Not My Fault (Complete)

By Denz91

911K 42.1K 2.3K

Warning: 18+ hanya untuk 18 tahun ke atas! Baca cerita Je "Taime Milan" dulu. *** Bukan salahku jika kamu dat... More

1. First Time
2. Morning Kiss
3. Breakfast
4. First Night
5. Surprise
6. Your Body
7. I Love You
8. Wait
9.Don't Leave Me!
10. Sick
11. What Happen with You?
13. Wedding
14. I Love You, Husband
15. New Life
16. All Time-End
- Mebarak Stories -

12. Norwich

35.3K 2.5K 249
By Denz91

"Ha..halo Kak, Alicia?"

"Halo Tania, ada apa dengan Alicia? Kenapa berisik sekali."

"Ak... Ku hiks." suara Tania terputus-putus tidak jelas.

"Tania, katakan sesuatu?"

"Alicia pingsan. Kami sedang berbelanja di Mall dan tiba-tiba ia pingsan "

"Lalu sekarang dimana kalian?"

"Perjalanan menuju rumah sakit."

"Baiklah. Kakak akan menyusul kalian."

***

Ambulan berhenti di depan rumah sakit tempat Alice dan Tania bekerja. Beberapa Perawat langsung berdatangan membantu petugas Ambulan mendorong Alice menuju UGD. Disana sudah ada Dokter Gaby yang menunggu. Tania ikut masuk ke dalam ruang UGD mendampingi Dokter Gaby.

Dokter Gaby memeriksa keadaan Alice dan ia menemukan sesuatu yang aneh.

"Suster Tania tolong panggilkan Dokter Hendri. Saya membutuhkan bantuan beliau."

"Baik Dokter."

Tania mempercepat jalannya mencari ke ruangan Dokter Hendri. Ia tak peduli bila kakinya akan putus demi menolong sahabatnya.

Tok Tok Tok

"Dokter Hendri, permisi. Saya disuruh oleh Dokter Gaby memanggil anda menuju ruang UGD."

"Ada apa?" Dokter Hendri bangkit dari kursi kerjanya lalu mengikuti langkah Tania menuju ruang UGD.

"Mari Dokter, silahkan " Tania membuka pintu ruang UGD mempersilahkan Dokter Hendri bergabung dengan Dokter Gaby melakukan pemeriksaan pada sahabatnya, Alice.

***

"Makanlah." Tania sudah mengupas sebuah Apel dan memotongnya kecil lalu menaruhnya di atas piring.

"Aku akan kembali ke Norwich." jawab Alice sekenanya. Alice berdiri di depan kaca putih besar yang menjadi dinding utama ruang perawatan Alice. Pemandangan diluar ruangan itu membuat pikiran Alice sedikit lebih tenang meski ia tak berhenti memikirkan kehidupan lain di dalam dirinya.

"Tidak boleh! Kamu akan tetap disini. Ku mohon jangan pergi. Aku akan menjagamu Alicia." tetesan air mata Tania membuat Alice ikut menangis. Diraihnya tubuh Tania dan dipeluk erat-erat hingga kedua napas mereka terasa sesak. Mereka berpelukan seperti ini adalah pelukan terakhir atau bisa dikatakan pelukan perpisahan.

"Kamu sangat baik padaku Taniaaa. hiks. Kamu Sahabat terbaik yang pernah ku miliki. Hiks."

"Aku."

Mereka tak bisa berkata apa-apa lagi hanya sebuah pelukan dengan derai air mata yang berjatuhan begitu saja yang bisa mereka lakukan.

Cklek.

"Jangan pergi Alicia." suara lembut namun tegas terdengar di kedua telinga mereka. Alice dan Tania pun melepas pelukannya dan menghapus air mata mereka dengan cepat.

"Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi di Indonesia Kak Velo. Aku tak ingin mengatakan jika Indonesia adalah sebuah kesalahan besar untukku. Tidak ingin sama sekali. Yang aku rasakan adalah kebahagiaan yang bercampur kesedihan."

