Hold Me Tight

By doublemeen

101K 7.8K 509

Pesta Reuni itu adalah satu kekeliruan dalam hidupnya. Kesalahan besar yang harusnya tidak ia lakukan. Kesala... More

1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18.
19. Home ➖Bonus

8

4.3K 401 26
By doublemeen

Dalam bayang matanya, pertama kali aku merasakan debaran. Debaran aneh yang membuatku tergila-gila dan selalu menginginkannya lebih. Lebih dari apa yang aku punya saat ini. Saat ia datang pertama kali ke hadapanku, membuat raguku lenyap tergantikan kenyamanan yang selalu menyelimutiku.


Melalui tatapan teduh, senyuman cerah dan acakan tanganmu di rambutku.. membuatku semakin yakin jika bayangan ini benar-benar nyata.

Begitu banyak cerita yang tak habis tentangmu dalam lembar ingatanku. Cerita dimana hanya ada kau dan aku di dalamnya. Saat kita berlari dan tertawa bersama di bawah payung ketidakpastiaan. Bukanlah sebuah alasan khusus atau sulit untuk memecahakan semua ini. Alasan ini cukup klasik bagiku.

Aku benar-benar jatuh cinta padamu.

Cinta yang membutakanku dari apapun yang harusnya aku lakukan. Itu semua karenamu. Namun, apa tatapanku tak cukup jelas untuk menyadarkanmu jika aku telah jatuh dalam jurang cintamu?

Zhrrrkkh.

Aku menyedot ingus yang terus mengalir dari hidungku. Mataku membengkak saat air mata brengsek ini terus mengalir tanpa henti. Keringatku bahkan sudah seperti air hujan yang sangat basah.

Dan ruang latihan Hapkido ini jadi saksi bisu sang gadis tegar menangis karena seorang pria untuk kedua kalinya. Gadis tegar yang rapuh dan akhirnya runtuh karena keputusannya.

"Geumanhaja Chorong eonnie! Kau bisa mati jika terus-menerus menghajar benda itu" Shinbi terus menerus menarik tanganku yang lepas kendali.

"Aku.. benar-benar tidak mengerti dengan Lee Mina..."

"...geu yeoja.. sangat jahat dan mengerikan. Kau tau itu kan Shinbi? Aku bahkan tak percaya jika ia alasan besar hancurnya impianku."

"Ini mungkin terdengar konyol. Tapi kenapa sakitnya menembus sangat dalam huh? Aku tak mengerti kenapa cinta sangat mengerikan dan menyakitkan begini. Aku bahkan tak bisa menghilangkan bayangannta dari mataku. Ini benar-benar menjijikannnn" Shinbi meneteskan air matanya sambil memeluk erat tubuhku. Menahan tanganku yang lepas kendali dan memukul dadaku berulang kali.

Ini benar-benar menyakitkan.

"Aku ingin sekali membencinya Bi-ya. Tapi mengapa begitu menyakitkan huh? Dia bahkan hanya perempuan jahat yang menusukku dari belakang"

Shinbi memelukku erat tanpa ragu. Pikiranku kalut dan tak bisa memikirkan apapun kecuali bayangan wajah Joonmyeon dan Mina yang menyakitkan.

"Chorong-ah"

Ergh sial. Suara Mina bahkan terus menari-nari di pikiranku sekarang. Saat ini. Detik ini.

"Rong-ah! Mianhae"

Tidak, ini bukan ilusi. Suara itu bahkan terdengar semakin jelas dan membuat hatiku teriris.

Aku menoleh dan menangkap bayangan Mina disana. Berdiri di mulut pintu ruangan dengan wajah sendu yang baru ku ketahui sejak tiga tahun terakhir. "Apa yang kau lakukan disini?" Ujarku dingin.

Ia berlari dan menangkapku dalam pelukannya yang erat. Menangis dengan lepas tanpa menghiraukan apapun. Shinbi mungkin berperan jadi obat nyamuk sekarang.

"Mianhae Chorong-ah! Demi tuhan aku tak melakukan apapun dengan Kim Joonmyeon. Aku tak mencintainya, karena ada namja lain di hatiku. Percayalah.."

