoji-kun, kau terlihat sangat lucu." Lucu dimana? Aku hanya memasang wajah kaget, mungkin tepatnya kelihatan konyol. "Ini, untukmu." Hasil fotonya ada dua dengan ukuran yang tidak terlalu besar ataupun kecil. Dia memberikan satu untukku.

"I-Iya."

Akhirnya, kami berjalan pulang. Tapi, sebelum itu, dia mengajakku ke taman. Katanya, ada sesuatu yang ingin dikatakan.

"Genoji-kun, kelihatannya kau tidak senang."

"Ma-Masa... Aku senang, kok!"

"Bohong, aku melihat tatapan matamu tidak terlihat senang. Apa karena aku tidak secantik Yukimura? Atau..."

"Bukan! Bukan karena itu... Kau sangat cantik, karena kecantikanmu itulah yang membuat para pria mengutukku."

"Lalu, kenapa?"

"Aku merasa... Aku merasa sikapmu itu tidak natural. Memang aku sangat suka dengan wanita yang bersikap manis, dan bukan menyeramkan seperti Yukimura... Hanya saja, aku juga tidak nyaman melihat wanita yang berpura-pura..."

"Jadi, kau tidak menyukaiku?" Dia menundukkan kepalanya.

"Bu-Bukan begitu..."

"Memangnya apa salahnya bersikap baik!!" Dia langsung berlari menjauhiku.

Sekilas, aku melihat matanya mengeluarkan air mata kesedihan yang mendalam. Aku tahu itu, karena aku pernah melihatnya. "Apa yang kau lakukan, Ouka!!? Cepat kejar dia!"

"Maaf!" Aku langsung mengejarnya.

Aku kehilangan jejaknya. Akhirnya aku berteriak memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Lalu, sebuah panggilan masuk dari handphoneku. Itu dari Aya-chan.

"Geno-kun, kau ada dimana? Makan malamnya..."

"Maaf, Aya-chan. Aku harus mengurusi masalahku dulu!"

"Tu..." Aku menutup teleponnya.

Aku kembali mencarinya, terus mencarinya di setiap sudut taman ini. Lalu, aku memutuskan mencarinya di dalam hutannya. Dan aku mendengar suara tangisan seorang wanita. "Ran-chan!" Aku langsung berlari ke arah suara tangisan itu.

Ternyata benar, itu dari Ran-chan. Tapi... Ada yang aneh... Ada sebuah robot besar dengan pedang besar. Dan Ran-chan, dia berdiri dengan tatapan kosong seperti Yukimura saat mengamuk. Robot besar itu menyadari keberadaanku, dan menyerangku.

"Awas!" Seseorang menyelamatkanku dengan mendorongku.

Aku terjatuh di tanah, bersama dengan orang yang menyelamatkanku. "Yu-Yukimura, kenapa kau ada di sini?!"

"Jangan salah sangka, aku bukan mencarimu, tapi kebetulan melihatmu saat pulang dari belanja!"

Jelas itu bohong. Tadi Aya-chan meneloponku, dan mengatakan makan malamnya sudah siap. Berarti mereka berdua sudah sampai di rumahku. Dengan kata lain, perkataannya dan kenyataannya berbeda. Benar-benar tsundere. "Terima kasih."

"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi?"

"Nanti saja penjelasannya. Sekarang kita harus menyelamatkan Ran-chan."

"Kita? Aku tidak sudi menolong wanita itu!"

"Yukimura, aku tahu kau dendam kepadanya. Tapi, kalau tidak diselamatkan. Robot itu akan semakin mengamuk, dan akan menyerang kota."

Dia hanya memandangku dengan tatapan tajam, dan aku pun membalas dengan tatapan serius. "Baiklah, tapi bukan berarti aku menyelamatkannya untukmu! Jangan salah paham!"

"Aku tahu itu."

Tanpa kami sadari, robot itu sudah ada di dekat kami. Dan secara refleks, aku memanggil senjata Yukimura untuk menahan serangannya. "Ba-Bagaimana kau..."

"Penjelasannya nanti saja! Apa kau bisa mengalihkan perhatiannya? Aku harus mendekati Ran-chan."

"Bi-Bisa, tapi jangan lama-lama."

"Baiklah." Aku mengayunkan pedangku dengan percaya dirinya. Ternyata berhasil membuat dia terdorong mundur beberapa langkah. "Ini!" Aku melemparkan katana merah itu kepada Yukimura.

Setelah menerimanya, Yukimura langsung meloncat menyerang robot itu. Ternyata berhasil mengenainya, walau tidak berdampak banyak. Robot itu mengubah targetnya, dan Yukimura berlari menjauhkan robot itu. Kesempatan ini aku ambil untuk mendekati Ran-chan.

"Ran-chan!" Aku sudah ada di depannya. Aku baru sadar, di sekelilingnya ada udara berwarna ungu yang kelihatannya cukup berbahaya kalau aku memasukinya. Tapi, aku memaksa memasukinya. Ternyata benar, udara ungu ini membuat tubuhku seperti tersengat listrik. Aku kesulitan menggerakan kaki ini. "Ran-chan, aku bukan tidak suka dengan sikapmu itu! Hanya saja... Aku hanya ingin menerimamu apa adanya! Aku ingin berteman denganmu karena bisa menerima sifatmu yang sebenarnya! Bukan sifat yang kau buat-buat!"