"Aku akan mencarinya untukmu. Percayalah padaku."

"Tidak untuk kali ini Kak. Ku mohon berhentilah membuatku semakin menderita. Cukup ia menyakitiku seperti ini. Jangan Kakak. Karena di mataku, Kakak adalah lelaki yang sempurna."

"Kamu mencintainya bukan?"

Alice menggelengkan kepalanya lemah. Tapi senyumnya tidak juga pudar. "Cintaku sudah musnah Kak. Pergi bersama dia yang juga telah menganggapku musnah."

"Norwich tidak akan membuatmu jauh lebih baik Alicia." suara seorang perempuan terdengar sangat lembut di telinga Alice. Ya dia Alena Mebarak. Alena muncul dari balik pintu. Selama ini memang Alena tidak ingin memihak Andres atau Alice. Tapi dengan kejadian ini , Alena sepakat berdiri di posisi yang sama dengan Kakak keduanya, Avelo.

"Norwich adalah tempat asalku. Disana, aku bisa membesarkannya tanpa ada cemooh dari orang di sekitarku."

"Papa dan Mama tidak akan membiarkan dirimu pergi." kecam Alena. Perempuan satu-satunya keturunan Milan dan Viola itu mendekati Alice lalu memeluknya erat.

Tangis Alena tidak bisa ditahan lagi. Kelakuan buruk adiknya tak bisa terhindarkan. Alena merasa bodoh karena mendidik satu adik saja ia tak bisa.

"Jangan mengatakan apapun kepada Tuan dan Nyonya Emiliano Mebarak. Ku mohon biarkan aku pergi." tegas Alice. Alena pun melepas pelukan Alice dan menatap tak percaya kepada Alice.

"I don't have a choices. Aku harus pergi."

"Kak?" Rasanya Alena tak mampu lagi membujuk keteguhan hati Alice. Ia menolehkan kepalanya ke belakang meminta bantuan Avelo untuk meyakinkan Alice.

Alena memundurkan tubuhnya dan memberikan ruang untuk Avelo mendekat kepada Alice. Kedua mata mereka bertemu. Belum juga Avelo berbicara apapun, Alice sudah mendahuluinya untuk berbicara.

"Jangan melakukan apapun lagi Kak. Sudah cukup semua yang Kakak lakukan untukku. Kakak sangat baik dan ku mohon berhentilah membujukku. Aku tidak akan disini. Norwich adalah hidupku selanjutnya."

Jelas. Kalimat-kalimat Alice memang keluar begitu saja dari bibirnya. Mendadak Avelo kehilangan akal sehatnya. Satu kata pun tak bisa ia ucapkan untuk sekedar bicara pada gadis di depannya saat ini.

"Jangan membujukku. Please." Alice menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian ia menatap wajah Avelo kembali. Memperdalam tatapannya dan Alice bisa melihat hanya pancaran kesedihan dimata lelaki tampan yang sedang berdiri di depannya saat ini.

"Will you marry me?"

***

Tania mendorong kursi roda milik Alice menuju taman yang berada di tengah rumah sakit. Memang Tania sengaja membawa Alice menuju taman agar sahabatnya itu bisa berpikir tenang setelah apa yang terjadi beberapa hari ini.

"Aku bawa Roti Gandum, kamu mau?" Tania mengulurkan kantong plastik yang berisi Roti Gandum untuk Alice. Dengan senang hati Alice menerimanya lalu membuka dan langsung memakannya penuh perasaan bahagia.

"Enak?" tanya Tania kemudian.

"Banget. Beli dimana?"

"Beli di kantin rumah sakit. Habiskan ya. Biar kenyang. Yang makan kan bukan satu orang lagi." canda Tania dibalas pukulan ringan di lengan Tania hadiah dari Alice.

"Kamu bisa saja."

"Oh ya, bagaimana lamaran Kak Velo?"