"...di taman itu, Joonmyeon memang benar-benar menyatakan perasaannya padaku. Tapi aku menyadarkannya, ada gadis lain yang lebih penting untuknya. Menunggu dan mencintainya lebih dari apapun." Mina mencengkram erat kedua tanganku, berusaha meyakinkanku. Baiklah aku...

"Geotjimal!" Desahku pelan.

"Apa?"

"kau berciuman dengan Joonmyeon di hari itu kan? Kau tau bagaimana sakitnya?"

Aku memukul keras dadaku, "SANGAT SAKIT LEE MIN-AH!"

Mina membatu sambil menundukan kepalanya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain tertunduk dan meneteskan air mata palsunya.

"Kau tau kan Mina bagaimana aku menyukai Joonmyeon? Mungkin bukan cinta pertama, tapi ia akan selalu jadi yang terindah di hidupku. Aku akan baik-baik saja jika kalian berdua mematahkan hatiku secara langsung.."

"...tapi ini lebih buruk. Karena kalian melakukannya dengan perlahan. Dan itu cukup menyakitkan."

"Kau jahat Lee Minah!" Desakku sambil terisak keras.

Aku ingin sekali menampar wajahnya dan memukulnya berulang kali. Dan ingin sekali tak mempercayai ucapan dari mulutnya. Tapi ini terlalu sulit, hatiku mengatakan bila Mina benar-benar berkata jujur. Mina tak akan pernah berbohong padaku walaupun hal terkecil dalam hidupnya sekalipun.

"Mianhae Mina-ya"

"Aniya. Ini salahku Chorong. Maafkan aku.."

"Tidak ini salahku Mina. Aku yang bersalah, ini semua salahku"

"Aniya. Ini salahku Chorong!"

"Ini salahku Mina!"

"Aku"

"Aku"

"Aku" selaku cepat sambil meraih tubuh kecilnya dalam pelukanku.

"Aku"

"Baiklah ini salah kita berdua, jangan berani-berani minta maaf atau aku akan mengeluarkan isi perutmu! Arrachi?" Kami mengeratkan pelukan satu sama lain dan menangis sedalam mungkin untuk memuaskan perasaan ini.

Karena bagaimanapun... aku tak akan melupakan ini. Mina adalah bagian dari hidupku. Dan sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa membencinya. Dan aku bersumpah tak akan ada lagi niat seperti itu di pikiranku. Sekarang... dan untuk selamanya.

Dia sahabatku.

Lee Minah.

****

"Bagaimana? kau sudah puas? atau kita harus ikut kesana agar kau benar-benar merasa puas dengan kebenarannya?" Joohyun menatap Joonmyeon yang tengah membatu kesal.

"...masih punya alasan lain untuk menangkis kenyataan Joonmyeon-ssi? kau dengar betapa gadis itu mencintaimu dan menginginkanmu lebih huh? dan kau? Aish, kau tak lebih dari keparat kecil. Cobalah untuk lebih dewasa dan hadapi semua. Dunia tak seindah dongeng tidur yang selalu ibumu bacakan Joonmyeon. Seorang gadis sedang menunggumu saat ini..." Joohyun menstabilkan napasnya yang hampir habis. joonmyeon terlalu lemah.

"...kau tidak seharusnya datang dan membuat gadis itu jatuh selarut ini Joonmyeon. kau tidak seharusnya memulai jika kau masih belum siap kenyataan."

Joonmyeon menghembuskan napasnya kasar, "berapa kali harus kukatakan jika aku hanya ingin menjadikannya sahabat terbaikku. apa kau tuli?"

"persetan dengan persahabatan konyolmu. bagaimana ada persahabatan murni antara lelaki dan perempuan. bagaimana? jelaskan padaku!" bentak Joohyun keras.

"kendae...eotteokhae Joohyun-ah?" bisik Joonmyeon pelan. Matanya masih menatap lurus gadis yang tengah terisak dalam pelukan sahabatnya itu disana.

Hatinya tercekik dan memancing kristal bening di matanya menetes.

"ak-aku mencintaimu P-park Chorong." gumamnya pelan. sangat-sangat pelan. mungkin hanya langit dan telinganya sendiri yang bisa mendengarkan bisikan halus itu.