Tiba-tiba, air matanya keluar dari mata tatapan kosongnya. "Se...Se-Selamatkan aku... Ge-Genoji-kun."

"Tentu saja!!" Aku memaksakan kakiku untuk melompat ke arahnya. Dan perlu kalian tahu saja, kakiku buntung, dua-duannya. Aku berhasil memeluknya, dan menciumnya. Seperti sebelumnya, sinar putih menyelimuti tubuh Ran-chan. Dan dia telanjang bulat. Karena aku tidak punya kaki untuk menjauh darinya, aku hanya mengangkat tubuhku dengan tanganku ini. Sekarang aku bisa melihat wajah tidurnya yang cantik, dan "buah"-nya yang mengkilap. Aku berusaha menutup mata, tapi insting laki-lakiku terlalu kuat.

"Serangga tengik, kau sedang melihat apa?" Aku merasakan Yukimura sudah ada di sampingku.

"I-I-Itu..."

"HENTAIII!!" Aku melihat dia melancarkan tendangannya.

"AAAAA!!"

***

Setelah kejadian itu, anak buah Itsuka, tentu yang perempuan, membawa Ran-chan untuk diperiksa. Sekarang kakiku kembali lagi. Tapi, aku tidak bisa senang. Aku harus mendapatkan tatapan tajam dari Yukimura yang sedang duduk dengan kedua lututnya, meminta penjelasan. Akhirnya aku menceritakan semua yang sebelumnya kuceritakan kepada Aya-chan, dan tentu karena sudah dapat izin dari Itsuka.

"Begitu, ya..." Dengan wajah tenang, dia meninggalkanku yang sedari tadi sedang duduk dengan kedua lututku.

Lalu datang bidadariku. "Geno-kun, kau belum makan, kan?" Dia duduk di depanku.

"I-Iya." Dia menaruh makanan itu di depanku. "Terima kasih, Aya-chan. Kau memang sangat baik sekali!"

"I-Ini bukan apa-apa... Justru yang baik itu kamu, kamu rela tidak makan demi menyelamatkan Ran-san. Padahal kau tahu kalau telat hadir, kau tidak akan dapat makanan."

"Be-Begitu, ya... Terima kasih..." Ahhhh, senang sekali mendapatkan pujian dari bidadari ini. Mungkin aku bisa mati senang sekarang. Tapi, aku belum mau mati. Karena kesenangaku tidak boleh berakhir dulu. "Selamat makan!" Aku memakan makanannya, dengan ditemani pemandangan senyuman bidadari.

Setelah selesai makan. Aya-chan membawakan peralatan makannya untuk dicuci, padahal aku ingin membersihkannya sendiri. Tapi, dia merasa kasihan karena aku pasti capek, dan tentu saja aku tidak akan menolak bantuan dari bidadari.

Sekarang aku berada di ruang tamu, sebenarnya aku sedang mencari Yukimura, dan kebetulan dia ada di sana sedang berdiri memandangi langit malam dari jendela. "Yu-Yukimura."

"Apa?" Pandangannya masih tertuju ke luar.

"Te-Terima kasih atas bantuanmu tadi."

"Sama-sama." Sedikit menyakitkan sih dijawab dengan nada sinis, tapi setidaknya aku sudah berterima kasih.

"Genoji-kunnn!!" Tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang memelukku dari belakang. Ternyata itu Ran-chan.

"Ra-Ran-chan, kenapa kau ada di sini?"

"Heheheh, mulai sekarang aku tinggal di sini."

"Hahh?!" Lho, kenapa ada yang aneh, ya?

"Genoji-kun, terima kasih, ya, kau sudah menyelamatkanku. Dan, maaf aku salah sangka, padahal kau bermaksud ingin menerimaku apa adanya. Kupikir kau membenciku."

"Mana mungkin aku membencimu, walau kau pernah ingin membunuhku, tapi... Tunggu dulu, kau ingat kejadian tadi?"

"Tentu saja! Mana mungkin aku bisa melupakan kejadian itu, bahkan aku selalu ingat saat kau menciumku."

"Eh?" Bukankah seharusnya dia lupa seperti Yukimura... Jangan-jangan dia berbohong tentang lupanya itu? Entah kenapa, aku langsung mengalihkan perhatianku kepada Yukimura. Dan, pasti kalian sudah menduganya. Dia sekarang menatapku dengan wajah merahnya, dan mulutnya terbuka. Dan tiba-tiba, dia memasang wajah yang bersiap untuk meneriakan sesuatu.

"CEPAT LUPAKAN ITU!!" Dia meloncat untuk meluncurkan tendanganya.

"AAAAA!!"


Continue Reading

You'll Also Like

242K 19.9K 44
⚠️SLOW UPDATE ⚠️ Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan...
2.8M 265K 78
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
373K 43.1K 55
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...
9.8M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...