Mendengar nama Avelo membuat Alice semakin sedih. Ia tak percaya ketika Avelo mengatakan hal itu kepadanya. Alice merasa hanya rasa iba yang keluar dari bibirnya. Avelo tak pernah mencintainya. Berkali-kali Avelo mengatakan padanya jika ia menyayangi dirinya seperti ia menyayangi Alena. Itu memang benar. Jadi, Alice menarik sebuah kesimpulan jika Avelo hanya menggodanya. Tidak ada kesungguhan. Mana mungkin ada seorang lelaki yang mau memakan getah nya setika ia tak sedikitpun mencicipi Buahnya. Tidak-tidak. Avelo hanya bercanda.

"Tidak. Jangan bahas mengenai dirinya."

"Kenapa? Bukankah ia sangat baik?"

"Tidak Tania. Aku tidak bisa. Bukan dia yang seharusnya berkorban demi diriku dan demi kehidupan masa depanku. Ia tidak boleh menjadikan masa depannya yang indah menjadi suram hanya karena ku. Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika semua itu terjadi padanya."

"Ya baiklah. Aku mengerti maksudmu. Beberapa hari ini ia tidak menjengukmu karena ia takut kamu marah sebab ia sudah mengatakan kalimat magic itu kepadamu. Tapi ia selalu intens menghubungiku menanyakan kabarmu. Dia begitu khawatir dengan mu Alicia."

"Tania, stop it! aku lelah Tania. Aku mau sendiri."

"Maaf."

Tania merasa bersalah dengan membicarakan Avelo disaat mereka sedang bersama di taman. Tania pun pergi meninggalkan Alice sendiri. Gadis itu memejamkan matanya menikmati udara sejuk taman sore ini. Tapi entah perasaannya saja atau halusinasinya, seseorang melangkahkan kaki ke arahnya dan duduk di bangku tepat di depannya.

"Selamat sore?"

Alice membuka matanya pelan dan apa yang ia dapatkan sekarang? Pemuda yang terlihat sangat baik yang membuat segalanya menjadi hancur berantakan. Bisa dibilang pemuda itu awal dari sebuah kehancuran impian indahnya dimasa depan.

"Maaf." ucapnya. Kata pertama yang bisa keluar dari bibir Pemuda itu hanya 'maaf'. Wajah tampan pemuda itu membuatnya enggan berlama-lama berada di taman ini. Alice menggunakan dua tangannya untuk memutar roda pada kursi rodanya meninggalkan pemuda tersebut.

"Aliciaaa... tunggu!" Pemuda itu menghentikan gerakan tangan Alice mendorong kursi rodanya menjauh dari si pemuda tersebut.

"Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi Dokter-emhh Deval?"

"Aku sudah mendengarnya dari Dokter Emmy. Aku ... akan bertanggung jawab." Alice hanya terkekeh mendengar ucapan Deval. Gadis itu melepas pegangan tangan Deval pada kursi rodanya.

"Kenapa tertawa?" Deval kebingungan.

"Hahaha." Alice kembali tertawa. Tawanya terdengar begitu renyah sehingga membuat Deval terdiam di tempatnya.

"Tidak usah merasa bersalah seperti itu Dokter. Aku tidak akan menghukum dirimu seperti anak SD yang melakukan kesalahan sehingga Guru nya harus memberi hukuman. Sudahlah lupakan semua yang telah terjadi. Toh kamu benar kan , jika kita sama-sama mabuk malam itu. Tidak ada dari kita yang mampu mencegah hal itu. Dan satu lagi--"

"Apa?"

"Tidak perlu ada pertanggung jawaban darimu Dokter. Aku baik-baik saja tanpamu atau tanpa laki-laki manapun. Karena aku tahu dengan jelas siapa lelaki yang seharusnya bertanggung jawab padaku. Yang jelas bukan dirimu." suara Alice terdengar meyakinkan tapi tidak membuat Deval percaya sedikitpun. Bagaimana bisa?

"Siapa lelaki itu Alicia?"