****

"yeoboseyo?" aku menempelkan telepon ke telingaku.

"jadi bagaimana? kau masih tetap bersikukuh dengan niat konyolmu?" kekehan Mina terdengar jelas di seberang sana.

Malam ini pesta kelulusan sekolah kami. Yeah.. bisa dibilang semacam promnite begitu. Tapi sepertinya tidak cocok untuk sekolah kami yang letaknya memang bukan di Seoul atau kota besar lainnya. Dan sialnya aku harus terserang demam saat aku akan mengakhiri semuanya.

Hari ini, aku benar-benar akan mengakhiri semua drama bodoh yang berhasil membuatku jatuh sedalam ini. Aku akan menyatakannya pada Joonmyeon dan membiarkan persahabatan kami berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada rasa lebih. Begitu sekiranya.

"kemana park chorong yang dulu? kepalanya bocor saja ia tetap ikut turnamen Hapkido. tapi sekarang gadis itu sudah hilang, kkk"

"shikeuro saekki-ya!"

"cinta bisa membuat manusia kuat jadi lemah. urghh" lagi-lagi si bodoh itu tertawa lepas. dasar brengsek! ia belum pernah jatuh cinta pada makhluk semestinya sih, jadi yeahh...

"...kau akan menyesal karena melewatkan malam ini Chorong-ah. Ayolah, demam tidak lebih besar dari butiran kotoran di pikiranmu!! kemana Park Chorong yang sekuat Sapi Cheong-Buk. erghhh kau payah. kau.." ujar Mina sambil mendecih. dasar makhluk gila.

"anyyeong!" aku menutup sambungan telepon dan membantingnya ke kasur. Melemparkan tubuhku dan membiarkan tanganku menyelimuti seluruh tubuh. Aku terlalu sakit eomma.

Datang... atau tidak?

Sial, kepalaku terlalu sakit untuk berjalan ke sekolah. Tubuhku juga lemas dan kedinginan Tuhan?!

Tapi alasan itu terlalu lemah dan menjijikan. Aku terlalu hebat untuk melawan sebuah demam yang payah ini. Keundae...

"Chorong-ah kau mau kemana?" Teriakan ibu terdengar sampai halaman rumah saat aku merampas payung dan meninggalkan rumah.

Hujan deras tak membuatku menyerah. Setidaknya hal ini harus berhasil sebelum aku benar-benar menyesal kar-

Hey tunggu.

Oh sial! Aku bahkan masih memakai piyama dan sendal pororo kesayanganku. Bagaimana bisa sebuah promnite berubah menjadi Pesta piyama dalam sekejap? Astaga aku pasti akan mengacaukan semuanya.

"Chorongieeeeee.. neo waseoooo" teriakan Mina menyadarkan lamunanku.

Sejak kapan aku bisa berjalan secepat ini sampai sekolah? Apa angin membawaku? Atau semangatku yang terlalu menggebu?

"Aku percaya padamu. Sekarang kau harus menemuinya disana. Ppaliwa!" Mina menepuk pelan bahuku yang terbalut sweater pink.

Aku tersenyum dan menatap Mina yang terbalut dress berwarna hitam. Dia sangat cantik. Dan aku tidak bisa menyalahkan Joonmyeon jika ia benar-benar menyukai atau mencintai sahabatku ini.

"Terima kasih Mina-ya" balasku sambil tersenyum dan mengepalkan kedua tanganku.

Baiklah aku menyerah, aku tak akan bisa melawan keinginan besarku. Walau tanpa gaun yang indah, aku nekat menerobos hujan dengan bemodal payung kesayanganku. Melawan rasa pusing yang menjalar di kepala dan seluruh tubuhku untuk hadir di pesta bersejarah ini.

Hari ini akan jadi terpenting dalam sejarah kisah cintaku, hari terakhir aku mendekati Joonmyeon, dan hari terakhir aku untuk menatapnya lebih dekat. Karena ia benar-benar tidak punya perasaan apapun padaku. Joonmyeon hanya menganggapku sebagai sahabatnya. Tidak lebih.

Aku saja yang terlalu bodoh karena larut terbawa perasaan. Meruntuki kebodohanku, karena sampai kapapun Joonmyeon tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Sampai kapanpun, aku tetaplah seorang yang tak berarti. Dan aku.. melupakan kenyataan tersebut.

"Joonmyeon duduk sendirian disana. Cepatlah!" Ujar Mina mendorong pelan tubuhku.

Dan aku melihatnya disana. Joonmyeon tertunduk menatap gelas di genggamannya. Duduk di pinggir kolam di bawah lampu. "Joonmyeon-a"

Ia menoleh dan menatapku heran, "katanya kau sakit. Kenapa kesini?"

Aku cuma mau...

"...harusnya kau istirahat dan jangan berkeliaran keluar rumah" Joonmyeon melepas jas hitam yang ia gunakan dan menyematkan di tubuhku yang mulai menggigil dingin.

"A-arraseo. Aku hanya mau..."

Astaga. Kenapa jadi horor begini. Padahal aku sudah latihan di depan cermin untuk menyatakan perasaanku. Tapi kenapa sekarang terasa sangat berat?

"Aku senang kalau kau sudah memaafkan aku yang brengsek ini. Aku sangat senang Chorong-ah" Joonmyeon tersenyum dalam padaku.

"Hari ini benar-benar terjadi eoh? Kita tidak akan bisa berangkat bersama dan berbagi contekan lagi. Berlarian di lapangan, dan mencoret-coret meja dan dinding sekolah.."

"Joonmyeon-ah"

"...menertawakan hal-hal lucu dan menjahili Oh Sehun yang cengeng lagi. Apa kau akan merindukan semuanya?"

"Pria brengsek sepertiku tak sepantasnya mendapat sahabat sebaikmu Cho. Aku menyesal menjadi sahabatmu" ujarnya dengan nada mulai membeku.

"Mwo?" Aku membelalakan mataku kaget. Apa yang baru saja ia katakan?

"Ibuku benar, teman tak akan selamanya menjadi teman. Harusnya aku tidak perlu menerima payung dan sepeda bodohmu itu. Harusnya aku tetap menyendiri hingga akhir kelulusanku. Sungguh aku sangat menyesal"

Plakkk

Tanganku melayang bebas dan mendarat di pipi Joonmyeon yang sepi. Ku pikir ia akan benar-benar meminta maaf dan menatapku.

Tapi Joonmyeon masih diam tak berkutik di tempatnya. Ia bahkan tak berkedip untuk beberapa waktu.

"Tapi sekarang aku sadar, sebuah penyesalan tidak akan berarti. Terima kasih sudah jadi teman baikku eoh?" ucapnya sambil menyunggingkan smirk yang membuatku ingin menampar wajahnya untuk kedua kalinya.

"Oh iya Cho. Aku akan terbang ke Los Angeles malam ini. Meneruskan pendidikanku disana, sekalian belajar dari kedua orang tuaku. Maaf aku tidak bisa menepati janjiku untuk pergi kuliah ke Seoul bersamamu" kata Joonmyeon sambil menatapku lemah.

Lagi. Dan lagi. Kenapa semua terasa begitu menyakitkan? Belum saja hilang dari ingatanku saat Joonmyeon menerangkan jika ia menyukai Mina. Dan sekarang, ia akan pergi.

Kata bodoh mungkin masih kurang untuk menggambarkan seorang Park Chorong. Lagi, dan lagi. Aku melupakan sebuah penghalang besar yang selama ini selalu memisahkan kami. Cepat atau lambat, Joonmyeon pasti akan meneruskan kedua orang tuanya. Pendiri KJ's group. Perusahaan raksasa Korea.

Ia calon orang sukses yang masa depannya sudah tertera jelas di wajahnya.

Beda denganmu Chorong! Kau bahkan harus mengalah dengan kedua adikmu yang masih duduk di bangku SMP. Bagaimana kau melupakan semua? Csh, dasar tolol.

"Maafkan aku"

"An-aniya. Harusnya aku yang minta maaf karena tidak bisa menepati perjanjian yang kita buat. Maaf Cho, aku bukan sahabat yang baik"balasnya.