"Hanya aku yang tahu. Kamu tidak perlu tahu. Sudahlah, biarkan aku pergi. Jangan mengganggu ku lagi Dokter. Ku mohon sekali ini saja, lupakan diriku selamanya. Biarkan aku tenang menjalani hariku ke depannya. Meski Dokter adalah sebuah kehancuran untukku, Aku sudah memafkan dirimu. Sudah tidak ada amarah lagi untukmu."

"Mana bisa begitu? Aku menghancurkan hidupmu. Menghancurkan hubunganmu dengan Andres dan dengan besar hati kau memafkanku. Ini tidak lucu Alicia." Deval berdecak pinggang di depan Alicia. Ia masih tak percaya jika Alice begitu baik memafkan semua kesalahannya.

"Aku tidak sedang melawak ... "

" Aku tahu. Tapi ini sulit dipercaya "

Mau tak mau , Alice bangkit dari kursi rodanya untuk meyakinkan Deval jika dirinya baik - baik saja meski berkali - kali ia mengalami tekanan batin yang hebat.

" Lihat diriku Dokter ??" Alice memutar - mutar tubuhnya menunjukkan pada Deval jika ia dalam keadaan yang baik meski tak sepenuhnya. Alice menahan dirinya agat tetap kuat berdiri meski ia sedikit merintih karena tubuhnya masih lemas.

" Kamu tidak baik - baik saja" Deval memperhatikan Alice yang mencoba untuk menunjukan dirinya yang pada kenyataannya lemah menjadi kuat. " Aku akan mengantarmu" Deval memaksa Alice duduk kembali ke kursi rodanya dan dengan gerakan yang cepat, Deval mendorong kursi roda itu sampai ruang perawatan Alice.

Di dalam ruang perawatan Alice sudah ada Tania yang menunggu Alice kembali. Ia masih merasa tak enak dengan Alice karena pertengkaran kecil mereka di taman tadi.

" Dokter, ada apa?" Tania menghampiri Alice dan mengambil alih Alice dari kuasa Deval.

" Jangan membiarkannya sendiri di taman. Ia masih butuh banyak Istirahat. "

" Saya mengerti, Maafkan saya Dokter Deval "

" Tidak perlu meminta maaf. Saya hanya tidak ingin membiarkan Dokter Alicia semakin sakit. Permisi... "

Deval keluar dari ruang perawatan Alice. Namun saat pintu terbuka, Deval mendapati seorang yang mungkin sangat dirindukan oleh Alice.

" Mencoba merayunya kembali hm ?? ." desis lelaki itu kepada Deval.

" Aku tidak pernah merayunya. Aku bukan dirimu yang gemar merayu setiap wanita" kilatan mata Deval begitu tajam menusuk.

Deval menggelengkan kepalanya lalu beranjak pergi meninggalkan lelaki itu di depan ruang perawatan Alice. Lelaki itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Alice. Awalnya ia hanya diam, namun ketika ia melihat Alice terbaring tak berdaya di atas ranjang membuat hatinya bergetar. Alice sedang sekarat.

" Siapa Ayah bayi itu?" suaranya menggelegar membuat Tania dan Alice mengarahkan pandangan kepada sang pemilik suara.

***

tbc

Continue Reading

You'll Also Like

40K 1.4K 34
21+ AREA DEWASA DI BAWAH UMUR MENYINGKIR NOVEL INI SUDAH TAMAT Kepala Rama semakin dekat, hingga ia merasakan aroma cengkeh dari pernafasan Rama. Per...
369K 19.8K 33
Rhaline trauma untuk menikah namun desakan dari keluarganya membuat ia terpaksa harus menikah dengan pria yang ia kenal manja sejak kecil. Althareza...
42K 2.4K 13
Perkenalkan Namaku adalah James aku masih anak kuliahan tetapi sudah mempunyai tunangan keluargaku bisa dibilang cukup kaya, sedangkan tunanganku ben...
15K 830 45
[Mature Content] age gap relationship