Aku terduduk saat napasku mulai tak stabil. Astaga! Kau tak boleh mati konyol disini Chorong! Ini memalukan. "Gwaenchana? Kau terlihat tidak baik Cho. Lebih baik ki-"

"Aniya. Aku baik-baik saja. Tolong jangan paksa aku June" lirihku pelan. Aku benar-benar lemas sekarang. Kepalaku terasa sakit dan berputar-putar. Pandanganku bahkan mulai kabur karena air mata bodoh ini.

Astagaaaa.

"Park Chorong" panggil Joonmyeon pelan. Ia menarik tangan kananku dan menggenggam setiap selah jariku. Memberikan kehangatan yang bahkan selalu aku inginkan.

Ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru berwarna biru. Aku tidak bodoh. Pasti isinya...

"Maafkan aku Chorong-a. Aku bukan sahabat yang baik. Memberikanmu banyak kenangan manis yang menyenangkan. Aku bahkan selalu membuatmu menangis.. menangis.. dan menangis" Joonmyeon menyematkan sebuah cincin emas berwarna putih di jari manisku.

Astaga, jariku bahkan terlalu lebar.

"Maaf karena selama ini aku selalu berpura-pura bodoh. Dan membuatmu sakit" imbuhnya dengan masih berusaha menyematkan cincin itu pada jariku. Aku yakin, harganya setara dengan sebuah apartemen.

Ya Tuhan.

"Joonmyeon-ah"

"Aku selalu menutup mataku saat aku tahu ada cara untuk membukanya. Tolong percaya padaku, aku mendekatimu karena aku benar-benar menginginkanmu untuk jadi sahabatku. Bukan karena aku menyukai Lee Mina."

"Joonmyeon- aku ak-"

"Aku harap kau mengerti Chorong-ah" kata Joonmyeon sambil menatap mataku dalam. Tapi aku menolaknya. Ini terlalu menyakitkan.

Aku melepas cincin indah itu dari jari manisku. Memberikannya pada Joonmyeon yang menatapku heran, "Aku harap aku mengerti. Tapi aku tidak bisa Joonmyeon. Aku hanya terlalu mencintaimu. Bahkan jika saat ini aku berteriak dan memohon.. semua tidak akan berubah. Kau tidak akan pernah mencintaiku. Iyakan?"

"Aku lupa. Aku bukan perempuan cantik dan menggiurkan seperti Mina atau Soojung. Aku hanyalah aku, gadis gendut yang tidak berarti. Iyakan June? Aku tetaplah aku. Gadis payah yang terlalu mencintaimu"

"bolehkah aku meminta satu permintaan sebelum aku terbangun dari tidur panjangku ini?"
Joonmyeon terdiam menatap permukaan bumi yang di selimuti rumput hijau yang kami injak saat ini.

"aku mohon, peluk aku lebih dari seorang teman. satu kali ini saja."

"jebal Joon-"Joonmyeon memotong ucapanku. Memejamkan matanya dan menempelkan bibirnya pada bibirku yang dingin.

Melumatnya pelan dan membuat darahku berdesir hebat. Membuat syaraf sadarku terguncang dan hanyut dalam ciuman ini. Ciuman yang aku yakin Joonmyeon siapkan untuk menghiburku semata.

"aku yakin hidupmu akan lebih baik di masa depan. Tentunya tanpa pria brengsek seperti aku." Ujarnya sambil tersenyum, walaupun aku bisa melihat gurat terluka disana.

Joonmyeon kembali menyematkan cincin itu dengan paksa di jariku. Walaupun aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas tapi aku mengetahuinya. Joonmyeon menangis sekarang. Bahunya bergetar hebat sebelum ia benar-benar beranjak dari kursi kayu ini.

Dan cerita kami berakhir, bahkan saat aku baru saja ingin memulainya. tapi Joonmyeon sudah siap untuk mengakhiri semua ini. "Selamat tinggal Park Chorong" Joonmyeon bangkit dan meninggalkanku tepat saat lagu yang di bawakan seseorang di panggung berakhir.

Yeah.. aku mencintaimu Kim Joonmyeon.

Sangat mencintaimu.

Continue Reading

You'll Also Like

734K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
101K 8.6K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
264K 20.9K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...